Pages

Wednesday, 14 January 2015

ILMU PENDIDIKAN ISLAM, METODE PENDIDIKAN ISLAM


A.    Pengertian Metode Pendidikan Islam

Metode berasal dari dua kata yaitu meta dan hodos. Mesta berarti melalui dan hodos berarti jalan atau cara. Dalam bahasa arab metode dikenal dengan istilah thoriqoh yang berarti langkah-langkah strategis dipersiap kan untuk melakukan suatu pekerjaan.  Dalam pandangan filosofis pendidikan, metode merupakan suatu alat yang  digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan, alat tersebut mempunyai dua fungsi ganda yaitu bersifat polipragmatis dan monopragmatis.

Metode berfungsi polipragmatis bilamana mengandung kegunaan yang serbaganda. Sementara metode monopragmatis bilamana metode yang digunakan mengandung satu macam kegunakan untuk satu macam tujuan. Penggunaan metode monopragmatis bersifat konsisten, sistematis, dan bermaknaan menurut kondisi sasarannya. Dalam hal ini para ahli mendefinisikan metode sebagai berikut:

  Hasan Langgulung mendefinisikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan. Abd Al-rohman ghunaimah mendefinisikan bahwa metode adalah cara-cara yang praktis dalam mencapai tujuan pengajaran.

Mohammadathiyah al-abrosy mendefinisikan bahwa metode adalah jalan yang digunakan oleh pendidi kuntuk memberikan pengertian kepada peserta didik tentang segala macam materi dalam berbagai proses pembelajaran.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa metode adalah seperangkat cara, jaln dan tekhnik yang harus dimiliki dan digunakan oleh pendidik dalam upaya menyampaikan dan memberkan pendidikan dan pengajaran kepada peserta didik agar dapatmencapi tujuan pendidikan yang termuat dalam kurikulum yang telah ditetapkan. Hasan langgulung berpendapat bahwa penggunaan metode didasarkan atas tiga aspek pokok yaitu:

1. Sifat-sifat dan kepentingan yang berkenaan dengan tujuan pertama pendidikan islam, yaitu pembinaan manusia mukmin yang mengaku sebagai hamba Allah.

2.Berkenaan dengan metode-metode yang betul-betul berlaku yang disebut dalam Al-Qur’an

3. Membicarakan tantang pergerakan (motivation) dan disiplin dalam istilah al-qur’an disebut ganjaran (shawab) dan hukuman atau (‘iqob).

Metode pendidikan islam sangat menghargai kebebasan individu, selama kebebasan tersebut sejalan dengan fitrah Nya, sehingga seorang pendidik dalam mendidik tidak terkesan memaksa peserta didiknya dengan cara yang bertentangan dengan fitrah nya. Akan tetapi pendidik harus bertanggungjawab dalam membentuk karakter peserta didiknya.

Dalam islam turunnya ayat al-qur’an secara bertahap yang menjawab masalah-masalah yang timbul, membuktikan bahwa metode al-qur’an adalah pendekatan masalah / problem yang terjadi sehari-hari (problem solfing). Mempelajari metode turunnya al-qur’an danhadist (asbabunnuzu ldan asbabulwurud) membuktikan bahwa metode yang dianut oleh al-qur’an adalah induktif, yaitu berangkat dari kenyataan sampai pada suatu kesimpulan. Al-qur’an jugamenganut metode deduktif dimana wahyu yang diturunkan menyangkut tiga hal yang belum terjadi untuk dipakai sebagai pedoman pada hal-hal yang berlaku pada masa yang akan datang.

  1.      Dasar Metode Pendidikan Islam
Dalam penerapannya, metode pendidikan islam menyagkut permasalahan individual atau social peserta didik dan pendidik itu sendiri. Untuk itu, dalam menggunakan metode seorang pendidik harus memperhatikan dasar-dasar umum metode pendidikan islam. Diantara dasar-dasar umum tersebut ialah :

a.Dasar Agamis. Pelaksana metode pendidikan Islam dalam perakteknya merupakan interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam sebuah peruses pembelajaran. Dalam konteks ini, agama merupakan salah satu dasar metode pendidikan dan pengajaran oleh pendidik.

b.Dasar Biologis. Perkembangan biologis manusia mempunyai pengaruh dalam perkembangan intelektualnya. Semakin dinamis perkembangan biologis seseorang, maka dengan sendirinya makin meningkat pula daya intelektualnya. Dalam memberikan pendidikan dan pengajaran dalam pendidikan islam, seorang pendidik harus memperhatikan perkembangan biologis peserta didik.

c.Dasar Pisikologis, metode pendidikan Islam ini baru dapat diterapkan secara efektif bila didasarkan pada perkembangan dan kondisi pisikologis peserta didiknya. Kondisi pisikologis yang menjadi dasar dalam metode pendidikan islam maksudnya adalah sejumlak kekuatan pisikologis peserta didik termasuk motifasi, kebutuhan emosi, minat sikap, keinginan, kesediaan, bakat-bakat dan kecakapan akal (intelektualnya). Untuk itu, seorang pendidik dituntut untuk mengembangkan potensi pisikologis yang tumbuh pada peserta didik.

d.dasar Sosiologis. Interaksiyang terjadi antara sesame peserta didik dan interaksi antara pendidik dan peserta didik, merupakan interaksi timbal balik dan saling memberikan dampak pada keduanya. Oleh karena itu, dalam peruses interaksi dengan peserta didiknya, seorang pendidik hendaklah memberikan ketauladanan dalam ber sosiologi dengan pihak lainnya.

  2.      Perinsip Metode Pendidikan Islam
Dalam penggunannya, metode pendidikan islam perlu memperhatikan prinsip-prinsip yang mampu memberikan pengarahan dan petunjuk tentang pelaksanaan metode pendidikan tersebut. Dengan prinsip-prinsip ini diharapkan metode pendidikan islam dapat berjalan dengan lebih efektif dan efisien dengan tidak menyimpang dari tujuan semula pendidikan islam. Oleh karena itu, seorang pendidik perlu memperhatikan prinsip-prinsip metode pendidikan diantaranya adalah :
a.       Prinsip Kemudahan. Metode pendidikan yang digunakan oleh pendidik pada dasarnya adalah menggunakan sebuah cara yang memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk menerapkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sekaligus mengidentifikasi dirinya dengan nilai-nilai ilmu pengetahuan dan keterampilan tersebut.

b.Prinsip Berkesinambungan.berkesinambungan penulis angkat menjadi prinsip metode pendidikan islam, karena dengan asumsi bahwa pendidikan islam adalah sebuah proses yang akan berlangsung terus menerus. Untuk itu, dalam menggunakan metode pendidikan, seorang pendidik perlu memperhatikan kesinambungan pelaksanaan pemberian materi.

c.Prinsip Feksibel dan Dinamis. Metode pendidikan islam harus digunakan dengan prinsip fleksibel dan dinamis, sebab dengan kelenturan dan kedinamisan metode tersebut, pemakaian metode tidak hanya menonton dangan satu macam metode. Seorang pendidik mampu memilih salah satu dari berbagai alternative yang ditawarkan oleh para pakar yang dianggap cocok dan pas dengan materi. Hal ini disebabkan karena dalam hal kesinambungan sebuah metode pendidikan islam yang digunakan akan member pesan dinamis.

  3. Metode Pendidikan Menurut Pakar Pendidikan Islam

Para ahli didik islam telah merumuskan berbagai metode pendidikan islam diantaranya adalah :
a.       Al Ghazali. Seorang ahli piker dan ahli tasawuf islam yang terkenal dengan gelara “pembela islam” (Hujjatul slam), banyak mencurahkan perhatian kepada masalah pendidikan. Menurut Al Ghazali, seorang pendidik agar memperoleh sukses dalam tugasnya harus menggunakan pengaruhnya serta cara tepat arah.[5]
Di dalam membahas masalah belajar, Al Ghazali lebih menekankan potensi rasio daripada potensi kejiwaan yang lain, meskipun potensi rasio manusia dipandang berada di dalam kekuasaan Tuhan. Dalam arti kekuasaan Tuhan adalah yang pertama sedangkan rasio adalah yang kedua.

b. Abdulah Nashih Ulwan. Menguraikan, paling tidak ada empat macam yang harus dilakukan oleh pendidikan di rumah tangga ( orang tua ) dalam tanggungjawabnya mendidik dan memenuhu keinginan anak, yaitu :
1) Menyuruh anak-anak sejak awal membaca la ilaha illallah;

2)Memperkenalkan sejak awal tentang pemikiran hukum halal dan haram;

3)Menyuruh anak beribadah semenjak umur tujuh tahun;

4)Mendidik anak cinta kepada Rasulullah dan keluarganya serta cinta membaca al-Qur’an.

c.Muhammad Abduh, ulama cendikiawan Mesir (maha guru universitas Al Azhar di kairo) menghendaki adanya pembaruan dalam sikap dan pandangan di kalangan umat islam. Sikap dan pandangan baru itu menyangkut cara memahami dan menafsirkan ajaran islam. Perubahan sikap dan pandangan demikian tidak bias lain kecuali hars melalui peroses kependidikan.

Sebagai tokoh modernisasi dalam pendidikan, beliau juga ingin melakukan modernisasi dalam filsafat, teologi, dan bidang-bidang lainnya. Untuk melakukan modernisasi melalui sistim pendidikan, beliau mengusulkan ada tiga jenis sekolah sebagai berikut :
a)      Sekolah dasar negeri hendaknya mengajarkan membaca, menulis, dan berhitung, juga sejarah islam, pendidikan agama, dan pendidikan moral;
b)      Sekolah-sekolah khusus negeri yang mendidik calon pegawai dan perwira militer, hendaknya juga diberi pendidikan agama dan moral;
c)      Sekolah-sekolah khusus untuk mendidik para ulama hendaknya diberi mata pelajaran yang luas, tidak hanya agama melainkan juga sejarah umum.

  B.     Metode Mengajar Dalam Pendidikan  Islam

Metode mengajar dalam pendidikan islam sebenarnya dapat saja mengadopsi metode yang dipakai dalam pengajaran secara umum asalkan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip yang mendasarinya dalam al-Qur’an dan Hadis. Metode-metode tersebut di antaranya : (1) metode ceramah, (2) metode diskusi, (3) metode Tanya jawab, (4) metode demonstrasi, (5) metode karyawisata, (6) metode penugasan, dan masih banyak lagi metode yang lainnya.

Disamping metode mengajar, dikenal pula istilah teknik mengajar dalam pendidikan islam. Berbeda dengan metode, tekniknya bersifat lebih spesifik. Hadari Nawawi menawarkan beberapa teknik pendidikan islam :
1)   Mendidik melalui ketauladanan. Dalam proses pendidikan, setiap pendidik harus berusaha menjadi tauladan bagi peserta didiknya. Dengan ketauladanan tersebut, dimaksutkan peserta didik dapat untuk senantiasa mencontoh segala sesuatu yang baik dalam perkataan maupun perbuatan seorang pendidik.

2) Mendidik melalui kebiasaan. Ada dua jenis pembiasaan yang perlu ditanamkan melalui peruses pendidikan, yaitu : (1) kebiasan yang bersifat otomatis, (2) kebiasaan yang dilakukan atas dasar pengertian dan kesadaran akan manfaat atau tujuan.

Mendidik melalui partisipasi. Dalam interaksi pendidikan, disatu sisi anak tidak boleh diperlakukan sebagai manusia kecil yang tidak patut berpartisipasi dengan semua kegiatan orang dewasa. Di sisi lain anak tidak boleh pula diperlakukan sebagai orang dewasa yang berbadan kecil, sehingga harus memikul tanggung jawab dan ikut berpartisipasi terhadap semua aktuvita orang dewasa. Sehubungan dengan ini, Allah SWT berfirman dalam Surah An-Nahl ; 125 (“Ajarkanlah dengan penuh kebijakan, agar memperoleh pengajaran”).




DAFTAR PUSTAKA


Prof, DR. H. Ramayulis, Samsul Nizar MA, Filsafat Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Kalam Mulia.

Aly Al-Djumlaty, Abdul Futuh At-Tuwanisy, Dirasat Muqaranah fit Tarbijjah Al-Islamiyah.

Muzayyin Arifin , Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Setiya.

Prof, DR. H. Ramayulis, Samsul Nizar MA, Filsafat Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Kalam Mulia.




***
Demikian penulisan artikel kami. Jika ada pertanyaan dan beberapa permasalahan yang berkaitan dalam artikel. Langsung saja kalian tulis di contak comant yang kami sediakan (click post a comment) 👇

شكرا جزيلا

No comments:

Post a Comment

Jika ada pertanyaan dan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan artikel. Langsung saja kalian tulis di contak comment yang kami sediakan atau click post a comment dan jangan lupa untuk Berkomentar yang baik 🙂