Tuesday, 7 July 2020

HADIST DAKWAH ISLAM


BAB I
PENDAHULUAN

Hadist, seperti yang termuat dalam definisi ulama sebagai segala hal yang didasarkan atas referensi hidup Nabi SAW, baik perkataan, perbuatan atau persetujuan beliau adalah penjelasan dari apa yang sudah ditetapkan dalam al Qur'an. Hal demikian dapat dipahami karena tugas beliau adalah menjelaskan serta mengaplikasikan ajaran-ajaran al Qur'an secara teoritis dan praktis sekaligus.

 Sedangkan sunnah sebagai kebiasaan hidup Nabi, juga merupakan cerminan ajaran al Qur'an. Hal demikian dapat dipahami karena menurut keterangan yang didapat dari 'Aisyah, etika hidup Nabi SAW adalah ajaran al Qur'an itu sendiri. Artinya, baik Hadits maupun Sunnah dapat eksis disebabkan karena eksistensi al Qur'an. Hal ini menjelaskan, bahwa semua keterangan yang didapat dari Hadist atau Sunnah harus dikonfirmasikan ulang terhadap apa yang dipaparkan dalam al Qur'an.

Dakwah yang dilakukan Rasulullah bukan hanya ditujukan kepada orang lain tetapi justru terlebih dahulu ditujukan kepada dirinya sehingga beliau selalu terpelihara (ma’shum) sehingga orang-orang yang mengikuti beliau akan ikut terpelihara karena keterpeliharaan beliau. “Katakanlah: “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang menhikuti aku mengajak kamu kejalan Allah dengan hujjah yang nyata”.
  




BAB II
PEMBAHASAN


      A. HADIST-HADIST DAKWAH

      1. PERINTAH TAQWA


آمُرُكَ بِتَقْوَى اللهِ وَعَلَيْكَ بِنَفْسِكَ وَاِياَّكَ وَعَامَّةَ اْلُامُوْرِ.
Artinya :
“Aku perintahkan kepadamu untuk taqwa kepada Allah dan waspadalah dalam semua urusan”.
Diriwayatkan oleh : Al Baihaqi dalam kitab “As Syu’ub” dari Sahal bin Sa’ad.

Sababul wurud :
            Kata Sa’ad, Rasulullah telah bertanya kepada beberapa sahabatnya :
“Bagaimana sikap kalian jika kalian tinggal di tengah-tengah “hutsalah” yang mencampur adukkan amanat dan khianat dan mereka begini (Nabi masukkan jari-jari tangannya ke jari lainnya). Mereka bertanya : “Jika keadaannya demikian apa yang kami lakukan ya Rasulullah?”. Jawab beliau : “ lakukanlah yang ma’ruf dan tinggalkanlah yang munkar”. Kemudian bertanyalah Abdullah bin amru bin Al Azh : “Apa yang kau perintahkan kepadaku ya Rasul?”. Rasulullah menjawab : “Aku perintahkan kepadamu agar tetap taqwa kepada Allah”.
Keterangan :
1.      “Hutsalah” yaitu orang yang tidak berpegang teguh kepada Agamanya.
2.      Isyarat Nabi dengan jari-jari tangannya maksudnya saat bercampur aduknya antara amanat dengan khianat.
3.      Taqwa : menjauhi larangan Allah karena tekut akan siksa-Nya serta melakukan perintah-Nya karena mengharap ridha-Nya.


    2.     EMPAT PERINTAH.

آمُرُكُمْ بِأَرْبَعٍ : الْاِيْمَانِ بِاللهِ شَهَادَةِ اَنْ لَااِلَهَ اِلاَّاللهُ ، وَعَقَدَ بِيَدِهِ- وَاِقَامِ الصَّلاَةِ، وَاِيْتَاءِالزَّكَاةِ، وَصِيَامِ رَمَضَانَ، وَاَنْ تُؤَدُّوْالِلهِ خُمُسَ مَاغَنِمْتُمْ وَاَنْهَاكُمْ عَنْ اَرْبَعٍ عَنْ الدُّبَّاءِ وَالنَّقِيْرِ وَالحَنْتَمِ وَالْمُزَفّتِ.

