Pages

Wednesday, 28 September 2016

ILMU PENDIDIKAN ISLAM, PERBEDAAN ANTARA DASAR ILMU PENDIDIKAN ISLAM DENGAN DASAR ILMU PENDIDIKAN BARAT



PENJABARAN DENGAN BERDASARKAN BUKU ILMU PENDIDIKAN ISLAM
Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Pd.  dan Hendra Akhdiyat, M.Pd.

Pendidikan pada zaman Rasulullah merupakan pendidikan emas Islam di abad tersebut dan berikutnya yaitu abad kehidupan para sahabat dan tabi’in. Islam sangat maju dan berjaya di abad tersebut dengan berlandaskan pendidikan yang bersumber pada kalam-kalam Allah. berbagai ilmu pengetahuan dibidang kebahasaan terutama sastra, dibidang  kemajuan ilmu hitung seperti ilmu matematika, ilmu falak, ilmu perhitungan bulan dan alam semesta telah menjadi penemuan yang terdahulu diteliti oleh para ulama islam sebelum di lakukan oleh para ilmuan dari barat. Hal ini dapat dibuktikan dengan buku-buku sejarah islam yang menceritakan, betapa umat islam merupakan peradaban ilmu terbesar yang pernah terjadi diabadnya. Bahkan kajian referensi terlengkap dibidang ilmu pengetahuan semua berada dikitab-kitab lama yang tersimpan maupun tersisa dari buku-buku sejarah peradaban Islam.

Namun sejarah tersebut seakan musnah dimakan oleh usia dan keadaan. Banyak ilmu pengetahuan yang berkembang seakan lebih memiliki makna berarti dibidang pengetahuan yang telah diajarkan oleh pendidikan Islam dan seakan Peradaban emas itu telah menjadi cerita belaka dikhalangan umat islam sendiri. Waktu telah menggeser tinta-tinta emas dibidang ilmu pengetahuan yang telah dicetak generasi Islam.

Seperti dikemukakan dalam sejarah ilmu pengetahuan, sejak abad ke-8 sampai dengan abad ke-12, selama kurang lebih 500 tahun secara terus menerus, sains dan tehnologi merupakan monopoli umat Islam. Namun setelah abad ke-8, mereka mulai melepaskannya secara berangsur-angsur dan menggapnya sebagai unsur asing, untuk kemudian menjauhinya dan memusuhinya, sedangkan bangsa-bangsa di Eropa, dalam kurun waktu yang sama, justru meningkatkan kegiatan mereka dibidang tersebut (halaman 132).  

Dalam penjelasan tersebut, terlihat bahwa pendidikan Islam yang sedang di berlakukan untuk generasi Islam saat ini menjadi berbeda dengan pendidikan Islam yang diberikan Rasulullah kepada para sahabat yang melahirkan generasi Islam emas dimasa sahabat nabi dan generasi sesudahnya yaitu masa tabi’in.  Kekeliruan itu terlihat dengan jelas bahwa umat Islam pada umumnya dimasa ini lebih memperhitungkan pendidikan yang dibuat oleh sejumlah tokoh ilmuan yang besar  ketimbang pendidikan yang telah diajarkan oleh Rasulullah. Sudah begitu jelas, dan tidak bisa di pilah lagi ataupun dielakkan apakah statement yang dikemukakan oleh buku tersebut merupakan statement yang tidak dapat dibuktikan. Tapi pada kenyataannya, pendidikan Islam untuk generasi di diabad kontemporer, sudah mengalami krisis pendidikan yang drastis baik dibidang pengetahuan maupun IT. Krisis yang drastis dibidang ilmu pengetahuan dan IT bukanlah dalam segi kuantitas yang sedang mereka gandrungi akan tetapi dalam segi kualitas yang mereka pahami mengenai ilmu pengetahuan dan kecanggihan IT yang mereka lihat.

Ilmu adalah cahaya yang mebenarkan keimanan. Sedang iman tanpa ilmu adalah sesuatu hal yang dikerjakan dengan sangat lemah dan bahkan sisa-sia, karena iman tanpa ilmu akan membawa pemiliknya pada jurang kebimbangan dan kebinasaan. Sedang Rasulullah telah bersabda “maka keluarkanlah dirimu dari yang subhat”  yaitu sesuatu yang bimbang yang belum ada dasarnya.

Disinilah penegasan Allah mengenai ayat yang telah diturunkannya yaitu Allah akan meninggikan orang yang berilmu dan beramal shaleh  beberapa derajat .Sungguh Ilmu adalah segalanya sedang kebinasaan serta kehancuran suatu bangsa terletak besar pada pengetahuan yang mereka miliki . pada ayatnya yang paling tegas berkaitan dengan pengetahuan yang Allah berfirman kan mengenai  “tidak akan merubah suatu kaum kecuali mereka menentukan nasib mereka sendiri”.

