BAB II
PEMBAHASAN
A. Keutamaan Seorang Pendidik dalam Pendidikan Islam
Pendidik adalah bapak ruhani (spiritual father) bagi
peserta didik, yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak
mulia, dan meluruskan perilaku yang buruk. Oleh karena itu, pendidik mempunyai
kedudukan tinggi dalam agam islam. Dalam ajaran islam pendidik disamakan ulama
yang sangatlah dihargai kedudukanya. Hal ini dijelaskan oleh Allah maupun
Rasul-Nya.
Dalam ajaran Islam pendidik sangatlah dihargai kedudukannya. Hal
ini dijelaskan oleh Allah SWT maupun oleh Rasul-Nya.Firman Allah
SWT.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي
الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا
فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا
الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya:
Allah SWT meningkatkan derajat orang beriman dan
berilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Q.S Al-Mujadalah : 11).
Hai orang-orang
beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam
majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan.
Dalam beberapa hadits disebutkan, Sabda
Rasulullah SAW.
Artinya :
“Sebaik-baiknya
kamu adalah adalah orang yang mempelajari al-Qur,an dan mengerjakannya”. (H.R. Bukhari)
Sabda
Rasulullah SAW.
Artinya :
"jadilah engkau sebagai guru, atau
pelajar, atau pendengar, atau pencinta, dan janganlah kamu menjadi orang yang
kelima, sehingga kamu menjadi rusak.
Sabda
Rasulullah SAW.
Artinya :
"Sebaik-baik
kamu adalah orang yang mepelajari al-Quran dan mengamalkanya". (H.R. Bukhari)
Dalam hadis Nabi yang
lain, Sabda Rasulullah SAW.
Artinya :
“Tinta para
ulama lebih tinggi nilainya dari pada darah para shuhada”. (H.R.
Abu Daud dan Tarmizi)
Firman Allah SWT dan sabda Rasul disebut mengganbarkan tingginya
kedudukan orang yang memiliki ilmu pengetahuan
(pendidik). Hal ini berasal bahwa dengan pengetahuan dapat menuntun
manusia untuk selalu berpikir dan menganalisa hakikat semua fenomena yang ada
pada alam, sehingga mampu membawa manusia semakin dekat dengan Allah SWT.
Dengan kemampuan yang ada pada manusia terlahir cara-cara untuk kebaikan umat
manusia.
Baca Juga : Metode Pendidikan Islam
B. Cara Pandang
Imam Al-Ghazali Mengenai Kemuliaan Seorang Pendidik
Menurut Al-Ghazali pendidik merupakan malikhul kabir. Bahkan dapat dikatakan pada satu sisi,
pendidik mempunyai jasa lebih dibandingkan kedua orang tuanya. Lantaran kedua orang
tuanya menyelamatkan anaknya dari sengatan api neraka dunia, sedangkan pendidik
menyelamatkan dari sengatan api neraka. Menurut Hasan Langgulung, kedudukan
pendidik dalam pendidikan islam ialah orang yang memikul tanggung jawab
membimbing. Orang yang bertanggung jawab dalam membimbing, mengarahkan dan
mendidik peserta didik. Oleh karena fungsinya sebagai pengarah dan pembimbing
dalam pendidikan, maka keberadaan pendidik sangat diperlukan dalam pendidikan
islam. Selain sebagai pembimbing dan pemberi arah
dalam pendidikan, pendidik juga berfungsi sebagai pengarah motifator, dala
proses belajar-mengajar, yaitu berupaya teraktualisasinya sifat-sifat Ilahi dan
mengaktualisasikan potensi-potensi yang ada pada diri peserta didik guna
mengimbangi kelemahan- kelemahan yang dimilikinya.
Al-Ghazali menukil beberapa hadis Nabi tentang keutamaan seorang pendidik. Ia berkesimpulan bahwa pendidik disebut sebagai
orang-orang besar (great individual) yang aktivitasnya lebih baik dari pada
ibadah setahun (QS. At-Taubah (9): 122). Selanjutnya Al-Ghazali menukil dari
perkataan para ulama yang menyatakan bahwa pendidik merupakan pelita (siraj)
segala zaman, orang yang hidup semasa denganya akan memperoleh pancaran cahaya
keilmiahannya. Andaikata dunia tidak ada pendidik, niscaya manusia seperti
binatang, sebab mendidik adalah upaya mengeluarkan manusia dari sifat
kebinatangan kepada sifat insaniyah dan ilahiyah.
Al-Ghazali
mengkhususkan guru dengan sifat-sifat kesucian dan kehormatan dan menempatkan
guru langsung sesudah kedudukan Nabi seperti contoh sebuah syair yang
diungkapkan oleh syauki yang berbunyi: "berdirilah dan hormatilah guru
dan berilah ia penghargaan, seorang guru itu hampir saja merupakan seorang
Rasul".
Al-Ghazali juga
menyatakan sebagai berikut: "seseorang yang berilmu dan kemudian
mengamalkan ilmunya itu dialah yang disebut dengan orang besar di semua
kerajaan langit, dia bagaikan matahari yang menerangi alam sedangkan ia
mempunyai cahaya dalam dirinya seperti minyak kasturi yang mengaharumi orang
lain karena ia harum, seorang yang menyiukkan dirinya dalam mengajar berarti
dia telah memilih pekerjaan terhormat". Oleh karena itu hendaklah sesorang
pendidik memperhatikan dan menjaga adab dan sopan santun dalam tugasnya sebagai
seorang pendidik".
Baca Juga :Komponen Kurikulum Pendidikan Islam
a.
Alasan yang
berhubungan dengan sifat naluriah
Dalam kitab “Ihya ‘Ulumuddin” ia menyatakan:
“Apabila ilmu pengetahuan itu lebih utama dalam segala hal, maka mempelajarinya
adalah mencari yang lebih mulia itu. Maka mengajarkannya adalah memberi faedah
bagi keutamaan itu.”
Jadi, mengajar dan mendidik adalah sangat mulia, karena secara naluri
orang yang berilmu itu dimuliakan dan dihormati oleh orang. Dan ilmu pegetahuan
itu sendiri adalah mulia, maka mengajarkan adalah memberikan kemuliaan. Oleh
karna itu tugas guru sangat mulia dan kedudukannya sangat tinggi dalam islam.
Akan tetapi, posisi pengajar
dalam masyarakat modern dewasa ini, lebih sering hanya dipandang sebagai
petugas semata yang mendapat gaji dari negara atau istansi/organisasi swasta
dan tanggung jawabnya tertentu, serta tugasnya relatif dilimitasi dengan
dinding sekolah, jangan melangkah lebih jauh dari tugas dan taggung jawab
(formal)nya, mungkin dampak dari komersialisme modernisasi, sehingga melahirkan
dampak terciptanya jarak (sosiopsikis) antara pengajar dan pelajar.
b.
Alasan yang
berhubungan dengan kemanfaatan umum
Al-Gazali dalam “Mizanul ‘Amal” mengatakan:
“Orang yang mempunyai ilmu itu berada dalam berikut:
-
mencari faedah dan guna ilmu,
-
mencari hasil ilmu pengetahuan
sehingga ia tidak bertanya-tanya,
-
memberikan wawasn ilmu dan
mengajarkannya. Dan inilah keadaan yang termulia, kalkulasi dalam kategori
keutamaan. Kemudahan ia dapat mengambil faedahnya dan selanjutnya diajarkan,
maka ia adalah laksana matahari yang bersinar dan menyinari lainnya. ia adalah
laksana kasturi yang dapat mengharumkan dan ia sendiri berbau harum.”
c.
Alasan yang
berhubungan dengan unsur yang dikerjakan
“Kemuliaan seorang guru yang langsung berurusan dengan hati dan jiwa manusia,
dan wujud yang paling mulia di muka bumi ini adalah jenis manusia. Bagian
paling mulia dari bagian-bagian (jauhar) tubuh manusia adalah hatinya,
sedangkan guru berkerja menyempurnakan, membersihkan, mensucikan dan membawakan
hati itu untuk bisa dekat dengan Allah swt.”
Seorang tokoh pendidikan Islam di Indonesia
yaitu Ahmad Surkati. Menjelaskan bahwa eksistensi pendidik dalam
pendidikan adalah yang sangat penting. Rasulullah adalah sosok pendidik yang sanagat baik untuk di tiru
karena beliau adalah seorang pendidik yang agung dan memiliki metode pendidikan
yang unik. Beliau sangat memperhatikan manusia susuai dengan kebutuhannya,
ciri-cirinya dan kemampuan akalnya, terutama jika beliau berbicara dengan
anak-anak. Jenis bakat dan kesiapan mereka merupakan pertimbangan beliau dalam
mendidik.
Berdasarkan hal tersebut mereka sesudah Rasulullah wafat yang
menjadi pendidik adalah yang berperan di bidang keagamaan, separti tokoh-tokoh
agama tersebut juga ulam. Mereka seolah-olah memegang kunci keselamatan rohani
dan masyarakat.
Pendidikan lingkungan pesantren, misalnya, menjadi kiyai yang
menjadi panutan tokoh agama dan mempunyai kewibawaan rohani yang tinggi. Begitu
juga halnya dengan guru yang berada di desa bahwa mereka dipandang sebagai
seorang yang punya kelebihan, mereka lebih menghormati dan muncul sebagai
pemeran utama dalam masyarakat. Mereka dianggap sebaga elite desa.
