Friday, 30 September 2016

ILMU PENDIDIKAN ISLAM, DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN ISLAM



PENJELASAN BERDASARKAN
BUKU ILMU PENDIDIKAN ISLAM
Drs.Beni Ahmad Saebani, M.Si. dan Hendra Akhdiyat, M.Pd.


A.   PENGERTIAN
Kegunaan merupakan kata lain dari manfaat. Setiap dasar ataupun tujuan yang dilakukan dalam upaya pembangunan maupun pertumbuhan maka akan tergantung pada manfaat atau kegunaannya dalam pembangunan tersebut. Sudah tentu bila seseorang manusia melakukan sesuatu hal yang paling mendasar dipikirannya adalah seberapa besar manfaatnya.

Hal ini tentu berlaku pula pada Ilmu Pendidikan Islam yang diberlakukan dalam lembaga pendidikan formal maupun non formal. Haruslah memiliki kegunaan atau manfaat untuk penggunannya. Apabila pendidikan islam tidak mampu memeberikan manfaat dalam bidang pendidikan maka tidak perlu pendidikan Islam dipraktekkan dalam tatanan Kependidikan. Maka tolak ukur kegunaan Ilmu Pendidikan Islam dalam bidang pendidikan haruslah diketahui. Hal ini agar dikemudian hari tujuan maupun strategi Ilmu Pendidikan Islam berkembang maka tumbuh dan berkembang pula generasi yang sesuai dengan tolak ukur dari manfaat tersebut.

Dalam konteks pendidikan Islam, manfaat dari Ilmu Pendidikan Islam bagi generasi Islam nanti dan yang akan datang adalah dampak positif yang diakibatkan dari mempelajari ilmu agama yang memperbaiki seluruh tatanan kehidupan bagi seorang yang mempelajarinya. Karena mempelajari ilmu-ilmu dari sang pencipta tentu saja membawa keluasan intelektual rohaniyah maupun jasmaniyah dibandingkan mempelajari ilmu dari penelitian manusia.

B.   KEGUNAAN ATAU MANFAAT PENDIDIKAN ISLAM

Tolak ukur kegunaan atau manfaat sangatlah penting demi tercapainya cita-cita atau tujuan kependidikan. Adapun tujuan awal dari adanya Ilmu Pendidikan Islam adalah menciptakan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Sedang manfaat atau kegunaan ilmu pendidikan Islam adalah sebagai berikut :

 1.     Menambah pengetahuan yang lebih luas mengenai Allah dan ciptaan-Nya atau biasa disebut denan Ilmu agama dan Ilmu Umum.

2.     Menambah dan menguatkan keimanan kepada para peserta didik dan menanamkan nilai ajaran Islam yang menjadi sumber ilmu pengetahuan

3.Ilmu yang memberikan pengetahuan dengan diimbangi nilai ibadah karena mempelajari maupun mengembangkan ajaran Allah SWT.

4.Memperluas dan memperdalam penafsiran ayat-ayat Al-quran.

5.Menyadarkan bahwa Al-Quran merupakan induknya dari segala ilmu penetahuan.

6.  Memperlihatkan kepada manusia bahwa Al-Quran adalah kitab yang diturunkan oleh Yang Kuasa dengan Ilmu pengetahuan yang ada didalamnya tidak terhalang oleh waktu.

7.Mengajarkan peserta didik secara langsung praktek ke islaman dalam kehidupan.

8.Meninggikan intelektual dan emosional yang baik.

9.Membentuk kepedulian sosial dan memiliki sifat Amar ma’ruf nahi munkar.

10.Mengembangkan lembaga Pendidikan Islam agar dapat bersaing dengan Pendidikan Umum lainnya.

11.Mengkaji Al-qur’an dan As-Sunnah untuk menemukan teori baru yang ada didalamnya.

12.Mengembangkan teori yang sudah ada dan mengujinya sesuai dengan Ilmu pendidikan Islam.

13.Menciptakan pendidikan islam yang memilki kualiats yang baik.

14. Membangun lembaga Pendidikan Islam yang di senangi oleh masyarakat umum.

15. Mencetak kader Ulama yang profesional diidangnya.

16.Sebagai pembuktian teori-teori dalam Al-Qur’an dan As-sunnah mampu dibuktikan kebenarannya dalam fakta kehidupan.

Beberapa poin diatas merupakan bentuk peringatan bagi para pendidik maupun pengurus lembaga untuk dapat memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas Pendidikan Islam dari sumber daya manusia, sarana maupun prasarana dalam mencapai tujuan ataupun cita-cita pendidikan.

C.   PELAKSANAAN PENDIDIKAN ISLAM
Dari beberapa manfaat yang telah dijelaskan diatas. Maka diperlukan pelaksanaan yang baik dalam mencapai manfaat yang telah disebutkan secara menyeluruh sehingga mencapai tujuan yang diinginkan dan menghindari kemudharatan yang berakibat tidak baik bagi tercapainya tujuan pendidikan islam yaitu :

1.Melihat suatu permasalahan yang berkenaan dengan pendidikan islam adalah proritas dari permasalahan yang harus diutamakan.

2.Menyesuaikan segala bentuk aplikasi dengan tujuan pendidikan islam sebagai cermin dari agama.

3.Proses pendidikan adalah manfaat yang konkret dalam pendidikan yang memberikan pendidikan praktis sesuai dengan realita kehidupan.



Thursday, 29 September 2016

ILMU PENDIDIKAN ISLAM, TUJUAN ILMU PENDIDIKAN ISLAM (ILMU PENDIDIKAN ISLAM : Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si. dan Hendra Akhdiyat, M.Pd.)