Dalam beberapa cuplikan yang telah diuraikan mengenai keadaan pendidikan saat ini tentu sudah sangat jauh dari pendidikan yang dipraktikan oleh rasulullah. Hal ini menjadi bahan pertimbangan kita, masihkan kita mengikuti sistem yang berlaku yaitu pendidikan dinegara-negara kebanyakan yang tidak menganut dan berpaham Islam ataukah kita terus melakukan perubahan bukan untuk menyanding dan ikut berkuruman pada pendidikan mereka akan tetapi kembali dan menyikapkan diri pada pendidikan yang diajarkan Rasulullah. Sudah sepantasnya seorang guru malu mengajarkan pendidikan kepada anak didiknya selama bertahun-tahun namun sedikit pengetahuan yang berbekas didada mereka.

“akhirnya, pada abad ke-15, bangsa eropa mulai mengambila alih kedudukan umat Islam sebagai elite Intelektual. Kemudian, sesuai dengan ciri kebudayaan mereka, selama berabad-abad, bermula abad ke-17 telah mereka memaksakan penjajahan dan penindasan pada umat islam. Setelah tidak mampu menandingi tehnologi perenjataan dan kekuatan ekonomi barat, umat islampun tertinggal jauh oleh barat dalam ilmu pengetahuan dan tehnologi.” (halaman 132 )

Pengetahuan dan IT yang telah bangsa Eropa dapatkan adalah bagian dari “cuplikan” pendidikan yang diajarkan rasulullah kepada para sahabat yang secara diam-diam tidak mereka muat dalam pengakuan mereka diseluruh bidang pengetahuan yang mereka dapatkan berupa buku-buku maupun berbagai artikel yang mereka miliki, sedangkan mereka mengakui mendapatkan ilmu pengetahuan tersebut berdasarkan kemampuan mereka (ini adalah perbuatan segelintir pihak yang berkutat dan memonopoli ilmu pengetahuan yang ditutupi mereka). Sedangkan pendidikan generasi Islam saat ini didapatkan oleh mereka yang tidak dapat dipertanggung jawabkan kebaikannya.

Percayakah dengan pendidikan mereka ?
masih adakah keinginan untuk mengikuti sistem pendidikan kebanyakan dinegara-negara yang ada ? akankah kembali kepada pendidikan masa rasulullah ?
masih bergunakah statement nilai adalah nilai diatas segala nilai-nilai moral dan ilmu pengetahuan Islam ?

penjabaran ini bukan untuk menjelaskan salah siapa dan kenapa pendidikan harus seperti ini. Akan tetapi umat Islam memang dianjurkan memaknai Islam yang sebenar-benarnya yaitu memeperbaiki kesalahan yang untuk menggantikannya dengan kebaikan yang sebenarnya. Sudah seharusnya umat Islam kembali kepada pendidikan Islam yang diajarkan Rasululah yang telah terbukti kebenarannya dan yang telah mencetak generasi Islam yang militan terhadap Agama, bangsa dan negara. Moral adalah segalanya dalam Islam, Islam tanpa moral tidak dibenerakan dalam Iman. karena Iman tercermin dalam nilai moral penganutnya dalam kehidupan beragama berbangsa dan bernegara.

Kekeliruan berpikir oleh penganut agama kebanyakan merupakan sudut pandang yang menutupi realita dan kesadaran beragama dalam implementasi kehidupan bersosial, politik, ekonomi dan pendidikan. karena kelemahan di satu sisi dan kelebihan disisi lain membuat mereka lupa tentang implementasi ke-Islaman. Implementasi bagaimana ilmu dalam Al-quran dan cara menanggapinya.

Padahal kecaman Al-Ghazali itu sendiri sebenarnya mengarah pada dua sasaran. Pertama, kritik umat Islam yang terlampau mendewakan akal dalam memahami agama sehingga nilai mendasar dari agama hilang, yang ada adalah rasionalisasi agama. Kedua, adalah kritik bagi orang yang melampaui taklid dan fanatik pada agama sehingga rasionalitasnya tidak digunakan. (halaman 133-134)

Kecaman Al-Ghazali dapat dimengerti yaitu diperuntukan bagi para ahli agama yang seharusnya tidak serta merta hidup didalam satu keadaan dan menceburkan diri didalam keadaan tersebut tanpa membuka  perhatian disisi lain yang seharusnya pula dipelajari. Ilmu bagitu luas dan karena luas itulah Allah meninggikan orang yang berilmu. Disamping Allah melaknat kaum yang mempermainkan kaum  lain atas pengetahuannya atau ilmunya.

