Pages

Wednesday 21 September 2016

ILMU PENDIDIKAN ISLAM, PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KEJAYAAN

BAB I
PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang

Proses pendidikan sebenarnya telah berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan perkembangan sosial budaya manusia di bumi. Nabi Muhammad SAW membangkitkan kesadaran manusia terhadap pentingnya pengembangan bidang pendidikan. Nabi  Muhammad  SAW adalah pengajar atau pendidik muslim utama, disamping itu beliau diperintahkan oleh Allah untuk menyebarkan pesan-pesan Allah yang terkandung dalam Al-qur’an.

Setelah Rosulullah wafat maka pemerintahan Islam dipegang secara bergantian oleh khulafahurrosidin. Para khulafahrosidin dan sahabat adalah pelaku pendidikan pada masa itu digantikan oleh para tabi’in, namun berkembang sebagaimana pada masa sesudahnya. Begitu pula dalam hal pendidikan Islam tidak jauh berbeda dengan Nabi muhammad SAW yang menekankan pada pengajaran-pengajaran baca tulis dan ajaran-ajaran Islam lainnya. Dengan berakhirnya masa khulafurosidin, maka mulailah kekuasaan Bani Abasyiah yang menemui puncak kejayaan pendidikan Islam .

B.       Rumusan Masalah

Melihat latar belakang penulisan makalah ini, maka penulis menyimpulkan beberapa rumusan masalah di antaranya yaitu:

1.    Apa saja lembaga-lembaga pendidikan pada masa kejayaan?
2. Apa saja materi dan metode yang diterapkan dalam pendidikan pada masa kekayaan?
3.  Siapa sajakah tokoh-tokoh pendidikan pada masa kejayaan?

C.      Tujuan

Penulis membuat makalah ini dengan tujuan agar pembaca dapat memahamahi lembaga-lembaga, materi dan metode, serta tokoh-tokoh dalam pendidikan Islam pada masa kejayaan.




BAB  II
PEMBAHASAN


A.     MASA KEJAYAAN PENDIDIKAN  ISLAM

Masa ini dimulai dengan berkembang pesatnya kebudayaan Islam yang ditandai dengan berkembang luasnya lembaga-lembaga pendidikan islam dan madrasah-madrasah formal serta universitas dalam berbagai pusat kebudayaan islam. Pendidikan tersebut sangat berpengaruh dalam membentuk pola kehidupan, budaya dan menghasilkan pembentukan dan perkembangan dalam berbagai aspek budaya kaum muslimin dan mendatangkan rohmatalil ‘alamin.

       1. Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Pada Masa Kejayaan

Sebagaimana banyak dicatat dalam berbagai sumber sejarah, bahwa zaman dinasti Abbasiyah adalah zaman keemasan Islam (golden age) yang ditandai oleh kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan peradaban yang mengagumkan, yang dapat dibuktikan keberadaannya, baik melalui berbagai sumber informasi dalam buku-buku sejarah maupun melalui pengamatan empiris di berbagai wilayah di belahan dunia yang pernah dikuasai Islam, seperti Irak, Spanyol, Mesir dan sebagian dari Afrika Utara.
Berbagai kemajuan yang dicapai dunia Islam tersebut tidak mungkin terjadi tanpa didukung oleh kemajuan dalam bidang pendidikan, karena pendidikanlah yang menyiapkan sumber daya manusia yang menggerakkan kemajuan tersebut. Adapun lembaga-lembaga pendidikan Islam masa kejayaan sebagai berikut.






a.     Kutab sebagai Lembaga Pendidikan Dasar

Kutab atau maktab berasal dari kata dasar kutaba yang berarti menulis atau tempat belajar menulis. Jadi katab adalah tempat belajar menulis. Pada mulanya dilaksanakan di rumah guru-guru yang bersangkutan, yang di ajarkan adalah menulis dan membaca. Kemudian pada akhir abad pertama hijriyah, kutab tidak hanya mengajarkan menulis dan  membaca, tetapi juga menhajarkan membaca al-qur’an dan pokok-pokok ajaran Islam.