PENJELASAN BERDASARKAN BUKU
“ILMU PENDIDIKAN ISLAM”
Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si. dan Hendra Akhdiyat, M.Pd.


A.    TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

Tujuan merupakan bagian dari pencapaian dsecara keseluruhan dalam mewujudkan keinginan. Adapun dalam mencapai tujuan tersebut tentu harus dengan usaha yang panjang dan kerja keras yang tinggi, hal itu merupakan bagian dari ikhtiyar maksudi yaitu usaha dalam mencapai maksud.

Dalam pendidikan islam tujuan dari diadakannya pendidikan pada generasi muda atau penerus perjuangan dalam segala bidang keagamaan dan ketatanegaraan adalah tercipta manusia yang beriman dan bertaqwa. Mengapakah harus beriman dan beratqwa, karena iman merupakan bagian dari membentuk akhlak sedangkan akhlak tercermin dalam kurikulum pendidikan.

Pendidikan Islam bertujuan membangun karekater anak didik yang kuat menghadapi berbagai cobaan dalam kehidupan dan telaten, sabar, serta cerdas dalam memecahkan masalah yang dihadapi. (halaman 147)

Berikut merupakan bagian dari indikator kurikulum dalam mencapai tujuan pendidikan islam. Indikator merupakan langkah-langkah atau upaya-upaya yang dilakukan dalam mencapai tujuan adalah :

1.      Membentuk Anak didik yang cerdas dengan intelektual yang dimiliki tinggi. Intelektual yang tinggi dalam hal ini yaitu mampu menyelesaikan program-program sekolah secara baik dan benar.

2.      Membentuk anak didik yang memiliki kesabaran dan kesalehan emosional yang tinggi yaitu dengan ditandai kedewasaan yang baik. Mampu mengatur dan memahami masalah yang dihadapi dengan sebaiknya.

3.      Memiliki kesalehan yang tinggi melalui spiritual yang baik yaitu menjalan perintah Allah SWT dan Rasullnya. Hal ini dapat diperlihatkan melalui menjalankan dan mengimani  6 rukun Iman  dan 5 rukun Islam.




Ketiga indikator tersebut dapat disistematisasi yaitu lebih diatur kembali sebagai langkah-langkah dalam pencapaian tujuan , sebagai berikut :

1.Mencapai insan yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT

2.Terwujud insan yang berakhlakul karimah

3.Terwujudnya insan yang memiliki kepribadian.

4.Insan yang cerdas dalam mengaji dan mengkaji  ilmu agama dan pengetahuan.

5. Insan yang bermanfaat untuk kehidupan orang lain .

6.   Insan yang sehat rohani dan jasmani
7.Insan yang memiliki rasa tanggung jawab menyebarkan ilmu agama dan pengetahuan yang dimiliki dengan sesamannya.

Indikator tersebut sesuai dengan Q.s Al-Mujadilah ayat 11 :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Dari ayat tersebut jelas Allah sedang membahas mengenai pendidikan dan lembaga pendidikan dalam membentuk manusia yang beriman, bertaqwa dan berilmu pengetahuan. Seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya yaitu mengenai ILMU PENDIDIKAN ISLAM, PERBEDAAN ANTARA DASAR ILMU PENDIDIKAN ISLAM DENGAN DASAR ILMU PENDIDIKAN BARAT bahwa pendidikan islam dikembangkan bertujuan hanya ada dua komponen mendasar yaitu memahami Al-qur’an dan Al-hadist, Mengapa demikian ?
 Ilmu yang Al-quran dan Al-hadist ajarkan merupakan ilmu yang paling mendasar dalam mencapai kecerdasan disegala bidang dan hal ini dapat kita ketahui dari kemajuan Islam di zaman para sahabat , tabiin dan tabi’in tabi’in. Adapun kemajuan yang paling emas umat islam dalam segala bidang pengetahuan yaitu zaman Abbasiyah.

B.     PENDAPAT PARA TOKOH MENGENAI PENDIDIKAN ISLAM

  1.menurut Zuhairi tujuan pendidikan islam terdiri dari :

   1. pembinaan kepribadian (nilai formal)
v  sikap (atitute).
v  daya pikir praktis rasional.
v   objektivitas.
v  loyalitas kepada bangsa dan ideologi.
v  sadar nilai moral dan agama.

 2. pembinaan aspek pengetahuan (nilai materiil), yaitu materi ilmu itu sendiri.

  3. pembinaan aspek kecakapan, keterampilan (skill) nilai-nilai praktis. Pembinaan jasmani dan rohani yang sehat.

  2.H.M. Arifin membedakan tujuan secara teoretik dan secara proses sebagai berikut :

a.tujuan intermediair (batasan kemampuan yang harus dicapai), tujuan akhir (realisasi dari cita-cita ajaran islam),dan  tujuan insidental (peristiwa tertentu sebagai tujuan atau landasan dalam menggapai tujuan dari intermediair).

b.pendekatan sistem intruksional yaitu tujuan yang harus dicapai berdasarkan program pendidikan.

c. segi pembidangan rugas dan fungsi manusia secara filosofis yaitu tujuan individual, sosial dan profesional.

d. tinjauan dari segi pelaksanaannya yaitu menyangkut operasional dan fungsional.


Wednesday, 28 September 2016

ILMU PENDIDIKAN ISLAM, PERBEDAAN ANTARA DASAR ILMU PENDIDIKAN ISLAM DENGAN DASAR ILMU PENDIDIKAN BARAT



PENJABARAN DENGAN BERDASARKAN BUKU ILMU PENDIDIKAN ISLAM
Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Pd.  dan Hendra Akhdiyat, M.Pd.