Ilmu yang umat Islam belum menguasai dibeberapa keadaan seharusnya tidak serta merta membuat mereka menarik dirinya untu menjauhi ilmu tersebut (abad generasi islam mulai mengalami kemrotan ilmu pengetahuan) seperti pada zaman Al-Ghazali , ilmu yang berkaitan dengan akal rasional seperti matematika dan logika membuat kaum beragama menarikkan diri dari keadaan tersebut demi menyelamatkan agama dari pertanyaa-pertanyaan rasioanl. Karena pada dasaranya ilmu akan terus mengarah kepada yang maha pencipta semakin digali maka akan semakin luaslah pandangan orang yang berilmu terutama iman dan hal itu akan membuka tabir kenyataan kepada kaum yang berpikir bahwa segala ilmu hanya mengarah pada satu sumber yaitu yang ESA.

Adapun ilmu yang dikecam Al-Ghazali dizamannya (ilmu ini bagian dari landasan dalam ilmu pendidikan yang ada dibarat)  yaitu pemikiran filsafat :
1.      Golongan materialisme yang berpaham atheistik yaitu tidak percaya adanya penciptaanoleh sang Pencipta.
2.      Golongan Naturalisyang berpaham deisme yaitu percaya pada tuhan Yang Esa namun tidak percaya adanya kebangkitan.
3.      Golongan Rheis yang percaya pada Tuhan, tetapi menerima pemikiran-pemikiran filsafat kuno sebagai landasan berpikir.

         Bersaing dengan keadaan yang berkaitan ruang dan waktu merupakan keadaan tersulit yang harus dipahami oleh umat Islam dalam pendidikan masa kini. Telah terlampau jauh generasi Islam terjajah oleh paham yang ditanamkan oleh para ilmuan barat terhadap generasi saat ini. Terlena tanpa tahu arah dan tujuan pendidikan akan mencetak generasi yang kosong pemahaman dan kesadaran. Yang dimaksud tanpa arah tujuan bukanlah visi dan misi pendidikan namun tanpa arah tujuan adalah kekosongan pemberdayaan manusia dalam segi moral sedang tinggi dalam segi pengetahuan. Ilmu yang tidak disertai iman membuat kebodohan hidup secara massal karena akan menciptakan generasi yang seperti telah dikecam oleh Al-ghazali dalam pernyataannya diatas.

Oleh karena itu pendidikan Islam saat ini memerlukan kerja keras yang harus segera diatasi baik bidang sosial, intelektual, ekonomi, dan pendidikan.

Teori-teori yang perlu dibangun adalah sebagai berikut :

1.      Teori pendidikan pranatal
2.      Teori pendidik anak dirumah tangga karir
3.      Teori pendidik anak dirumah tangga nonkarir
4.      Teori pendidikremaja dirumah tangga karir
5.      Teori pendidik remaja dirumah tangga non karir
6.      Teori pendidik anak dirumah tangga kelas bawah
7.      Teori pendidik anak dirumah tangga kelas atas
8.      Teori pendidikan remaja dirumah tangga kelas bawah
9.      Teori pendidikan remaja dirumah tangga kelas atas
10.  Teori pendidikan untuk pesantren tradisional
11.  Teori pendidikan untuk pesantren modern
12.  Teori pendidikan untuk pesantren kilat
13.  Teori pendidikan untuk majelis talim
14.  Teori pendidikan untuk khotbah-khotbah
15.  Teori pendidikan untuk kursus-kursus
16.  Teori pendidikan untuk kantor-kantor
17.  Teori pendidikan untuk rumah sakit
18.  Teori pendidikan untuk rumah yatim
19.  Teori pendidikan untuk tahanan anak-anak
20.  Teori pendidikan untuk tahanan remaja
21.  Teori pendidikan untuk tahanan dewasa
22.  Teori pendidikan untuk para pengusaha
23.  Teori pendidikan untuk taman kanak-kanak
24.  Teori pendidikan untuk sekolah dasar
25.  Teori pendidikan untuk  ibtida’iyah
26.  Teori pendidikan untuk sekolah menengah umum
27.  Teori pendidikan untuk sekolah menengah kejurusan
28.  Teori pendidikan untuk perguruan tinggi (lihat halaman 144-145)

Dari beberapa uraian yang telah disebut dapat disimpulkan bahawa ilmu pendidikan Islam dengan barat memiliki perbedaan yang sangat jauh dan mendasar yaitu :

1.      pendidikan islam berlandaskan pada Al-quran dan As-sunnah sedang Pendidikan di barat berdasarkan rasionalitas. Dan sudah sepatutnya pendidikan Islam di indonesia mengikuti pendidikan yang diajarkan oleh Nabi Besar Muhammad SAW kepada para sahabat.
2.      Pendidikan Islam bertujuan untuk menggapai kebahagiaan diakhirat dengan diimplementasikan dalam kehidupan dunia sedang tujuan pendidikan barat untuk kemaslahatan dunia semata.



Baca juga :




No comments:

Post a Comment

Jika ada pertanyaan dan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan artikel. Langsung saja kalian tulis di contak comment yang kami sediakan atau click post a comment dan jangan lupa untuk Berkomentar yang baik 🙂