b.   Pendidikan Rendah di Istana

Timbulnya pendidikan rendah di istana untuk anak-anak para pejabat adalah berdasarkan pemikiran bahwa pendidikan itu harus bersifat menyiapkan anak didik agar mampu menyiapkan tugas-tugasnya yang akan diembannya nanti setelah ia dewasa.
Pendidikan anak-anak di istana berbeda dangan pendidikan anak-anak di kutab pada umumnya. Di istana para orang tua murid (para pejabat istana) adalah yang membuat rencana pelajaran tersebut selaras dengan anaknya dan tujuan yang dikehendaki oleh orang tuanya.

c.    Toko-Toko Kitab

Toko-toko kitab bukan hanya sebagai tempat berjual-beli kitab saja, tetapi juga merupakan tempat berkumpulnya para ulama, pujangga dan ahli-ahli ilmu pengetahuan lainnya untuk berdiskusi, berdebat dan bertukar pikiran dalam berbagai masalah ilmiah atau sekaligus sebagai lembaga pendidikan dalam rangka pengembangan berbagai macam ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam.

d.    Rumah-Rumah Para Ulama ( Ahli Ilmu Pengetahuan)

Diantara rumah para ulama terkenal yang menjadi tempat memberikan pelajaran adalah rumah Ibnu Sinah, Al-Ghazali, Ali Ibnu Muhammad Al-Fasihi, Yakub Ibnu Kilis, wazir Khalifah Al-Aziz Billah Al-Fatimy dan lainnya. Dan Ahmad Syalab mengemukakan bahwa, dipergunakannya rumah-rumah tersebut adalah karena terpaksa dalam keadaan dalurat.

e.    Majelis

Dalam majelis adalah suatu majelis khusus yang diadakan oleh khalifah-khalifah untuk membahas dalam bebagai macam ilmu pengetahuan. Majelis ini dimulai pada masa khalifah Al-Rasyidin yang biasa memberi ketua-ketua dan diskusi dengan para sahabat untuk memecahkan masalah yang dihadapi pada masa itu.

f.  Badi’ah (Padang Pasir Desa Tempat Tinggal Badwi)

Badi’aah digunakan sebagai tempat untuk mempelajari bahasa Arab yang fasih dan murni serta mempelajari syair-syair dan sastra Arab. Badi’ah-badi’ah tersebut lalu menjadi sumber ilmu pengetahuan terutama bahasa dan sastra Arab yang berfungsi sebagai lembaga pendidikan. Disamping itu di badi’ah berdiri ribath-ribath atau zawiyah yang merupakan pusat kegiatan dari ahli sufi.







g.    Rumah Sakit (Bimaristan)

Pada zaman jayanya kemajuan dan kebudayaan islam dalam rangka menyebarkan ajaran islam banyak didirikannya rumah sakit oleh khalifah dan para pembesar-pembesar negara. Rumah sakit bukan hanya berfungsi sebagai tempat merawat, tetapi juga menjadi tempat mendidik.

h.    Perpustakaan

Pada zaman perkembangan ilmu pengatahuan dan kebudayaan Islam, buku mempunyai nilai yang sangat tinggi. Buku digunakan sebagi sumber informasi, berbagi macam ilmu pengetahuan yang ada dan telah dikembangkan oleh para ahlinya. Disamping itu perkembangan perpustakaan yang bersifat umum yang diselenggarakan oleh pemerintah atau wakaf dari ulama sarjana di baitul Baghdad yang didirikan oleh khalifah harun Al-Arasyid merupakan suatu contoh dari perpustakaan Islam yang lengkap yang berisi ilmu-ilmu agama islam dan berbagai macam ilmu pengetahuan.

i.      Masjid

Masjid dalam dunia Islam sepanjang sejarahnya tetap memegang peranan yang pokok, disamping fungsinya sebagai tempat berkomunikasi dengan Tuhan juga sebagai tempat lembaga pendidikan dan juga tempat berkumpulnya umat muslim.