Artinya :
“Aku perintahkan kepada kalian empat perkara : Iman kepada Allah yakin mengakui tidah ada tuhan selain Allah (beliau mengepalkan tangannya), mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa bulan ramadhan, menyerahkan seperlima rampasan perang untuk Allah. Dan aku melarang kalian dari empat perkara pula : Duba, naqir, hantam dan muzaffat.”
Diriwayatkan oleh : Al Bukhari, Muslim dari Ibnu Abbas.

Sababul wurud :
Kata Ibnu Abbas, utusan Abdul Qais telah menghadap Rasulullah : “Ya Rasulullah, kami adalah penghuni Rabi’ah. Di antara kami dan engkau ada orang-orang kafir yang kejam. Kami tidak dapat berhubungan dengan engkau kecuali pada bulan-bulan haram. Maka perintahkanlah kepada kami, perintah yang dapat kami lakukan dan dapat kami sampaikan kepada orang-orang dibelakang kami”. Kemudian Rasulullah memerintahkan empat perkara dan melarang empat perkara.
Keterangan :
Duba, naqir, hantam, muzaffat adalah semua jenis alat atau bahan yang dapat mempercepat proses perasan atau nira menjadi khamar atau tuak (minuman keras).


   3.     TAQWA DAN BERAKHLAK MULIA
اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَاكُنْتَ وَاَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ.
Artinya :
“Taqwalah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada, ikutilah keburukan dengan kebaikan niscaya kebaikan itu menghapus keburukan dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik”.
Diriwayatkan oleh :
Imam Ahmad dalam “Al Zuhud”, Al Bukhari, Muslim, Turmidzi, Al Hakim, Al Baihaqi, Ad Dhiya dalam “Al Mukhtarah” dan oleh Ad Darimi dari Abu Dzar Al Ghifari. Sedangkan Al Baihaqi dan At Thabrani dari Mu’adz bn. Jabal dan Ibnu Asakir. Dalam riwayat lain At Thabrani meriwayatkannya dari Anas bin Malik.

Sababul wurud :
Tertera dalam “As Shahihain” bahwa Ibnu Abbas telah meriwayatkan : “Ketika Abu Dzar menyatakan Islam di Mekah, berkatalah Rasulullah kepadanya : “Kebenaran bagi kaummu dengan harapan semoga Allah memberi manfa’at kepada mereka. Ketika beliau melihat betapa Abu Dzar berkeinginan tinggal bersamanya di Mekah, Rasulullah SAW memberitahukan ketidak mungkinannya, namun beliau berpesan: “Taqwalah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada.
Keterangan :
Taqwa adalah takut kepada Allah dan siksa-Nya kemudian mengamalkan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya demi mengharap ridha-Nya, dimana saja manusia berada.


   4.    KEUTAMAAN AKHLAK

اَحَبُّ عِبَادِ اللهِ اِلىَ اللهِ اَحْسَنُهُمْ خُلُقًا.

Artinya :
“Hamba Allah yang paling dicintai Allah, yang paling baik akhlaknya”.

Diriwayatkan oleh :
At Thabrani dalam “Al Kabir” dari Usamah bin Syarik Ad Dzibyani. As Suyuthi menilai hadits ini hasan. Almunawi dan Al Mundzari cenderung menshahihkannya.
Sababul wurud :
Kata Usamah bin Syarik : “Ketika kami duduk di sisi Rasulullah SAW seakan-akan di kepala kami ada seekor burung. Apa yang kami katakan ada yang mengatakan. Tiba-tiba datanglah serombongan manusia bertanya kepada Rasulullah : “Siapa di antara hamba Allah yang paling dicintai Allah?”. Rasulullah menjawab : “Hamba Allah yang paling dicintai adalah orang yang baik akhlaknya.
Keterangan :
Akhlak atau budi pekerti yang baik dihasilkan oleh berbagai ibadat: mengerjakan kebaikan, mencegah kemungkaran dan lemah  lembut serta pemaaf dalam  pergaulan.
            Rasulullah SAW adalah orang yang paling baik akhlaknya. Hal ini dinyatakan sendiri oleh Allah: “Dan sesungguhnya engkau hai Muhammad mempunyai pekerti yang agung”. (Al Qalam :4).  Sepantasnya juga umatnya juga mewarisi perangai yang terpuji.


