BAB I
PENDAHULUAN
Hadist, seperti yang termuat dalam definisi ulama sebagai segala hal yang
didasarkan atas referensi hidup Nabi SAW, baik perkataan, perbuatan atau
persetujuan beliau adalah penjelasan dari apa yang sudah ditetapkan dalam al
Qur'an. Hal demikian dapat dipahami karena tugas beliau adalah menjelaskan
serta mengaplikasikan ajaran-ajaran al Qur'an secara teoritis dan praktis
sekaligus.
Sedangkan sunnah sebagai kebiasaan
hidup Nabi, juga merupakan cerminan ajaran al Qur'an. Hal demikian dapat
dipahami karena menurut keterangan yang didapat dari 'Aisyah, etika hidup Nabi
SAW adalah ajaran al Qur'an itu sendiri. Artinya, baik Hadits maupun Sunnah
dapat eksis disebabkan karena eksistensi al Qur'an. Hal ini menjelaskan, bahwa
semua keterangan yang didapat dari Hadist atau Sunnah harus dikonfirmasikan
ulang terhadap apa yang dipaparkan dalam al Qur'an.
Dakwah yang dilakukan Rasulullah bukan hanya ditujukan kepada orang lain
tetapi justru terlebih dahulu ditujukan kepada dirinya sehingga beliau selalu
terpelihara (ma’shum) sehingga orang-orang yang mengikuti beliau akan ikut
terpelihara karena keterpeliharaan beliau. “Katakanlah: “Inilah jalanku, aku
dan orang-orang yang menhikuti aku mengajak kamu kejalan Allah dengan hujjah
yang nyata”.
BAB II
PEMBAHASAN
A. HADIST-HADIST DAKWAH
1. PERINTAH TAQWA
آمُرُكَ بِتَقْوَى اللهِ وَعَلَيْكَ
بِنَفْسِكَ وَاِياَّكَ وَعَامَّةَ اْلُامُوْرِ.
Artinya :
“Aku perintahkan kepadamu untuk taqwa kepada
Allah dan waspadalah dalam semua urusan”.
Diriwayatkan oleh : Al Baihaqi dalam kitab “As
Syu’ub” dari Sahal bin Sa’ad.
Sababul wurud :
Kata Sa’ad, Rasulullah telah
bertanya kepada beberapa sahabatnya :
“Bagaimana
sikap kalian jika kalian tinggal di tengah-tengah “hutsalah” yang mencampur
adukkan amanat dan khianat dan mereka begini (Nabi masukkan jari-jari tangannya
ke jari lainnya). Mereka bertanya : “Jika keadaannya demikian apa yang kami
lakukan ya Rasulullah?”. Jawab beliau : “ lakukanlah yang ma’ruf dan
tinggalkanlah yang munkar”. Kemudian bertanyalah Abdullah bin amru bin Al Azh :
“Apa yang kau perintahkan kepadaku ya Rasul?”. Rasulullah menjawab : “Aku
perintahkan kepadamu agar tetap taqwa kepada Allah”.
Keterangan :
1.
“Hutsalah” yaitu orang yang tidak
berpegang teguh kepada Agamanya.
2.
Isyarat Nabi dengan jari-jari
tangannya maksudnya saat bercampur aduknya antara amanat dengan khianat.
3.
Taqwa : menjauhi larangan Allah
karena tekut akan siksa-Nya serta melakukan perintah-Nya karena mengharap
ridha-Nya.
2. EMPAT PERINTAH.
آمُرُكُمْ بِأَرْبَعٍ : الْاِيْمَانِ
بِاللهِ شَهَادَةِ اَنْ لَااِلَهَ اِلاَّاللهُ ، وَعَقَدَ بِيَدِهِ- وَاِقَامِ
الصَّلاَةِ، وَاِيْتَاءِالزَّكَاةِ، وَصِيَامِ رَمَضَانَ، وَاَنْ تُؤَدُّوْالِلهِ
خُمُسَ مَاغَنِمْتُمْ وَاَنْهَاكُمْ عَنْ اَرْبَعٍ عَنْ الدُّبَّاءِ وَالنَّقِيْرِ
وَالحَنْتَمِ وَالْمُزَفّتِ.
Artinya :
“Aku perintahkan kepada
kalian empat perkara : Iman kepada Allah yakin mengakui tidah ada tuhan selain
Allah (beliau mengepalkan tangannya), mendirikan sholat, mengeluarkan zakat,
berpuasa bulan ramadhan, menyerahkan seperlima rampasan perang untuk Allah. Dan
aku melarang kalian dari empat perkara pula : Duba, naqir, hantam dan
muzaffat.”
Diriwayatkan oleh : Al Bukhari,
Muslim dari Ibnu Abbas.
Sababul wurud :
Kata Ibnu
Abbas, utusan Abdul Qais telah menghadap Rasulullah : “Ya Rasulullah, kami
adalah penghuni Rabi’ah. Di antara kami dan engkau ada orang-orang kafir yang
kejam. Kami tidak dapat berhubungan dengan engkau kecuali pada bulan-bulan
haram. Maka perintahkanlah kepada kami, perintah yang dapat kami lakukan dan
dapat kami sampaikan kepada orang-orang dibelakang kami”. Kemudian Rasulullah
memerintahkan empat perkara dan melarang empat perkara.
Keterangan :
Duba, naqir, hantam,
muzaffat adalah semua jenis alat atau bahan yang dapat mempercepat proses
perasan atau nira menjadi khamar atau tuak (minuman keras).
3.
TAQWA DAN BERAKHLAK MULIA
اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَاكُنْتَ
وَاَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ.
Artinya :
“Taqwalah kamu kepada Allah
dimanapun kamu berada, ikutilah keburukan dengan kebaikan niscaya kebaikan itu
menghapus keburukan dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik”.
Diriwayatkan oleh :
Imam Ahmad dalam “Al Zuhud”, Al Bukhari,
Muslim, Turmidzi, Al Hakim, Al Baihaqi, Ad Dhiya dalam “Al Mukhtarah” dan oleh
Ad Darimi dari Abu Dzar Al Ghifari. Sedangkan Al Baihaqi dan At Thabrani dari
Mu’adz bn. Jabal dan Ibnu Asakir. Dalam riwayat lain At Thabrani
meriwayatkannya dari Anas bin Malik.
Sababul wurud :
Tertera dalam
“As Shahihain” bahwa Ibnu Abbas telah meriwayatkan : “Ketika Abu Dzar
menyatakan Islam di Mekah, berkatalah Rasulullah kepadanya : “Kebenaran bagi
kaummu dengan harapan semoga Allah memberi manfa’at kepada mereka. Ketika
beliau melihat betapa Abu Dzar berkeinginan tinggal bersamanya di Mekah,
Rasulullah SAW memberitahukan ketidak mungkinannya, namun beliau berpesan:
“Taqwalah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada.
Keterangan :
Taqwa adalah takut
kepada Allah dan siksa-Nya kemudian mengamalkan perintah-Nya dan meninggalkan
larangan-Nya demi mengharap ridha-Nya, dimana saja manusia berada.
4.
KEUTAMAAN AKHLAK
اَحَبُّ عِبَادِ اللهِ اِلىَ
اللهِ اَحْسَنُهُمْ خُلُقًا.
Artinya :
“Hamba Allah yang paling dicintai Allah, yang
paling baik akhlaknya”.
Diriwayatkan oleh :
At Thabrani dalam “Al Kabir”
dari Usamah bin Syarik Ad Dzibyani. As Suyuthi menilai hadits ini hasan.
Almunawi dan Al Mundzari cenderung menshahihkannya.
Sababul wurud :
Kata Usamah
bin Syarik : “Ketika kami duduk di sisi Rasulullah SAW seakan-akan di kepala
kami ada seekor burung. Apa yang kami katakan ada yang mengatakan. Tiba-tiba
datanglah serombongan manusia bertanya kepada Rasulullah : “Siapa di antara
hamba Allah yang paling dicintai Allah?”. Rasulullah menjawab : “Hamba Allah
yang paling dicintai adalah orang yang baik akhlaknya.
Keterangan :
Akhlak atau budi pekerti yang
baik dihasilkan oleh berbagai ibadat: mengerjakan kebaikan, mencegah
kemungkaran dan lemah lembut serta
pemaaf dalam pergaulan.
Rasulullah
SAW adalah orang yang paling baik akhlaknya. Hal ini dinyatakan sendiri oleh
Allah: “Dan sesungguhnya engkau hai Muhammad mempunyai pekerti yang agung”. (Al
Qalam :4). Sepantasnya juga umatnya juga
mewarisi perangai yang terpuji.
5.
JAMINAN ALLAH
احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، اِحْفَظِ
اللهَ تَجِدْهُ تِجَاهَكَ، اِذَاسَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ، وَاِذَااسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ
بِاللهِ، وَاعْلَمْ اِنَّ اْلاُمَّةَ لَوِاجْتَمَعَتْ عَلىَ اَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَىءٍ
لَمْ يَنْفَعُوْكَ اِلَّا بِشَىءٍ قَدْكَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَاِنِ اجْتَمَعُوْا عَلىَ
اَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَىءٍ لَمْ يَضُرُّوْكَ اِلاَّ بِشَىءٍ قَدْكَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ،
رُفِعَتِ اْلَاقْلَامُ وَجُفَّتِ الصُّحُفُ.
Artinya :
“Peliharalah Allah niscaya
Allah akan memeliharamu. Peliharalah Allah niscaya engkau dapati Dia selalu
dihadapanmu. Apabila engkau meminta, mintalah kepada Allah dan apabila engkau
meminta bantuan minta bantuanlah kepada Allah. Ketahuilah sekiranya umat
manusia sepakat hendak memberi manfa’at kepadamu dengan sesuatu, niscaya mereka
tidak akan dapat memberikan manfaat itu melainkan apa yang di tetapkan Allah.
Dan jika mereka sepakat akan membahayakanmu dengan sesuatu niscaya mereka tidak
akan dapat membahayakanmu kecuali dengan ditetapkan Allah baginya. Telah
diangkat kalam (pena) dan telah kering lembaran kertas”.
Diriwayatkan oleh:
At Turmidzi dari Ibnu Abbas.
Kata At Turmidzi, hadist ini hasan shahih.
Sababul wurud:
Kata Ibnu Abbas : “Pada suatu
hari, aku dibelakang Nabi. Tiba-tiba beliau bersabda: “Hai anak, aku akan
ajarkan kepadamu beberapa kalimat : “Peliharalah Allah niscaya............. dan
seterusnya”.
An
Nawawi dalam “Arba’in-nya menjelaskan bahwa ada riwayat selain riwayat
Turmidzi, lafalnya berbunyi (artinya) : “Peliharalah Allah niscaya engkau akan
mendapatkannya selalu dihadapanmu. Ingatlah Allah di saat senang niscaya Dia
akan mengingatkanmu disaat susah. Dan ketahuilah bahwa pertolongan itu beserta
kesabaran dan kesulitan itu beserta kemudahan.”
Keterangan :
Barang siapa memelihara hukum-hukum
Allah, melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya niscaya Allah
memeliharanya. Dia bersama Allah dan Allah bersama orang-orang yang taqwa.
Wajib atas setiap Mukmin bertawakal kepada Allah, berdoa dan meminta tolong
kepadanya sebab Dia Maha Dekat dan Maha
Kuasa. Apa saja yang dikehendaki Allah pasti terlaksana dan apa yang tidak dikehendakinya pasti tidak
akan menjadi kenyataan. Manusia tidak akan dapat memberi manfaat dan mudharat
kecuali dengan izin Allah SWT.
BAB III
KESIMPULAN
Dari
beberapa hadis yang telah di bahas dapat kita ambil kesimpulan bahwa setiap
manusia supaya terpelihara hidupnya diantara dengan menjalankan dengan amalan
yang baik kemudian dapat menjalankan yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran
dengan modal akhlak yang mulia yang telah diajarkan oleh rasullulah seperti
yang diterapkan pada hadist dan sunahnya.
Selain
itu kita dapat memelihara disetiap langkah kehidupan kita dengan melaksanakan
perintahnya, baik mendirikan sholat, melaksanakan zakat, dan puasa di bulan
ramadhan. Dengan demikian bertambah ketakwaan kita kepadanya, karena
bertambahnya ketakwaan kita itu insyaallah bertambah dekat pula kita pada Allah
SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Tafsir.
Ibnu Hamzah Al
Husaini Al Hanafi Ad Damsyiki, Asbabul Wurud, latar belakang historis timbulnya
hadits-hadits rasul, Jakarta; Kalam Mulia, 2009.
No comments:
Post a Comment
Jika ada pertanyaan dan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan artikel. Langsung saja kalian tulis di contak comment yang kami sediakan atau click post a comment dan jangan lupa untuk Berkomentar yang baik 🙂