2.        Materi dan Metode dalam Lembaga Pendidikan Islam

a.    Materi Pendidikan Islam Pada Masa Kejayaan

Materi pendidikan dasar pada masa daulat Abbasiyah terlihat ada unsur demokrasinya, disamping materi pelajaran yang bersifat wajib (ijbari) bagi setiap murid juga ada materi yang bersifat pillihan (ikhtiari). Hal ini tampaknya sangat berbeda dengan materi pendidikan dasar pada masa sekarang. Di saat sekarang ini materi pendidikan tingkat dasar dan menengah semuanya adalah materi wajib, tidak ada materi pilihan. Materi pilihan baru ada pada tingkat perguruan tinggi.

Menurut Mahmud  Yunus dalam bukunya “Sejarah Pendidikan Islam”, yang dikutip oleh Suwito menjelaskan tentang materi pelajaran yang bersifat wajib (ijbari) yakni :
·      Al-Qur’an
·      Shalat
·       Do’a
·       Sedikit ilmu nahwu dan bahasa arab (maksudnya yang dipelajari baru pokok-pokok dari ilmu nahwu dan bahasa arab belum secara  tuntas dan detail)
·       Membaca dan menulis
Sedangkan materi pelajaran ikhtiari (pilihan) ialah:
·      Berhitung
·       Semua ilmu nahwu dan bahasa arab (maksudnya nahwu yang berhubungan dengan ilmu nahwu dipelajari secara tuntans dan detail)
·      Syair-syair
·       Riwayat/ Tarikh Arab

b.   Metode Pendidikan Islam Pada Masa Kejayaan

Dalam proses belajar mengajar, metode pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting guna mentransfer pengetahuan atau kebudayaan dari seorang guru kepada para muridnya. Melalui metode pengajaran terjadi proses internalisasi dan pemilikan pengetahuan oleh murid hingga murid dapat menyerap dan memahami dengan baik apa yang telah disampaikan gurunya.

Pada masa Dinasti abbasiyah metode pendidikan yang digunakan dapat dikelompokkan menjadi 3 macam sebagai berikut.

1)   Metode Lisan

Metode lisan berupa dikte, ceramah, qira’ah dan diskusi. Metode dikte (imla’) adalah metode penyampaian pengetahuan yang dianggap baik dan aman karena dengan imla’ ini murid mempunyai catatan yang akan dapat membantunya ketika ia lupa. Metode ini dianggap penting, karena pada masa klasik buku-buku cetak seperti masa sekarang sulit dimiliki. Metode ceramah disebut juga metode as-sama’, sebab dalam metode ceramah, guru menjelaskan isi buku dengan hafalan, sedangkan murid mendengarkannya. Metode qiro’ah biasanya digunakan untuk belajar membaca sedangkan diskusi merupakan metode yang khas pada masa ini.







2)   Metode Menghafal

Metode menghafal merupakan ciri umum pendidikan pada masa ini. Murid-murid harus membaca secara berulang-ulang pelajarannya sehingga pelajaran tersebut melekat pada benak mereka, sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Hanafi, seorang murid harus membaca suatu pelajaran berulang kali sampai dia menghafalnya. Sehingga dalam proses selanjutnya murid akan mengeluarkan kembali dan mengkonstektualisasikan pelajaran yang dihafalnya sehingga dalam diskusi dan perdebatan murid dapat merespons, mematahkan lawan, atau memunculkan sesuatu yang baru.

3)   Metode Tulisan

Metode tulisan dianggap metode yang paling penting pada masa ini. Metode tulisan adalah pengkopian karya-karya ulama. Dalam pengkajian buku-buku terjadi proses intelektualisasi hingga tingkat berguna bagi proses penguasaan  ilmu pengetahuan juga sangat penting artinya bagi penggandaan jumlah buku teks, karena pada masa ini belum ada mesin cetak, dengan pengkopian buku-buku kebutuhan terhadap teks buku sedikit teratasi.