   5.     JAMINAN ALLAH

احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، اِحْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تِجَاهَكَ، اِذَاسَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ، وَاِذَااسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ، وَاعْلَمْ اِنَّ اْلاُمَّةَ لَوِاجْتَمَعَتْ عَلىَ اَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَىءٍ لَمْ يَنْفَعُوْكَ اِلَّا بِشَىءٍ قَدْكَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَاِنِ اجْتَمَعُوْا عَلىَ اَنْ يَضُرُّوْكَ بِشَىءٍ لَمْ يَضُرُّوْكَ اِلاَّ بِشَىءٍ قَدْكَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ اْلَاقْلَامُ وَجُفَّتِ الصُّحُفُ.

Artinya :
“Peliharalah Allah niscaya Allah akan memeliharamu. Peliharalah Allah niscaya engkau dapati Dia selalu dihadapanmu. Apabila engkau meminta, mintalah kepada Allah dan apabila engkau meminta bantuan minta bantuanlah kepada Allah. Ketahuilah sekiranya umat manusia sepakat hendak memberi manfa’at kepadamu dengan sesuatu, niscaya mereka tidak akan dapat memberikan manfaat itu melainkan apa yang di tetapkan Allah. Dan jika mereka sepakat akan membahayakanmu dengan sesuatu niscaya mereka tidak akan dapat membahayakanmu kecuali dengan ditetapkan Allah baginya. Telah diangkat kalam (pena) dan telah kering lembaran kertas”.
Diriwayatkan oleh:
At Turmidzi dari Ibnu Abbas. Kata At Turmidzi, hadist ini hasan shahih.

Sababul wurud:
Kata Ibnu Abbas : “Pada suatu hari, aku dibelakang Nabi. Tiba-tiba beliau bersabda: “Hai anak, aku akan ajarkan kepadamu beberapa kalimat : “Peliharalah Allah niscaya............. dan seterusnya”.
            An Nawawi dalam “Arba’in-nya menjelaskan bahwa ada riwayat selain riwayat Turmidzi, lafalnya berbunyi (artinya) : “Peliharalah Allah niscaya engkau akan mendapatkannya selalu dihadapanmu. Ingatlah Allah di saat senang niscaya Dia akan mengingatkanmu disaat susah. Dan ketahuilah bahwa pertolongan itu beserta kesabaran dan kesulitan itu beserta kemudahan.”
Keterangan :
Barang siapa memelihara hukum-hukum Allah, melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya niscaya Allah memeliharanya. Dia bersama Allah dan Allah bersama orang-orang yang taqwa. Wajib atas setiap Mukmin bertawakal kepada Allah, berdoa dan meminta tolong kepadanya sebab Dia Maha Dekat  dan Maha Kuasa. Apa saja yang dikehendaki Allah pasti terlaksana  dan apa yang tidak dikehendakinya pasti tidak akan menjadi kenyataan. Manusia tidak akan dapat memberi manfaat dan mudharat kecuali dengan izin Allah SWT.





BAB III
KESIMPULAN

Dari beberapa hadis yang telah di bahas dapat kita ambil kesimpulan bahwa setiap manusia supaya terpelihara hidupnya diantara dengan menjalankan dengan amalan yang baik kemudian dapat menjalankan yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran dengan modal akhlak yang mulia yang telah diajarkan oleh rasullulah seperti yang diterapkan pada hadist dan sunahnya.
Selain itu kita dapat memelihara disetiap langkah kehidupan kita dengan melaksanakan perintahnya, baik mendirikan sholat, melaksanakan zakat, dan puasa di bulan ramadhan. Dengan demikian bertambah ketakwaan kita kepadanya, karena bertambahnya ketakwaan kita itu insyaallah bertambah dekat pula kita pada Allah SWT.









DAFTAR PUSTAKA


Al-Qur’an Tafsir.
Ibnu Hamzah Al Husaini Al Hanafi Ad Damsyiki, Asbabul Wurud, latar belakang historis timbulnya hadits-hadits rasul, Jakarta; Kalam Mulia, 2009.


No comments: