A. Pengertian Metode Pendidikan Islam
Metode berasal dari dua kata yaitu meta dan hodos. Mesta berarti melalui dan hodos berarti jalan atau cara. Dalam bahasa arab metode
dikenal dengan istilah thoriqoh yang berarti langkah-langkah strategis dipersiap
kan untuk melakukan suatu pekerjaan. Dalam
pandangan filosofis pendidikan, metode merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan, alat
tersebut mempunyai dua fungsi ganda yaitu bersifat polipragmatis dan monopragmatis.
Metode berfungsi polipragmatis
bilamana mengandung kegunaan yang serbaganda. Sementara metode monopragmatis bilamana
metode yang digunakan mengandung satu macam kegunakan untuk satu macam tujuan. Penggunaan
metode monopragmatis bersifat konsisten, sistematis, dan bermaknaan menurut kondisi
sasarannya. Dalam hal ini para ahli mendefinisikan metode sebagai berikut:
Hasan Langgulung
mendefinisikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai
tujuan pendidikan. Abd Al-rohman ghunaimah mendefinisikan bahwa metode adalah cara-cara yang praktis dalam mencapai tujuan pengajaran.
Mohammadathiyah al-abrosy mendefinisikan bahwa metode adalah jalan yang digunakan oleh pendidi kuntuk memberikan pengertian kepada peserta didik tentang segala macam materi dalam berbagai proses pembelajaran.
Mohammadathiyah al-abrosy mendefinisikan bahwa metode adalah jalan yang digunakan oleh pendidi kuntuk memberikan pengertian kepada peserta didik tentang segala macam materi dalam berbagai proses pembelajaran.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut
dapat disimpulkan bahwa metode adalah seperangkat cara, jaln dan tekhnik yang
harus dimiliki dan digunakan oleh pendidik dalam upaya menyampaikan dan memberkan
pendidikan dan pengajaran kepada peserta didik agar dapatmencapi tujuan pendidikan
yang termuat dalam kurikulum yang telah ditetapkan. Hasan langgulung berpendapat bahwa penggunaan metode didasarkan atas tiga aspek pokok yaitu:
1. Sifat-sifat dan kepentingan yang
berkenaan dengan tujuan pertama pendidikan islam, yaitu pembinaan manusia mukmin yang mengaku sebagai hamba Allah.
2.Berkenaan dengan metode-metode yang
betul-betul berlaku
yang disebut dalam
Al-Qur’an
3. Membicarakan tantang pergerakan (motivation) dan disiplin dalam istilah al-qur’an disebut ganjaran (shawab) dan hukuman atau (‘iqob).
Metode pendidikan islam sangat menghargai kebebasan individu, selama kebebasan tersebut sejalan dengan fitrah Nya, sehingga seorang pendidik dalam mendidik tidak terkesan memaksa peserta didiknya dengan cara yang bertentangan dengan fitrah nya. Akan tetapi pendidik harus bertanggungjawab dalam membentuk karakter peserta didiknya.
Dalam islam turunnya
ayat al-qur’an secara bertahap yang menjawab masalah-masalah yang timbul,
membuktikan bahwa metode al-qur’an adalah pendekatan masalah / problem yang
terjadi sehari-hari (problem solfing). Mempelajari metode turunnya al-qur’an danhadist
(asbabunnuzu ldan asbabulwurud) membuktikan bahwa metode yang dianut oleh
al-qur’an adalah induktif, yaitu berangkat dari kenyataan sampai pada suatu kesimpulan.
Al-qur’an jugamenganut metode deduktif dimana wahyu yang diturunkan menyangkut tiga
hal yang belum terjadi untuk dipakai sebagai pedoman pada hal-hal yang berlaku pada
masa yang akan datang.
1. Dasar Metode Pendidikan Islam
Dalam penerapannya, metode pendidikan
islam menyagkut permasalahan individual atau social peserta didik dan pendidik
itu sendiri. Untuk itu, dalam menggunakan metode seorang pendidik harus memperhatikan
dasar-dasar umum metode pendidikan islam. Diantara dasar-dasar umum tersebut
ialah :
a.Dasar Agamis. Pelaksana metode
pendidikan Islam dalam perakteknya merupakan interaksi antara pendidik dan
peserta didik dalam sebuah peruses pembelajaran. Dalam konteks ini, agama
merupakan salah satu dasar metode pendidikan dan pengajaran oleh pendidik.
