Pages

Monday, 8 July 2019

MAKALAH BIOGRAFI RUMAISHA BINTI MILHAN

BAB I
 PEMBAHASAN

A.    Biografi
Rumaisha binti Milhan atau yang bernama lengkap Rumaisha Ummu Sulaim binti Milhan bin Khalid bin Zaid bin Haram bin Jundub bin Amir bin Ghanam bin Adi bin Naja al-Anshariyah al-Khazrajiyah. Ia seorang wanita keturunan bangsawan dari kabilah Anshar suku Khazraj yang memiliki sifat keibuan  dan berwajah manis menawan. Selain itu ia juga memiliki perangai pintar  penuh kehati-hatian dalam bersikap dewasa dan berahlak mulia.
Rumaisha binti Milhan termasuk wanita pendahulu yang masuk Islam dari kalangan Anshar. Ia tidak peduli dengan segala kemungkinan yang berbenturan langsung dengan masyarakat yang jahil para penyembah patung berhala sehingga ia tampak ragu meninggalkan peribadatannya.
Rumaisha binti Milhan mempunyai saudari yag bernama Ummu Haram bibi dari Anas bin Malik yang selalu ikut berangkat bersama pejuang muslim dan sempat mengikuti beberapa kali pertempuran. Beliau sempat ikut dalam penaklukan siprus bersama suaminya tetapi ia terjatuh dari tunggangan sehingga mati syahid ditempat itu.
Rumaisha binti Milhan menikah dengan pamannya yang bernama Malik An-Naddhar. Dari pernikahannya dengan Malik Ummu Sulaim dikaruniai anak bernama Anas bin Malik.
 Tetapi setelah Rumaisha masuk Islam, suaminya merupakan orang yang pertama berdiri menghadang keimanannya. Ia bangkit kemarahannya ketika ia kembali dari kepergiannya dan mengetahui keislaman Rumaisha, ia berkata kepadanya dengan nada yang sangat marah. “Apakah engkau telah berpindah agama?” Maka dengan penuh yakin dan tegar beliau menjawab, “Tidak, bahkan aku telah beriman.”
Ummu Sulaim juga mengajarkan kepada Anas bin Malik untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Katakanlah “Asyhadu an laa ilaaha illa Allah!” kata Ummu Sulaim kepada anaknya. Dan anak itu cepat menyambut seruan sang Ummi. Kemudian  Ummu Sulaim mengajarkan mengucap kalimat kedua “katakan sekali lagi “Asyhadu anna Muhammad Rosulluloh...! dan dengan cerdas anak itu mengikuti ucapan sang Umi, dan Anas bin Malik masuk kepangkuan Islam semenjak itu. Peristiwa besar itu persis berlangsung didepan suami Ummu Sulaim
Karuan Malik tambah menjadi-jadi kemarahannya “ kau telah merusak kepercayaan anakku” namun dengan tangkas dan tegas Ummu Sulaim langsung menjawab “Aku tidak merusak kepercayaannya, bahkan aku memimpinnya kejalan yang lurus. Aku berharap kelak ia tumbuh dan besar dalam bimbingan hidayah dan iman”
Malik an-nadhr merasa terpojok dengan jawaban istrinya yang tegas dan mantap. Sejak saat itupun rumah tangga Ummu Sulaim sering diwarnai keributan mulut. Maka malik akhirnya pergi meninggalkan Ummu Sulaim ke Syam, sampai suaminya meninggal disana. Hingga akhirnya kematian suaminya sampai ke Ummu Sulaim. Wanita itu berjanji untuk tidak ingin menikah lagi kecuali jika diizinkan anaknya Anas bin Malik.
Setelah meningalnya Malik, kabar Ummu Sulaim yang janda terdengar sampai ketelinga Abu Thalhah. Dan langsung datang melamar Ummu Sulaim.
Diriwayatkan dari Tsabit al Banni dari Anas, ia berkata Abu Thalhah melamar Ummu Sulaim. Maka Ummu Sulaim berkata,” Demi Allah tidak ada laki-laki seperti kamu yang patut ditolak wahai Abu Thalhah. Sebab kamu laki-laki kafir dan saya wanita muslim dan saya tidak halal kawin denganmu. Maka apabila kamu masuk Islam, maka keislamanmu itulah maharku dan saya tidak minta yang lain darimu”
(Padahal Abu Thalhah  adalah orang Anshar yang paling banyak hartanya berupa kebun kurma).
Kemudian Abu Thalhah masuk Islam dan keislamannya merupakan mahar untuk Ummu Sulaim. Tsabit al Banni berkata” saya sama sekali tidak pernah mendengar ada wanita yang mas kawinnya lebih mulia dari mas kawin Ummu Sulaim. (HR. An Nasai)
Sungguh, pernikahan Ummu Sulaim ini menunjukkan adanya kekuatan iman dan harga diri seorang wanita yang tak mudah ditundukkan oleh harta, kepopuleran dan ketokohan seorang laki-laki.
Pada waktu itu di  Madinah, para wanita menginginkan diperistri oleh Abu Thalhah karena keutamaan yang dimilikinya. Tetapi Ummu Sulaim tak pernah silau dengan itu semua. Ummu Sulaim hanya memilih keislaman Abu Thalhah dan tidak menginginkan selainnya. Dan sungguh tepat pilihan Ummu Sulaim itu, karena dikemudian hari Abu Thalhah mampu membuktikan bahwa dirinya sangat layak untuk berbaris dibarisan pejuang Islam.
Dari hasil pernikahannya dengan Abu Talhah itu mereka mempunyai anak yang bernama Abu Umair. Apabila Rosululoh berkunjung kerumah Abu thalhah beliau sering bermain dan bercanda dengan Abu Umair. pada suatu ketika, Abu Umair menderita sakit dan pada hari itu Abu Thalhah sedang berpuasa. Ketika Abu Thalhah sedang pergi keluar rumah, dan Abu Umair meninggal dunia. Karena suaminya sedang tidak ada, maka Ummu Sulaim segera memandikan dan mengkafani seorang diri, kemudian jenazah anaknya itu dibaringkan diatas tempat tidur.
Setelah Abu Thalhah pulang, Ummu Sulaim segera menyiapkan makanan untuk berbuka suaminya. Setelah itu , Ummu Sulaim berhias dan memakai wangi-wangian. Pada malam harinya, Abu Thalhah datang dan segera berbuka puasa dengan makanan yang telah disiapkan oleh Ummu Sulaim. Setelah berbuka Abu Thalhah bertanya kepada Ummu Sulaim. “Ummi bagaiman keadaan anak kita?” Ummu Sulaim menjawab, “Alhamdulillah, dia dalam keadaan baik-baik saja.” Ummu Sulaim meminta kepada suaminya agar jangan terlalu memikirkan keadaan anaknya.
Pada malam itu juga, Abu Thalhah menggauli istrinya. Ketika Abu Thalhah bangun, Ummu Sulaim berkata kepada suaminya, “ saya mempunyai pertanyaan kepadamu, wahai suamiku.” Abu Thalhah bertanya, “Apakah itu?” Ummu Sulaim berkata, “seandainya seorang diberi suatu amanat, lalu pemiliknya ingin mengambilnya, haruskah dia mengembalikannya?”
Suaminya menjawab, “tentu, dia harus mengembalikannya, dia tidak mempunyai hak untuk menyimpannya.”
Ummu Sulaim berkata lagi, “ Suamiku, Allah telah mengamanatkan Abu Umair kepada kita, namun sekarang Dia telah  memanggilnya kembali.”
Abu Thalhah merasa sedih ketika mendengar berita tersebut. Dengan sedikit marah, Abu Thalhah berkata “ Mengapa engkau tidak mengatakannya sejak tadi malam?” setelah itu, Abu Thalhah mengadu kepada Rosululloh Saw tentang peristiwa itu. Rosululoh berdoa untuknya dengan bersabda, “Semoga Allah Swt memberkahi hubunganmu dengan istrimu tadi malam.”
Salah seorang sahabat dari kaum Anshar berkata, “saya menyaksikan berkah dari doa Rosululloh Saw tersebut. Dari hubungan dengan istrinya pada malam tersebut, lahirlah Abdulloh bin Abu Thalhah yang akhirnya mempunyai sembilan orang anak, dan semuanya Hafizh Al-Qur’an.
Keutamaan Ummu Sulaim tidak hanya itu saja, Allah Swt juga pernah menurunkan ayat untuk pasangan suami istri itu dikarenakan suatu peristiwa. Dan manusia dapat beribadah dengan membacanya.
Abu Hurairah berkata telah datang seorang laki-laki kepada Rosulullah Saw dan berkata “Sesungguhnya aku dalam keadaan lapar”  maka Rosulullah menanyakan kepada salah satu istrinya tentang makanan yang ada dirumahnya, namun Beliau menjawab, “Demi yang mengutusmu dengan hak, aku tidak memiliki apa-apa kecuali hanya air, kemudian Beliau bertanya kepada istri yang lain, namun jawabannya sama. Kemudian Rasulullah Saw bersabda, “Siapakah yang akan menjamu tamu ini, semoga Allah merahmatinya.” Maka berdirilah seorang Anshar yang namanya Abu Thalhah seraya berkata, “Saya Ya Rasulullah” maka ia berdiri bersama tamu tadi menuju rumahnya kemudian sahabat Anshar itu bertanya kepada istrinya (Ummu Sulaim) “Apakah kamu memiliki makanan?” Istrinya menjawab, “Tidak punya, melainkan makanan untuk anak-anak” Abu Thalhah berkata, “Berikanlah minuman kepada mereka dan tidurkanlah mereka. Nanti apabila tamu saya masuk, maka akan saya perlihatkan bahwa saya ikut makan, apabila makanan sudah berada ditangan, maka berdirilah dan matikanlah lampu” hal itu dilakukan oleh Ummu Sulaim. Mereka duduk-duduk dan tamu makan hidangan tersebut, sementara kedua suami-istri tersebut bermalam dalam keadaan tidak makan.
Keesokan harinya keduanya datang kepada Rosulullah Saw, dan Rosulullah bersabda, “Sungguh Allah takjub (tertawa) terhadap fulan dan fulanah”
Dan turunlah ayat:
“Maka mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (Apa yang mereka berikam itu).”
(QS Al-Hasyr: 9)
                        Abu Thalhah tak kusa menahan rasa gembiranya, maka beliau bersegera memberikan kabar gembira itu kepada sang istrisehingga sejuklah pandangan matanya karena Allah Swt menurunkan ayat tentang mereka dalam Al-qur’an yang senatiasa dibaca.
Ummu Sulaim memiliki kedudukan yang istimewa dimata Rosululoh Saw. Anas bin Malik berkata, “Sesungguhmya Rasulullah Saw tidak pernah masuk sebuah rumah di Madinah (secara terus-menerus) selain rumah Ummu Sulaim, kecuali ke rumah para istri beliau. Ketika hal itu ditanyakan, beliau menjawab, “Aku merasa kasihan kepadanya karena saudaranya terbunuh waktu bersamaku.” (HR Bukhari dan Muslim).
Anas bin Malik berkata, “Adalah Nabi Saw apabila lewat didekat Ummu Sulaim, beliau singgah menemuinya dan mengucapkan salam kepadanya.” (HR Bukhari).
Suatu hari Ummu Sulaim Menemui Rosulloh dengan rasa malu kemudian beliau mengajukan agar buah hatinya Anas dijadikan pembantu oleh guru manusia yang mengajarkan segala kebaikan. Rosululloh menerimanya sehingga sejuklah pandangan Ummu Sulaim karenanya.
Dalam syiarnya, Adz-Dzahabi meriwayatkan dengan sanadnya Anas katanya “suatu ketika Nabi berkunjung kerumah Ummu Sulaim. Begitu ibuku tahu akan kunjungan Nabi Saw, ia segera menyuguhkan kepadanya kurma dan minyak samin. “kembalikan saja kurma dan minyak saminmu ketempat semula, karena aku sedang berpuasa.” Kata Rosululloh kepada ibuku. Setelah itu nabi bangkit menuju salah satu sisi rumahku, kemudian salat sunah 2 rakaat dan mendoakan kebaikan bagi Ummu Sulaim dan keluarganya. Maka ibu berkata kepada Belia, “Wahai Rosululloh aku memiliki hadiah khusus bagimu.” “Apa itu?” tanya Nabi Saw “Orang yang siap membantumu Anas.” Jawab ibu. Seketika itulah Rosulluloh Saw memanjatkan doa-doa untukku hingga tak tersisa satupun dari kebaikan dunia dan akhirat melainkan Beliau doakan bagiku. “Ya Allah karuniailah keduanya baginya.” Kata Rosululloh dalam doanya. Berkat doa inilah aku menjadi orang Anshar yang paling banyak hartanya,” kata Anas mengakhiri doanya.
Dalam riwayat lain Anas bin Malik menceritakan ketika Rosululloh Saw tiba di Madinah aku baru berumur 8 tahun. Waktu itu, ibu menuntunku menghadap Rosululloh Saw seraya berkata, “Wahai Rosululloh tak tersisa seorang Anshar pun kecuali datang kepadamu dengan hadiah istimewa. Namun aku tak mampu memberimu hadiah kecuali putraku ini, maka ambillah dia dan suruhlah dia membantumu kapan saja anda inginkan”
Dikisahkan juga bahwa ketika itu, Ummu Sulaim menyarungi Annas dengan setengah jilbabnya dan menyelendangi dengan sebagian gaunnya kemudian menghadiahkan kepada rosululloh.
Ummu Sulaim wafat pada tahun 30 hijriah. Ia menghadap Tuhan dengan membawa bisyarah (kabar gembira) dari nabi. Ummu Sulaim merupakan salah satu wanita penghuni surga. Dalam hadis diriwayatkan.
Dari Jabir, bahwa Rosululloh bersabda “Ketika aku masuk jannah, tiba-tiba aku melihat disana ada Rumaisha, istri Abu Thalhah. (Al-Bukhari)
Dari hadis Anas dikatakan bahwa ketika masuk jannah, nabi saw mendengar suara terompah seseorang “Suara siapa ini?” tanya Beliau. Kata malaikat itu suara Rumaisha binti Milhan ibunda Anas bin Malik.
(HR. Muslim)


B.     Riwayat Pendidikan
Ummu Sulaim merupakan wanita pendahulu yang masuk Islam dari kalangan Anshar. Ia tidak pernah ragu saat Rasulullah menyerukan agama Islam bahkan tidak peduli dengan segala kemungkinan yang berbenturan langsung dengan masyarakat yang jahil para penyembah patung berhala sehingga ia tampak ragu meninggalkan peribadatannya. Suri tauladan beliau atau guru kehidupan beliau yaitu Rasulullah Saw. Ummu Sulaim sangat mencintai dan menghormati Rasulullah bahkan melebihi dirinya sendiri.
Anas berkata, “ Rasulullah Saw pernah menemuiku ketika aku sedang bermain dengan beberapa anak sebayaku. Beliau mengucapkan salam kepada kami, kemudian beliau menyuruhku untuk mengerjakan suatu keperluan. Hal itu membuat aku terlambat pulang kepada ibuku, begitu aku datang, ibuku bertanya, “Apa yang membuatmu terlambat?” aku menjawab, “Aku disuruh oleh Rasulullah” ibuku bertanya, “Apa keperluan beliau?” Aku jawab, “Itu rahasia” ibuku berkata, “kalau begitu jangan kamu ceritakan kepada siapapun!” Anas berkata “Demi Allah aku boleh menceritakannya kepada seseorang, tentu aku telah menceritakannya kepadamu wahai Tsabit.” (Hr Muslim)

C.     Profesi

Rumaisha binti Milhan adalah seorang mujahidah, beliau sering ikut Rosululoh Saw dalam banyak peperangan, beliau berjuang dengan segenap kemampuan sebagai seorang perempuan. Salah satu kisah beliau tergambar dalam perang sengit hunain. Diceritakan dalam kitab dan isquo; Hayah Ash Sahabat 1/597 dari kitab dan isquo; Shifah Ash Shofwan II/66 bahwa suatu ketika Abu Thalhah berpapasan dengan Ummu Sulaim dalam perang hunain. Ia melihat tangannya ada sebilah pisau, maka ia segera menemui Rosululoh Saw  dan berkata: “ Ya Rosululoh, lihatlah Ummu Sulaim keluar rumah sambil membawa pisau.” Maka Rosululoh menanyainya “ apa yang hendak kau perbuat dengannya wahai Ummu Sulaim?“ Ummu Sulaim menjawab “Aku ingin jika ada yang mendekatiku, aku bisa melukainya.” Dalam riwayat lain “ pisau ini sengaja kusiapkan untuk merobek perut orang musyrik yang berani mendekatiku”
Rumaisha atau Ummu Sulaim juga dikenal sebagai salah satu penghafal hadis  yang mana banyak sahabat-sahabat besar semisal Zaid bin Tsabit Ra, Anas bin malik meriwayatkan hadis dari beliau.
 Ummu Sulaim juga merupakan seorang Dai yang bijaksana dan seorang istri yang shalihah, seorang pendidik yang sabar sehingga memasukkan anaknya dalam madrasah nubawah tatkala berumur 10 tahun yang pada gilirannya beliau menjadi seorang ulama diantara ulama Islam.  Ubbabah, salah seorang rijal sanad berkata aku melihat Dia memiliki 7 anak yang semuanya hafal Al-Qur’an

D.    Karya
Ummu Sulaim telah meriwayatkan 14 hadis yang berasal langsung dari Rosululoh Saw. Diantaranya terdapat dalam kitab shahih Bukhari-Muslim. Satu diriwayatkan muttafaq’alain. Satu diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan dua diriwayatkan oleh Imam Muslim.

Hadis riwayat Ummu Sulaim ra: tentang wanita yang keluar mani (sperma) wajib mandi.
Bahwa ia bertanya kepada Nabi Saw tentang wanita yang bermimpi seperti yang di mimpikan laki-laki Rasulullah bersabda : apabila wanita itu bermimpi seperti itu , maka ia wajib mandi. Ummu sulaim berkata : saya malu dalam hal itu. Katanya :apakah itu mungkin terjadi? Nabi Saw bersabda : ya, mungkin saja. Lalu darimana terjadi kemiripan? Sesungguhnya mani laki-laki itu kental dan berwarna putih, sedangkan mani perempuan itu encer dan berwarna kuning. Mana yang lebih tinggi (banyak) atau dahulu keluar. (Shahih Muslim no 459)

E.     Keteladanan Tokoh Yang Harus di Terapkan Dalam Kehidupan
Ummu Sulaim merupakan sosok perempuan yang patut kita teladani, beliau adalah sosok yang memiliki ketabahan dan kesabaran yang tinggi. Wanita yang teguh yang tetap mantap memeluk Islam walaupun ditentang oleh suaminya sendiri.
 tanggung jawab sebagai seorang istri untuk mengingatkan suaminya kejalan yang benar, kepada suami yang pertama malik bin Nashr, walaupun ia menolak dan dakwah ummu sulaim terhadap Abu Thalhah agar masuk islam, dan dia menerima.
Pengorbanan Ummu Sulaim untuk mengutamakan cintanya kepada Allah dan tidak mendahulukan cinta duniawi, Ummu Sulaim tidak mementingkan harta benda diatas agama. Ia menolak emas dan perak, tetapi beliau lebih memilih keislaman Abu Thalhah sebagai maharnya.
Kesabarannya Ummu Sulaim yang luar biasa terhadap musibah yang menimpanya dan menerima dengan lapang dada.
Wanita yang mendidik anaknya dengan baik sehingga menjadi perawi hadis yang terkenal

 Wanita yang cerdik, bagaimana saat ia mengabarkan kepada Abu Thalhah tentang kematian anaknya. Beliau tidak langsung mengabarkan hal-hal buruk yang terjadi. Dan Wanita yang sangat berani, dalam perang hunain



DAFTAR PUSTAKA

 

Dikutip dari buku “Wanita Dambaan Hati” karya Khalid bin Abdirrahman bin Hamd Assyayi: penerbit Al-Haura

Kitab Nisaa’ Haular Rasuul, karya Mahmud Mahdi al-Istanbuli dan Mustafa Abu an-Nashr asy-Syalabi

http://www.Ahlulhadist.woodpress.com/2007/10/13

http;//www.boemi-Islam/sejarah-Islam/Sirohsahabiyah

Asri Widiarti, Manajemen Jatuh Cinta, (Yogyakarta: Pustaka Fahima,2008)

Maulana Muhammad Zakaria Al-Kandahalawi, Himpunan Kitab-kitab Fadilah A’mal (Jabar: Pustaka Ramadhan,1993) h.671

http://www.ButiranKasihmu.wadpress.com/2014/10/02

http://www.Islam.net/home/Qur’an-dan-Hadist/Hadist-Shahih-Muslim

No comments:

Post a Comment

Jika ada pertanyaan dan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan artikel. Langsung saja kalian tulis di contak comment yang kami sediakan atau click post a comment dan jangan lupa untuk Berkomentar yang baik 🙂