Pendidikan pada zaman Rasulullah merupakan pendidikan emas Islam di abad tersebut dan berikutnya yaitu abad kehidupan para sahabat dan tabi’in. Islam sangat maju dan berjaya di abad tersebut dengan berlandaskan pendidikan yang bersumber pada kalam-kalam Allah. berbagai ilmu pengetahuan dibidang kebahasaan terutama sastra, dibidang  kemajuan ilmu hitung seperti ilmu matematika, ilmu falak, ilmu perhitungan bulan dan alam semesta telah menjadi penemuan yang terdahulu diteliti oleh para ulama islam sebelum di lakukan oleh para ilmuan dari barat. Hal ini dapat dibuktikan dengan buku-buku sejarah islam yang menceritakan, betapa umat islam merupakan peradaban ilmu terbesar yang pernah terjadi diabadnya. Bahkan kajian referensi terlengkap dibidang ilmu pengetahuan semua berada dikitab-kitab lama yang tersimpan maupun tersisa dari buku-buku sejarah peradaban Islam.

Namun sejarah tersebut seakan musnah dimakan oleh usia dan keadaan. Banyak ilmu pengetahuan yang berkembang seakan lebih memiliki makna berarti dibidang pengetahuan yang telah diajarkan oleh pendidikan Islam dan seakan Peradaban emas itu telah menjadi cerita belaka dikhalangan umat islam sendiri. Waktu telah menggeser tinta-tinta emas dibidang ilmu pengetahuan yang telah dicetak generasi Islam.

Seperti dikemukakan dalam sejarah ilmu pengetahuan, sejak abad ke-8 sampai dengan abad ke-12, selama kurang lebih 500 tahun secara terus menerus, sains dan tehnologi merupakan monopoli umat Islam. Namun setelah abad ke-8, mereka mulai melepaskannya secara berangsur-angsur dan menggapnya sebagai unsur asing, untuk kemudian menjauhinya dan memusuhinya, sedangkan bangsa-bangsa di Eropa, dalam kurun waktu yang sama, justru meningkatkan kegiatan mereka dibidang tersebut (halaman 132).  

Dalam penjelasan tersebut, terlihat bahwa pendidikan Islam yang sedang di berlakukan untuk generasi Islam saat ini menjadi berbeda dengan pendidikan Islam yang diberikan Rasulullah kepada para sahabat yang melahirkan generasi Islam emas dimasa sahabat nabi dan generasi sesudahnya yaitu masa tabi’in.  Kekeliruan itu terlihat dengan jelas bahwa umat Islam pada umumnya dimasa ini lebih memperhitungkan pendidikan yang dibuat oleh sejumlah tokoh ilmuan yang besar  ketimbang pendidikan yang telah diajarkan oleh Rasulullah. Sudah begitu jelas, dan tidak bisa di pilah lagi ataupun dielakkan apakah statement yang dikemukakan oleh buku tersebut merupakan statement yang tidak dapat dibuktikan. Tapi pada kenyataannya, pendidikan Islam untuk generasi di diabad kontemporer, sudah mengalami krisis pendidikan yang drastis baik dibidang pengetahuan maupun IT. Krisis yang drastis dibidang ilmu pengetahuan dan IT bukanlah dalam segi kuantitas yang sedang mereka gandrungi akan tetapi dalam segi kualitas yang mereka pahami mengenai ilmu pengetahuan dan kecanggihan IT yang mereka lihat.

Ilmu adalah cahaya yang mebenarkan keimanan. Sedang iman tanpa ilmu adalah sesuatu hal yang dikerjakan dengan sangat lemah dan bahkan sisa-sia, karena iman tanpa ilmu akan membawa pemiliknya pada jurang kebimbangan dan kebinasaan. Sedang Rasulullah telah bersabda “maka keluarkanlah dirimu dari yang subhat”  yaitu sesuatu yang bimbang yang belum ada dasarnya.

Disinilah penegasan Allah mengenai ayat yang telah diturunkannya yaitu Allah akan meninggikan orang yang berilmu dan beramal shaleh  beberapa derajat .Sungguh Ilmu adalah segalanya sedang kebinasaan serta kehancuran suatu bangsa terletak besar pada pengetahuan yang mereka miliki . pada ayatnya yang paling tegas berkaitan dengan pengetahuan yang Allah berfirman kan mengenai  “tidak akan merubah suatu kaum kecuali mereka menentukan nasib mereka sendiri”.

Dalam beberapa cuplikan yang telah diuraikan mengenai keadaan pendidikan saat ini tentu sudah sangat jauh dari pendidikan yang dipraktikan oleh rasulullah. Hal ini menjadi bahan pertimbangan kita, masihkan kita mengikuti sistem yang berlaku yaitu pendidikan dinegara-negara kebanyakan yang tidak menganut dan berpaham Islam ataukah kita terus melakukan perubahan bukan untuk menyanding dan ikut berkuruman pada pendidikan mereka akan tetapi kembali dan menyikapkan diri pada pendidikan yang diajarkan Rasulullah. Sudah sepantasnya seorang guru malu mengajarkan pendidikan kepada anak didiknya selama bertahun-tahun namun sedikit pengetahuan yang berbekas didada mereka.

“akhirnya, pada abad ke-15, bangsa eropa mulai mengambila alih kedudukan umat Islam sebagai elite Intelektual. Kemudian, sesuai dengan ciri kebudayaan mereka, selama berabad-abad, bermula abad ke-17 telah mereka memaksakan penjajahan dan penindasan pada umat islam. Setelah tidak mampu menandingi tehnologi perenjataan dan kekuatan ekonomi barat, umat islampun tertinggal jauh oleh barat dalam ilmu pengetahuan dan tehnologi.” (halaman 132 )

Pengetahuan dan IT yang telah bangsa Eropa dapatkan adalah bagian dari “cuplikan” pendidikan yang diajarkan rasulullah kepada para sahabat yang secara diam-diam tidak mereka muat dalam pengakuan mereka diseluruh bidang pengetahuan yang mereka dapatkan berupa buku-buku maupun berbagai artikel yang mereka miliki, sedangkan mereka mengakui mendapatkan ilmu pengetahuan tersebut berdasarkan kemampuan mereka (ini adalah perbuatan segelintir pihak yang berkutat dan memonopoli ilmu pengetahuan yang ditutupi mereka). Sedangkan pendidikan generasi Islam saat ini didapatkan oleh mereka yang tidak dapat dipertanggung jawabkan kebaikannya.

Percayakah dengan pendidikan mereka ?
masih adakah keinginan untuk mengikuti sistem pendidikan kebanyakan dinegara-negara yang ada ? akankah kembali kepada pendidikan masa rasulullah ?
masih bergunakah statement nilai adalah nilai diatas segala nilai-nilai moral dan ilmu pengetahuan Islam ?

penjabaran ini bukan untuk menjelaskan salah siapa dan kenapa pendidikan harus seperti ini. Akan tetapi umat Islam memang dianjurkan memaknai Islam yang sebenar-benarnya yaitu memeperbaiki kesalahan yang untuk menggantikannya dengan kebaikan yang sebenarnya. Sudah seharusnya umat Islam kembali kepada pendidikan Islam yang diajarkan Rasululah yang telah terbukti kebenarannya dan yang telah mencetak generasi Islam yang militan terhadap Agama, bangsa dan negara. Moral adalah segalanya dalam Islam, Islam tanpa moral tidak dibenerakan dalam Iman. karena Iman tercermin dalam nilai moral penganutnya dalam kehidupan beragama berbangsa dan bernegara.

Kekeliruan berpikir oleh penganut agama kebanyakan merupakan sudut pandang yang menutupi realita dan kesadaran beragama dalam implementasi kehidupan bersosial, politik, ekonomi dan pendidikan. karena kelemahan di satu sisi dan kelebihan disisi lain membuat mereka lupa tentang implementasi ke-Islaman. Implementasi bagaimana ilmu dalam Al-quran dan cara menanggapinya.

Padahal kecaman Al-Ghazali itu sendiri sebenarnya mengarah pada dua sasaran. Pertama, kritik umat Islam yang terlampau mendewakan akal dalam memahami agama sehingga nilai mendasar dari agama hilang, yang ada adalah rasionalisasi agama. Kedua, adalah kritik bagi orang yang melampaui taklid dan fanatik pada agama sehingga rasionalitasnya tidak digunakan. (halaman 133-134)

Kecaman Al-Ghazali dapat dimengerti yaitu diperuntukan bagi para ahli agama yang seharusnya tidak serta merta hidup didalam satu keadaan dan menceburkan diri didalam keadaan tersebut tanpa membuka  perhatian disisi lain yang seharusnya pula dipelajari. Ilmu bagitu luas dan karena luas itulah Allah meninggikan orang yang berilmu. Disamping Allah melaknat kaum yang mempermainkan kaum  lain atas pengetahuannya atau ilmunya.

Ilmu yang umat Islam belum menguasai dibeberapa keadaan seharusnya tidak serta merta membuat mereka menarik dirinya untu menjauhi ilmu tersebut (abad generasi islam mulai mengalami kemrotan ilmu pengetahuan) seperti pada zaman Al-Ghazali , ilmu yang berkaitan dengan akal rasional seperti matematika dan logika membuat kaum beragama menarikkan diri dari keadaan tersebut demi menyelamatkan agama dari pertanyaa-pertanyaan rasioanl. Karena pada dasaranya ilmu akan terus mengarah kepada yang maha pencipta semakin digali maka akan semakin luaslah pandangan orang yang berilmu terutama iman dan hal itu akan membuka tabir kenyataan kepada kaum yang berpikir bahwa segala ilmu hanya mengarah pada satu sumber yaitu yang ESA.

Adapun ilmu yang dikecam Al-Ghazali dizamannya (ilmu ini bagian dari landasan dalam ilmu pendidikan yang ada dibarat)  yaitu pemikiran filsafat :
1.      Golongan materialisme yang berpaham atheistik yaitu tidak percaya adanya penciptaanoleh sang Pencipta.
2.      Golongan Naturalisyang berpaham deisme yaitu percaya pada tuhan Yang Esa namun tidak percaya adanya kebangkitan.
3.      Golongan Rheis yang percaya pada Tuhan, tetapi menerima pemikiran-pemikiran filsafat kuno sebagai landasan berpikir.

         Bersaing dengan keadaan yang berkaitan ruang dan waktu merupakan keadaan tersulit yang harus dipahami oleh umat Islam dalam pendidikan masa kini. Telah terlampau jauh generasi Islam terjajah oleh paham yang ditanamkan oleh para ilmuan barat terhadap generasi saat ini. Terlena tanpa tahu arah dan tujuan pendidikan akan mencetak generasi yang kosong pemahaman dan kesadaran. Yang dimaksud tanpa arah tujuan bukanlah visi dan misi pendidikan namun tanpa arah tujuan adalah kekosongan pemberdayaan manusia dalam segi moral sedang tinggi dalam segi pengetahuan. Ilmu yang tidak disertai iman membuat kebodohan hidup secara massal karena akan menciptakan generasi yang seperti telah dikecam oleh Al-ghazali dalam pernyataannya diatas.

Oleh karena itu pendidikan Islam saat ini memerlukan kerja keras yang harus segera diatasi baik bidang sosial, intelektual, ekonomi, dan pendidikan.

Teori-teori yang perlu dibangun adalah sebagai berikut :

1.      Teori pendidikan pranatal
2.      Teori pendidik anak dirumah tangga karir
3.      Teori pendidik anak dirumah tangga nonkarir
4.      Teori pendidikremaja dirumah tangga karir
5.      Teori pendidik remaja dirumah tangga non karir
6.      Teori pendidik anak dirumah tangga kelas bawah
7.      Teori pendidik anak dirumah tangga kelas atas
8.      Teori pendidikan remaja dirumah tangga kelas bawah
9.      Teori pendidikan remaja dirumah tangga kelas atas
10.  Teori pendidikan untuk pesantren tradisional
11.  Teori pendidikan untuk pesantren modern
12.  Teori pendidikan untuk pesantren kilat
13.  Teori pendidikan untuk majelis talim
14.  Teori pendidikan untuk khotbah-khotbah
15.  Teori pendidikan untuk kursus-kursus
16.  Teori pendidikan untuk kantor-kantor
17.  Teori pendidikan untuk rumah sakit
18.  Teori pendidikan untuk rumah yatim
19.  Teori pendidikan untuk tahanan anak-anak
20.  Teori pendidikan untuk tahanan remaja
21.  Teori pendidikan untuk tahanan dewasa
22.  Teori pendidikan untuk para pengusaha
23.  Teori pendidikan untuk taman kanak-kanak
24.  Teori pendidikan untuk sekolah dasar
25.  Teori pendidikan untuk  ibtida’iyah
26.  Teori pendidikan untuk sekolah menengah umum
27.  Teori pendidikan untuk sekolah menengah kejurusan
28.  Teori pendidikan untuk perguruan tinggi (lihat halaman 144-145)

Dari beberapa uraian yang telah disebut dapat disimpulkan bahawa ilmu pendidikan Islam dengan barat memiliki perbedaan yang sangat jauh dan mendasar yaitu :

1.      pendidikan islam berlandaskan pada Al-quran dan As-sunnah sedang Pendidikan di barat berdasarkan rasionalitas. Dan sudah sepatutnya pendidikan Islam di indonesia mengikuti pendidikan yang diajarkan oleh Nabi Besar Muhammad SAW kepada para sahabat.
2.      Pendidikan Islam bertujuan untuk menggapai kebahagiaan diakhirat dengan diimplementasikan dalam kehidupan dunia sedang tujuan pendidikan barat untuk kemaslahatan dunia semata.



Baca juga :




Wednesday, 21 September 2016

ILMU PENDIDIKAN ISLAM, PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KEJAYAAN

BAB I
PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang

Proses pendidikan sebenarnya telah berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan perkembangan sosial budaya manusia di bumi. Nabi Muhammad SAW membangkitkan kesadaran manusia terhadap pentingnya pengembangan bidang pendidikan. Nabi  Muhammad  SAW adalah pengajar atau pendidik muslim utama, disamping itu beliau diperintahkan oleh Allah untuk menyebarkan pesan-pesan Allah yang terkandung dalam Al-qur’an.

Setelah Rosulullah wafat maka pemerintahan Islam dipegang secara bergantian oleh khulafahurrosidin. Para khulafahrosidin dan sahabat adalah pelaku pendidikan pada masa itu digantikan oleh para tabi’in, namun berkembang sebagaimana pada masa sesudahnya. Begitu pula dalam hal pendidikan Islam tidak jauh berbeda dengan Nabi muhammad SAW yang menekankan pada pengajaran-pengajaran baca tulis dan ajaran-ajaran Islam lainnya. Dengan berakhirnya masa khulafurosidin, maka mulailah kekuasaan Bani Abasyiah yang menemui puncak kejayaan pendidikan Islam .

B.       Rumusan Masalah

Melihat latar belakang penulisan makalah ini, maka penulis menyimpulkan beberapa rumusan masalah di antaranya yaitu:

1.    Apa saja lembaga-lembaga pendidikan pada masa kejayaan?
2. Apa saja materi dan metode yang diterapkan dalam pendidikan pada masa kekayaan?
3.  Siapa sajakah tokoh-tokoh pendidikan pada masa kejayaan?

C.      Tujuan

Penulis membuat makalah ini dengan tujuan agar pembaca dapat memahamahi lembaga-lembaga, materi dan metode, serta tokoh-tokoh dalam pendidikan Islam pada masa kejayaan.




BAB  II
PEMBAHASAN


A.     MASA KEJAYAAN PENDIDIKAN  ISLAM

Masa ini dimulai dengan berkembang pesatnya kebudayaan Islam yang ditandai dengan berkembang luasnya lembaga-lembaga pendidikan islam dan madrasah-madrasah formal serta universitas dalam berbagai pusat kebudayaan islam. Pendidikan tersebut sangat berpengaruh dalam membentuk pola kehidupan, budaya dan menghasilkan pembentukan dan perkembangan dalam berbagai aspek budaya kaum muslimin dan mendatangkan rohmatalil ‘alamin.

       1. Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Pada Masa Kejayaan

Sebagaimana banyak dicatat dalam berbagai sumber sejarah, bahwa zaman dinasti Abbasiyah adalah zaman keemasan Islam (golden age) yang ditandai oleh kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan peradaban yang mengagumkan, yang dapat dibuktikan keberadaannya, baik melalui berbagai sumber informasi dalam buku-buku sejarah maupun melalui pengamatan empiris di berbagai wilayah di belahan dunia yang pernah dikuasai Islam, seperti Irak, Spanyol, Mesir dan sebagian dari Afrika Utara.
Berbagai kemajuan yang dicapai dunia Islam tersebut tidak mungkin terjadi tanpa didukung oleh kemajuan dalam bidang pendidikan, karena pendidikanlah yang menyiapkan sumber daya manusia yang menggerakkan kemajuan tersebut. Adapun lembaga-lembaga pendidikan Islam masa kejayaan sebagai berikut.






a.     Kutab sebagai Lembaga Pendidikan Dasar

Kutab atau maktab berasal dari kata dasar kutaba yang berarti menulis atau tempat belajar menulis. Jadi katab adalah tempat belajar menulis. Pada mulanya dilaksanakan di rumah guru-guru yang bersangkutan, yang di ajarkan adalah menulis dan membaca. Kemudian pada akhir abad pertama hijriyah, kutab tidak hanya mengajarkan menulis dan  membaca, tetapi juga menhajarkan membaca al-qur’an dan pokok-pokok ajaran Islam.

b.   Pendidikan Rendah di Istana

Timbulnya pendidikan rendah di istana untuk anak-anak para pejabat adalah berdasarkan pemikiran bahwa pendidikan itu harus bersifat menyiapkan anak didik agar mampu menyiapkan tugas-tugasnya yang akan diembannya nanti setelah ia dewasa.
Pendidikan anak-anak di istana berbeda dangan pendidikan anak-anak di kutab pada umumnya. Di istana para orang tua murid (para pejabat istana) adalah yang membuat rencana pelajaran tersebut selaras dengan anaknya dan tujuan yang dikehendaki oleh orang tuanya.

c.    Toko-Toko Kitab

Toko-toko kitab bukan hanya sebagai tempat berjual-beli kitab saja, tetapi juga merupakan tempat berkumpulnya para ulama, pujangga dan ahli-ahli ilmu pengetahuan lainnya untuk berdiskusi, berdebat dan bertukar pikiran dalam berbagai masalah ilmiah atau sekaligus sebagai lembaga pendidikan dalam rangka pengembangan berbagai macam ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam.

d.    Rumah-Rumah Para Ulama ( Ahli Ilmu Pengetahuan)

Diantara rumah para ulama terkenal yang menjadi tempat memberikan pelajaran adalah rumah Ibnu Sinah, Al-Ghazali, Ali Ibnu Muhammad Al-Fasihi, Yakub Ibnu Kilis, wazir Khalifah Al-Aziz Billah Al-Fatimy dan lainnya. Dan Ahmad Syalab mengemukakan bahwa, dipergunakannya rumah-rumah tersebut adalah karena terpaksa dalam keadaan dalurat.

e.    Majelis

Dalam majelis adalah suatu majelis khusus yang diadakan oleh khalifah-khalifah untuk membahas dalam bebagai macam ilmu pengetahuan. Majelis ini dimulai pada masa khalifah Al-Rasyidin yang biasa memberi ketua-ketua dan diskusi dengan para sahabat untuk memecahkan masalah yang dihadapi pada masa itu.

f.  Badi’ah (Padang Pasir Desa Tempat Tinggal Badwi)

Badi’aah digunakan sebagai tempat untuk mempelajari bahasa Arab yang fasih dan murni serta mempelajari syair-syair dan sastra Arab. Badi’ah-badi’ah tersebut lalu menjadi sumber ilmu pengetahuan terutama bahasa dan sastra Arab yang berfungsi sebagai lembaga pendidikan. Disamping itu di badi’ah berdiri ribath-ribath atau zawiyah yang merupakan pusat kegiatan dari ahli sufi.







g.    Rumah Sakit (Bimaristan)

Pada zaman jayanya kemajuan dan kebudayaan islam dalam rangka menyebarkan ajaran islam banyak didirikannya rumah sakit oleh khalifah dan para pembesar-pembesar negara. Rumah sakit bukan hanya berfungsi sebagai tempat merawat, tetapi juga menjadi tempat mendidik.

h.    Perpustakaan

Pada zaman perkembangan ilmu pengatahuan dan kebudayaan Islam, buku mempunyai nilai yang sangat tinggi. Buku digunakan sebagi sumber informasi, berbagi macam ilmu pengetahuan yang ada dan telah dikembangkan oleh para ahlinya. Disamping itu perkembangan perpustakaan yang bersifat umum yang diselenggarakan oleh pemerintah atau wakaf dari ulama sarjana di baitul Baghdad yang didirikan oleh khalifah harun Al-Arasyid merupakan suatu contoh dari perpustakaan Islam yang lengkap yang berisi ilmu-ilmu agama islam dan berbagai macam ilmu pengetahuan.

i.      Masjid

Masjid dalam dunia Islam sepanjang sejarahnya tetap memegang peranan yang pokok, disamping fungsinya sebagai tempat berkomunikasi dengan Tuhan juga sebagai tempat lembaga pendidikan dan juga tempat berkumpulnya umat muslim.


2.        Materi dan Metode dalam Lembaga Pendidikan Islam

a.    Materi Pendidikan Islam Pada Masa Kejayaan

Materi pendidikan dasar pada masa daulat Abbasiyah terlihat ada unsur demokrasinya, disamping materi pelajaran yang bersifat wajib (ijbari) bagi setiap murid juga ada materi yang bersifat pillihan (ikhtiari). Hal ini tampaknya sangat berbeda dengan materi pendidikan dasar pada masa sekarang. Di saat sekarang ini materi pendidikan tingkat dasar dan menengah semuanya adalah materi wajib, tidak ada materi pilihan. Materi pilihan baru ada pada tingkat perguruan tinggi.

Menurut Mahmud  Yunus dalam bukunya “Sejarah Pendidikan Islam”, yang dikutip oleh Suwito menjelaskan tentang materi pelajaran yang bersifat wajib (ijbari) yakni :
·      Al-Qur’an
·      Shalat
·       Do’a
·       Sedikit ilmu nahwu dan bahasa arab (maksudnya yang dipelajari baru pokok-pokok dari ilmu nahwu dan bahasa arab belum secara  tuntas dan detail)
·       Membaca dan menulis
Sedangkan materi pelajaran ikhtiari (pilihan) ialah:
·      Berhitung
·       Semua ilmu nahwu dan bahasa arab (maksudnya nahwu yang berhubungan dengan ilmu nahwu dipelajari secara tuntans dan detail)
·      Syair-syair
·       Riwayat/ Tarikh Arab

b.   Metode Pendidikan Islam Pada Masa Kejayaan

Dalam proses belajar mengajar, metode pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting guna mentransfer pengetahuan atau kebudayaan dari seorang guru kepada para muridnya. Melalui metode pengajaran terjadi proses internalisasi dan pemilikan pengetahuan oleh murid hingga murid dapat menyerap dan memahami dengan baik apa yang telah disampaikan gurunya.

Pada masa Dinasti abbasiyah metode pendidikan yang digunakan dapat dikelompokkan menjadi 3 macam sebagai berikut.

1)   Metode Lisan

Metode lisan berupa dikte, ceramah, qira’ah dan diskusi. Metode dikte (imla’) adalah metode penyampaian pengetahuan yang dianggap baik dan aman karena dengan imla’ ini murid mempunyai catatan yang akan dapat membantunya ketika ia lupa. Metode ini dianggap penting, karena pada masa klasik buku-buku cetak seperti masa sekarang sulit dimiliki. Metode ceramah disebut juga metode as-sama’, sebab dalam metode ceramah, guru menjelaskan isi buku dengan hafalan, sedangkan murid mendengarkannya. Metode qiro’ah biasanya digunakan untuk belajar membaca sedangkan diskusi merupakan metode yang khas pada masa ini.







2)   Metode Menghafal

Metode menghafal merupakan ciri umum pendidikan pada masa ini. Murid-murid harus membaca secara berulang-ulang pelajarannya sehingga pelajaran tersebut melekat pada benak mereka, sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Hanafi, seorang murid harus membaca suatu pelajaran berulang kali sampai dia menghafalnya. Sehingga dalam proses selanjutnya murid akan mengeluarkan kembali dan mengkonstektualisasikan pelajaran yang dihafalnya sehingga dalam diskusi dan perdebatan murid dapat merespons, mematahkan lawan, atau memunculkan sesuatu yang baru.

3)   Metode Tulisan

Metode tulisan dianggap metode yang paling penting pada masa ini. Metode tulisan adalah pengkopian karya-karya ulama. Dalam pengkajian buku-buku terjadi proses intelektualisasi hingga tingkat berguna bagi proses penguasaan  ilmu pengetahuan juga sangat penting artinya bagi penggandaan jumlah buku teks, karena pada masa ini belum ada mesin cetak, dengan pengkopian buku-buku kebutuhan terhadap teks buku sedikit teratasi.

3.        Tokoh-Tokoh Pendidikan Islam Pada Masa Kejayaan

Sejalan dengan perkembangan lembaga pendidikan, ilmu pengetahuan dan tradisi serta atmosfer akademik, maka pada zaman Abbasiyah ini di tandai pula dengan lahirnya para ilmuwan yang sekaligus bertindak sebagai para guru. Mereka bukan hanya ahli dalam ilmu agam Islam melainkan juga ahli dalam bidang ilmu pengetahuan umum, seni dan arsitektur. Di antara para ilmuwan dan guru yang terkenal di zaman Abbasiyah adalah:

a.    Al-Razi (guru Ibnu Sina)

Ia berkarya dibidang kimia dan kedokteran, menghasilkan 224 judul buku, 140 buku tentang pengobatan, diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin. Bukunya yang paling masyhur adalah Al-Hawi Fi ‘Ilm At Tadawi (30 jilid, berisi tentang jenis-jenis penyakit dan upaya penyembuhannya). Al-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di tangan Ibnu Sina.

b.      Al-Battani (Al-Batenius)

Seorang astronom. Hasil perhitungannya tentang bumi mengelilingi pusat tata surya dalam waktu 365 hari, 5 jam, 46 menit, 24 detik, mendekati akurat. Buku yang paling terkenal adalah Kitab Al Zij dalam bahasa latin: De Scienta Stellerum u De Numeris Stellerumet Motibus, dimana terjemahan tertua dari karyanya masih ada di Vatikan.

c.      Al Ya’qubi
     Seorang ahli geografi, sejarawan dan pengembara. Buku tertua dalam sejarah ilmu geografi berjudul Al Buldan (891), yang diterbitkan kembali oleh Belanda dengan judul Ibn Waddih qui dicitur al-Ya’qubi historiae.

d.      Al Buzjani (Abul Wafa)
Ia mengembangkan beberapa teori penting di bidang matematika (geometri dan trigonometri).

e.      Ibn Sina
Ibn Sina adalah seorang mahaguru dalam bidang ilmu kedokteran dan filsafat. Dengan karya-karyanya seperti al-Qanun fi al-Thibb (Ensiklopedi Kedokteran) sebanyak tiga jilid, al-Syifa dan Al-Najah.

f.      Ibn Miskawih
Ibn Miskawih adalah seorang guru dalam ilmu akhlak. Salah satu karyanya adalah Tahdzib al-Tahdzib.

g.      Ibn Jama’ah
Ibn Jama’ah adalah seoarang guru dalam bidang ilmu fikih dan akhlak, Tadzkirat al-Sa’mi lil ‘Alim wa al-Muta’allim.








h.       Imam al-Juwaini
Imam al-Juwaini adalah seorang guru dalam bidamg teologi pada Madrasah Nidzamiyah tempat Imam al-Ghazali menimba ilmu, karyanya berjudul al-Irsyad.

i.       Imam al-Ghazali
Imam al Ghazali tel;ah tampil sebagai mahaguru di Madrasah Nidzamiah, istana, dan di masyarakat pada umumnya. Melalui karyanya yaitu Ihya’ Ulum al-Din sebanyak tiga jilid, ia telah tampil sebagai guru dalam bidang fikih dan tasawuf.

Dari hasil ijtihad dan semangat riset, maka para ahli pengetahuan, para alim ulama, berhasil menemukan berbagai keahlian berupa penemuan berbagai bidang-bidang ilmu pengetahuan, antara lain :

a)        Ilmu Umum
1.      Ilmu Filsafat
·      Al Farabi (wafat tahun 916 M) dalam usia 80 tahun. Banyak menulis buku tentang filsafat, logika, jiwa,etika dll
·      Ibnu Shina (980-1037 M). Karangan-karangan yang terkenal antara lain: Shafa, Najat, Qoman, Saddiya dan lain-lain
·      Ibnu Rusd (1126-1198 M). Karangannya : Kulliyaat, Tafsir Urjuza, Kasful Afillah dan lain-lain

2.       Bidang Kedokteran
·      Jabir bin Hayyan (wafat 778 M). Dikenal sebagai bapak Kimia.
·      Hurain bin Ishaq (810-878 M). Ahli mata yang terkenal sebagai penterjemah bahasa asing.
·      Ar Razi atau Razes (809-873 M). Karangan yang terkenal mengenai cacar dan campak yang diterjemahkan dalam bahasa latin.

3.       Bidang Matematika
·      Umar Al Farukhan: Insinyur Arsitek Pembangunan kota Baghdad.
·      Al Khawarizmi: Pengarang kitab Al Gebra (Al Jabar), penemu angka (0).

4.       Bidang Astronomi
·      Al Farazi : pencipta Astrolobe.

5.      Bidang Seni Ukir
Beberapa seniman ukir terkenal: Badr dan Tariff (961-976 M) seperti seni musik, seni tari, seni pahat, seni sulam, seni lukis dan seni bangunan.







b)       Ilmu Naqli
1.         Ilmu Tafsir,
 Para mufassirin yang termasyur: Ibnu Jarir ath Tabary, Ibnu Athiyah al Andalusy (wafat 147 H), As Suda, Mupatil bin Sulaiman (wafat 150 H), Muhammad bin Ishak dan lain-lain.

2.    Ilmu Hadist,
Muncullah ahli-ahli hadist ternama seperti: Imam Bukhori (194-256 H), Imam Muslim (wafat 231 H), Ibnu Majah (wafat 273 H),Abu Daud (wafat 275 H), At Tarmidzi, dan lain-lain

3.    Ilmu Kalam,
diantaranya para pelopor itu adalah: Wasil bin Atha’, Abu Huzail al Allaf, Adh Dhaam, Abu Hasan Asy’ary, Hujjatul Islam Imam Ghazali

4.    Ilmu Tasawuf,
 Ahli-ahli dan ulama-ulamanya adalah : Al Qusyairy (wafat 465 H), Syahabuddin (wafat 632 H), Imam Ghazali .

5.      Ilmu Fiqih
Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad bin Hambal dan Para Imam Syi’ah.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kejayaan pendidikan Islam dimulai dengan perkembangan lembaga-lembaga pendidikan Islam non formal diantaranya; kuttab, pendidikan rendah di istana, toko-toko kitab, rumah para ulama, majelis, badiah (padang pasir dusun tempat tinggal badwi), rumah sakit, perpustakaan dan masjid. Kemajuan pendidikan Islam dapat dilihat dari materi dan metode-metodenya yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Materi yang diguanakan ada yang bersifat wajib (ijbari) dan bersifat pilihan (ikhtiari) dan metode yang digunakan yaitu metode lisan, menghafal dan tulisan.

Kemudian pada masa ini muncul ilmuan-ilmuan muslim yang turut memperluas dan mengembangkan metodologi untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Sehingga tumbuhlah sarjanah-sarjanah yang ahli sesuai bidang keilmuan yang dimiliki diantaranya: Alfarabi, Ibn Sina, Al-faraghani, Abu Hanifah, Malik bin Anas, Bukhari dan Muslim dan banyak lagi yang lainnya.

B.     Saran
Dari materi di atas sebagai seorang pelajar hendaknya mampu menggali potensi-potensi yang telah dimiliki, dengan mempelajari ilmu-ilmu pengetahuan yang berguna untuk mencapai ridho ilahi dan mampu untuk memajukan pendidikan islam sebagimana yang telah dilakukan oleh para pendahulu-pendahulu kita.
Semoga apa yang telah dilakukan cendikiawan-cendikiawan muslim terdahulu sebagai upaya yang telah dilakukan untuk memajukan pendidikan Islam dapat menjadi motivasi bagi kita semua untuk lebih giat belajar dan mampu meningkatkan prestasi serta bekal kita untuk mengembangkan dan memajukan pendidikan islam.






                                                          DAFTAR PUSTAKA


Abuddin Nata, 2011. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media Group.
Suwijo, 2008. Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
Zuhairini, dkk., 2004 . Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.



Baca Juga :