b.Dasar Biologis. Perkembangan biologis
manusia mempunyai pengaruh dalam perkembangan intelektualnya. Semakin dinamis
perkembangan biologis seseorang, maka dengan sendirinya makin meningkat pula
daya intelektualnya. Dalam memberikan pendidikan dan pengajaran dalam
pendidikan islam, seorang pendidik harus memperhatikan perkembangan biologis
peserta didik.
c.Dasar Pisikologis, metode pendidikan
Islam ini baru dapat diterapkan secara efektif bila didasarkan pada
perkembangan dan kondisi pisikologis peserta didiknya. Kondisi pisikologis yang
menjadi dasar dalam metode pendidikan islam maksudnya adalah sejumlak kekuatan
pisikologis peserta didik termasuk motifasi, kebutuhan emosi, minat sikap,
keinginan, kesediaan, bakat-bakat dan kecakapan akal (intelektualnya). Untuk
itu, seorang pendidik dituntut untuk mengembangkan potensi pisikologis yang
tumbuh pada peserta didik.
d.dasar Sosiologis. Interaksiyang terjadi
antara sesame peserta didik dan interaksi antara pendidik dan peserta didik,
merupakan interaksi timbal balik dan saling memberikan dampak pada keduanya.
Oleh karena itu, dalam peruses interaksi dengan peserta didiknya, seorang
pendidik hendaklah memberikan ketauladanan dalam ber sosiologi dengan pihak
lainnya.
2. Perinsip Metode Pendidikan Islam
Dalam penggunannya, metode pendidikan
islam perlu memperhatikan prinsip-prinsip yang mampu memberikan pengarahan dan
petunjuk tentang pelaksanaan metode pendidikan tersebut. Dengan prinsip-prinsip
ini diharapkan metode pendidikan islam dapat berjalan dengan lebih efektif dan
efisien dengan tidak menyimpang dari tujuan semula pendidikan islam. Oleh
karena itu, seorang pendidik perlu memperhatikan prinsip-prinsip metode
pendidikan diantaranya adalah :
a. Prinsip Kemudahan. Metode pendidikan
yang digunakan oleh pendidik pada dasarnya adalah menggunakan sebuah cara yang
memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk menerapkan ilmu pengetahuan,
keterampilan, dan sekaligus mengidentifikasi dirinya dengan nilai-nilai ilmu
pengetahuan dan keterampilan tersebut.
b.Prinsip Berkesinambungan.berkesinambungan
penulis angkat menjadi prinsip metode pendidikan islam, karena dengan asumsi
bahwa pendidikan islam adalah sebuah proses yang akan berlangsung terus
menerus. Untuk itu, dalam menggunakan metode pendidikan, seorang pendidik perlu
memperhatikan kesinambungan pelaksanaan pemberian materi.
c.Prinsip Feksibel dan Dinamis. Metode
pendidikan islam harus digunakan dengan prinsip fleksibel dan dinamis, sebab
dengan kelenturan dan kedinamisan metode tersebut, pemakaian metode tidak hanya
menonton dangan satu macam metode. Seorang pendidik mampu memilih salah satu
dari berbagai alternative yang ditawarkan oleh para pakar yang dianggap cocok
dan pas dengan materi. Hal ini disebabkan karena dalam hal kesinambungan sebuah
metode pendidikan islam yang digunakan akan member pesan dinamis.
3. Metode Pendidikan Menurut Pakar
Pendidikan Islam
Para ahli didik islam telah merumuskan
berbagai metode pendidikan islam diantaranya adalah :
a. Al Ghazali. Seorang ahli piker dan ahli
tasawuf islam yang terkenal dengan gelara “pembela islam” (Hujjatul slam),
banyak mencurahkan perhatian kepada masalah pendidikan. Menurut Al Ghazali,
seorang pendidik agar memperoleh sukses dalam tugasnya harus menggunakan pengaruhnya
serta cara tepat arah.[5]
Di dalam
membahas masalah belajar, Al Ghazali lebih menekankan potensi rasio daripada
potensi kejiwaan yang lain, meskipun potensi rasio manusia dipandang berada di
dalam kekuasaan Tuhan. Dalam arti kekuasaan Tuhan adalah yang pertama sedangkan
rasio adalah yang kedua.
b. Abdulah Nashih Ulwan. Menguraikan,
paling tidak ada empat macam yang harus dilakukan oleh pendidikan di rumah
tangga ( orang tua ) dalam tanggungjawabnya mendidik dan memenuhu keinginan
anak, yaitu :
1) Menyuruh anak-anak sejak awal membaca la
ilaha illallah;
2)Memperkenalkan sejak awal tentang
pemikiran hukum halal dan haram;
3)Menyuruh anak beribadah semenjak umur
tujuh tahun;
4)Mendidik anak cinta kepada Rasulullah dan
keluarganya serta cinta membaca al-Qur’an.
c.Muhammad Abduh, ulama cendikiawan Mesir
(maha guru universitas Al Azhar di kairo) menghendaki adanya pembaruan dalam
sikap dan pandangan di kalangan umat islam. Sikap dan pandangan baru itu
menyangkut cara memahami dan menafsirkan ajaran islam. Perubahan sikap dan
pandangan demikian tidak bias lain kecuali hars melalui peroses kependidikan.