3.        Tokoh-Tokoh Pendidikan Islam Pada Masa Kejayaan

Sejalan dengan perkembangan lembaga pendidikan, ilmu pengetahuan dan tradisi serta atmosfer akademik, maka pada zaman Abbasiyah ini di tandai pula dengan lahirnya para ilmuwan yang sekaligus bertindak sebagai para guru. Mereka bukan hanya ahli dalam ilmu agam Islam melainkan juga ahli dalam bidang ilmu pengetahuan umum, seni dan arsitektur. Di antara para ilmuwan dan guru yang terkenal di zaman Abbasiyah adalah:

a.    Al-Razi (guru Ibnu Sina)

Ia berkarya dibidang kimia dan kedokteran, menghasilkan 224 judul buku, 140 buku tentang pengobatan, diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin. Bukunya yang paling masyhur adalah Al-Hawi Fi ‘Ilm At Tadawi (30 jilid, berisi tentang jenis-jenis penyakit dan upaya penyembuhannya). Al-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di tangan Ibnu Sina.

b.      Al-Battani (Al-Batenius)

Seorang astronom. Hasil perhitungannya tentang bumi mengelilingi pusat tata surya dalam waktu 365 hari, 5 jam, 46 menit, 24 detik, mendekati akurat. Buku yang paling terkenal adalah Kitab Al Zij dalam bahasa latin: De Scienta Stellerum u De Numeris Stellerumet Motibus, dimana terjemahan tertua dari karyanya masih ada di Vatikan.

c.      Al Ya’qubi
     Seorang ahli geografi, sejarawan dan pengembara. Buku tertua dalam sejarah ilmu geografi berjudul Al Buldan (891), yang diterbitkan kembali oleh Belanda dengan judul Ibn Waddih qui dicitur al-Ya’qubi historiae.

d.      Al Buzjani (Abul Wafa)
Ia mengembangkan beberapa teori penting di bidang matematika (geometri dan trigonometri).

e.      Ibn Sina
Ibn Sina adalah seorang mahaguru dalam bidang ilmu kedokteran dan filsafat. Dengan karya-karyanya seperti al-Qanun fi al-Thibb (Ensiklopedi Kedokteran) sebanyak tiga jilid, al-Syifa dan Al-Najah.

f.      Ibn Miskawih
Ibn Miskawih adalah seorang guru dalam ilmu akhlak. Salah satu karyanya adalah Tahdzib al-Tahdzib.

g.      Ibn Jama’ah
Ibn Jama’ah adalah seoarang guru dalam bidang ilmu fikih dan akhlak, Tadzkirat al-Sa’mi lil ‘Alim wa al-Muta’allim.








h.       Imam al-Juwaini
Imam al-Juwaini adalah seorang guru dalam bidamg teologi pada Madrasah Nidzamiyah tempat Imam al-Ghazali menimba ilmu, karyanya berjudul al-Irsyad.

i.       Imam al-Ghazali
Imam al Ghazali tel;ah tampil sebagai mahaguru di Madrasah Nidzamiah, istana, dan di masyarakat pada umumnya. Melalui karyanya yaitu Ihya’ Ulum al-Din sebanyak tiga jilid, ia telah tampil sebagai guru dalam bidang fikih dan tasawuf.

Dari hasil ijtihad dan semangat riset, maka para ahli pengetahuan, para alim ulama, berhasil menemukan berbagai keahlian berupa penemuan berbagai bidang-bidang ilmu pengetahuan, antara lain :

a)        Ilmu Umum
1.      Ilmu Filsafat
·      Al Farabi (wafat tahun 916 M) dalam usia 80 tahun. Banyak menulis buku tentang filsafat, logika, jiwa,etika dll
·      Ibnu Shina (980-1037 M). Karangan-karangan yang terkenal antara lain: Shafa, Najat, Qoman, Saddiya dan lain-lain
·      Ibnu Rusd (1126-1198 M). Karangannya : Kulliyaat, Tafsir Urjuza, Kasful Afillah dan lain-lain

2.       Bidang Kedokteran
·      Jabir bin Hayyan (wafat 778 M). Dikenal sebagai bapak Kimia.
·      Hurain bin Ishaq (810-878 M). Ahli mata yang terkenal sebagai penterjemah bahasa asing.
·      Ar Razi atau Razes (809-873 M). Karangan yang terkenal mengenai cacar dan campak yang diterjemahkan dalam bahasa latin.