Sebagai tokoh
modernisasi dalam pendidikan, beliau juga ingin melakukan modernisasi dalam
filsafat, teologi, dan bidang-bidang lainnya. Untuk melakukan modernisasi
melalui sistim pendidikan, beliau mengusulkan ada tiga jenis sekolah sebagai
berikut :
a) Sekolah dasar negeri hendaknya
mengajarkan membaca, menulis, dan berhitung, juga sejarah islam, pendidikan
agama, dan pendidikan moral;
b) Sekolah-sekolah khusus negeri yang
mendidik calon pegawai dan perwira militer, hendaknya juga diberi pendidikan
agama dan moral;
c) Sekolah-sekolah khusus untuk mendidik
para ulama hendaknya diberi mata pelajaran yang luas, tidak hanya agama
melainkan juga sejarah umum.
B. Metode Mengajar Dalam Pendidikan Islam
Metode mengajar dalam pendidikan islam
sebenarnya dapat saja mengadopsi metode yang dipakai dalam pengajaran secara
umum asalkan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip yang mendasarinya dalam
al-Qur’an dan Hadis. Metode-metode tersebut di antaranya : (1) metode ceramah,
(2) metode diskusi, (3) metode Tanya jawab, (4) metode demonstrasi, (5) metode
karyawisata, (6) metode penugasan, dan masih banyak lagi metode yang lainnya.
Disamping metode mengajar, dikenal pula
istilah teknik mengajar dalam pendidikan islam. Berbeda dengan metode,
tekniknya bersifat lebih spesifik. Hadari Nawawi menawarkan beberapa teknik
pendidikan islam :
1) Mendidik melalui ketauladanan. Dalam
proses pendidikan, setiap pendidik harus berusaha menjadi tauladan bagi peserta
didiknya. Dengan ketauladanan tersebut, dimaksutkan peserta didik dapat untuk
senantiasa mencontoh segala sesuatu yang baik dalam perkataan maupun perbuatan
seorang pendidik.
2) Mendidik melalui kebiasaan. Ada dua
jenis pembiasaan yang perlu ditanamkan melalui peruses pendidikan, yaitu : (1)
kebiasan yang bersifat otomatis, (2) kebiasaan yang dilakukan atas dasar
pengertian dan kesadaran akan manfaat atau tujuan.
Mendidik melalui
partisipasi. Dalam interaksi pendidikan, disatu sisi anak tidak boleh
diperlakukan sebagai manusia kecil yang tidak patut berpartisipasi dengan semua
kegiatan orang dewasa. Di sisi lain anak tidak boleh pula diperlakukan sebagai
orang dewasa yang berbadan kecil, sehingga harus memikul tanggung jawab dan
ikut berpartisipasi terhadap semua aktuvita orang dewasa. Sehubungan dengan
ini, Allah SWT berfirman dalam Surah An-Nahl ; 125 (“Ajarkanlah dengan penuh
kebijakan, agar memperoleh pengajaran”).
Baca juga : Kewajiban Mendidik dalam Ajaran Pendidikan Islam
DAFTAR PUSTAKA
Prof, DR. H. Ramayulis, Samsul Nizar MA, Filsafat Pendidikan
Agama Islam, Jakarta : Kalam Mulia.
Aly Al-Djumlaty, Abdul Futuh At-Tuwanisy, Dirasat Muqaranah fit
Tarbijjah Al-Islamiyah.
Muzayyin Arifin , Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi
Setiya.
Prof, DR. H. Ramayulis, Samsul Nizar MA, Filsafat Pendidikan
Agama Islam, Jakarta : Kalam Mulia.
***
Demikian penulisan artikel kami. Jika ada pertanyaan dan beberapa permasalahan yang berkaitan dalam artikel. Langsung saja kalian tulis di contak comant yang kami sediakan (click post a comment) 👇
شكرا جزيلا
No comments:
Post a Comment
Jika ada pertanyaan dan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan artikel. Langsung saja kalian tulis di contak comment yang kami sediakan atau click post a comment dan jangan lupa untuk Berkomentar yang baik 🙂