3.       Bidang Matematika
·      Umar Al Farukhan: Insinyur Arsitek Pembangunan kota Baghdad.
·      Al Khawarizmi: Pengarang kitab Al Gebra (Al Jabar), penemu angka (0).

4.       Bidang Astronomi
·      Al Farazi : pencipta Astrolobe.

5.      Bidang Seni Ukir
Beberapa seniman ukir terkenal: Badr dan Tariff (961-976 M) seperti seni musik, seni tari, seni pahat, seni sulam, seni lukis dan seni bangunan.







b)       Ilmu Naqli
1.         Ilmu Tafsir,
 Para mufassirin yang termasyur: Ibnu Jarir ath Tabary, Ibnu Athiyah al Andalusy (wafat 147 H), As Suda, Mupatil bin Sulaiman (wafat 150 H), Muhammad bin Ishak dan lain-lain.

2.    Ilmu Hadist,
Muncullah ahli-ahli hadist ternama seperti: Imam Bukhori (194-256 H), Imam Muslim (wafat 231 H), Ibnu Majah (wafat 273 H),Abu Daud (wafat 275 H), At Tarmidzi, dan lain-lain

3.    Ilmu Kalam,
diantaranya para pelopor itu adalah: Wasil bin Atha’, Abu Huzail al Allaf, Adh Dhaam, Abu Hasan Asy’ary, Hujjatul Islam Imam Ghazali

4.    Ilmu Tasawuf,
 Ahli-ahli dan ulama-ulamanya adalah : Al Qusyairy (wafat 465 H), Syahabuddin (wafat 632 H), Imam Ghazali .

5.      Ilmu Fiqih
Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad bin Hambal dan Para Imam Syi’ah.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kejayaan pendidikan Islam dimulai dengan perkembangan lembaga-lembaga pendidikan Islam non formal diantaranya; kuttab, pendidikan rendah di istana, toko-toko kitab, rumah para ulama, majelis, badiah (padang pasir dusun tempat tinggal badwi), rumah sakit, perpustakaan dan masjid. Kemajuan pendidikan Islam dapat dilihat dari materi dan metode-metodenya yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Materi yang diguanakan ada yang bersifat wajib (ijbari) dan bersifat pilihan (ikhtiari) dan metode yang digunakan yaitu metode lisan, menghafal dan tulisan.

Kemudian pada masa ini muncul ilmuan-ilmuan muslim yang turut memperluas dan mengembangkan metodologi untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Sehingga tumbuhlah sarjanah-sarjanah yang ahli sesuai bidang keilmuan yang dimiliki diantaranya: Alfarabi, Ibn Sina, Al-faraghani, Abu Hanifah, Malik bin Anas, Bukhari dan Muslim dan banyak lagi yang lainnya.

B.     Saran
Dari materi di atas sebagai seorang pelajar hendaknya mampu menggali potensi-potensi yang telah dimiliki, dengan mempelajari ilmu-ilmu pengetahuan yang berguna untuk mencapai ridho ilahi dan mampu untuk memajukan pendidikan islam sebagimana yang telah dilakukan oleh para pendahulu-pendahulu kita.
Semoga apa yang telah dilakukan cendikiawan-cendikiawan muslim terdahulu sebagai upaya yang telah dilakukan untuk memajukan pendidikan Islam dapat menjadi motivasi bagi kita semua untuk lebih giat belajar dan mampu meningkatkan prestasi serta bekal kita untuk mengembangkan dan memajukan pendidikan islam.






                                                          DAFTAR PUSTAKA


Abuddin Nata, 2011. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media Group.
Suwijo, 2008. Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
Zuhairini, dkk., 2004 . Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.



Baca Juga : 




No comments:

Post a Comment

Jika ada pertanyaan dan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan artikel. Langsung saja kalian tulis di contak comment yang kami sediakan atau click post a comment dan jangan lupa untuk Berkomentar yang baik 🙂