Pendidikan Islam sarat dengan konsepsi ketuhanan yang mempunyai
baragam keutamaan. Abd al-Rahman al-Nahlawa mengngaplikasikan orang yang
berilmu diberikan kekuasaan menundukkan alam semesta ini demi kebaikam umat manusia.
Kerena itu dalam kehidupan sosial masyarakat, para ilmuan (pendidik) dipandang
memiliki harkat dan martabatyangtinggi. Itulah Sebabnya Al-Ghazali meletakkan
posisi pendidik posisi yang penting dengan keyakinan bahwa pendidik yang benar
merupakan jalan untuk mendekatkan diri pada Allah guna mencapai kebahagiaan
hidup dunia dan akhirat.
Keutamaan dan tingginya kedudukan guru dalam Islam merupakan
realisasi ajaran Islam itu sendiri, Islam memuliakan pengetahuan, sedangkan
pengetahuan itu didapat dari belajar mengajar, maka sudah tentu agama Islam memuliakan
seorang pendidik.
Baca Juga : Media Pendidikan islam
C. Keutamaan Pendidik menurut Al-Qur’an dan
As-Sunnah
a. Memiliki Ilmu yang Manfaat
Ilmu yang manfaat
adalah ilmu yang diamalkan oleh pemilik ilmu dan diajarkan kepada orang lain
untuk diamalkan. Manfaat dari ilmu yang bermanfaat dapat dirasakan didunia
maupun akhirat. Dengan ilmu yang manfaat maka dunia akan tentram karena
dijalankan dengan hukum yang berlaku, sedangkan pemiliknya juga akan
mendapatkan pahala yang terus mengalir walau telah meninggal dunia. Sebagaimana
dalam hadits:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رضي الله عنه
– أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ : إِذَا مَاتَ اَلْإِنْسَانُ
اِنْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ : صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ
عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالَحٍ يَدْعُو لَهُ – رَوَاهُ مُسْلِم ٌ .
“Dari Abu
Hurairah ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda: ‘Apabila seorang manusia
telah meninggal maka terputuslah amalannya kecuali 3 hal yaitu: Shodaqah
jariyah atau ilmu yang bermanfaat atau anak sholeh yang mendo’akan orang
tuanya’”
Oleh karena
itu, hendaklah kita memohon agar memperoleh ilmu yang manfaat dengan sesantiasa
membaca do’a berikut, karena Rasulullah SAW senantiasa membacanya ketika akhir
fajar:
اللهم إني أسألك علما نافعا ورزقا
طيبا وعملا متقبلا
“Ya Allah,
sesungguhnya aku mohon kepadaMu ilmu yang manfaat, rezeki yang baik dan amalan
yang diterima”
b. Mendapat Derajat
yang Tinggi disisi Allah SWT
Seorang
pendidik akan mendapat derajat yang tinggi disisi Allah SWT karena mereka
memiliki ilmu. Selain itu, Allah SWT juga memberikan kebolehan iri pada mereka.
Sebagaimana hadits dari Ibnu Mas’ud:
لا تحاسد إلا في اثنتين رجل آتاه الله
حكمة فهو يقضي بها ويعلمها ورجل آتاه الله مالا فسلطه على هلكته في الحق .
“janganlah kau
dengki kecuali pada 2 orang (yaitu) seorang yang telah Allah SWT datangkan
padanya sebuah hikmah lalu ia mengerjakannya dan mengajarkannya serta seorang
yang telah Allah SWT datangkan padanya sebuah harta lalu ia menguasakannya atas
kebinasaan dalam kebenaran”
c. Dapat Menjaga Diri
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ
لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ
لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا
إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
“Dan tidak
sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa
sebagian dari setiap golongan diantara mereka tidak pergi untuk memperdalam
pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya.”
Sebagaimana dalam surat At-Taubah
ayat 122 diatas, bahwa orang yang mempelajari agama Allah lalu kembali kepada
kaumnya untuk mengajarkan ilmu yang telah ia peroleh itu ditujukan supaya
mereka dapat menjaga diri. Dalam tafsir Al-Muyassar, dijelaskan supaya mereka
dapat menjaga diri dari azab Allah dengan senantiasa mengerjakan
perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya.
d. Mendapatkan Kebaikan yang
Banyak
Jika seorang
pendidik berhasil mendidik muridnya menuju akhlak mulia maka pendidik pun
mendapatkan kemuliaan yang banyak sebagaimana yang disebutkan dalam
hadits-hadits berikut:
- Hadits dari Sahl bin Sa’id ra yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim
- Hadits dari Abu Hurairah ra yang diriwayatkan oleh Muslim
- Hadits dari Uqbah bin Amr Abu Mas’ud Al-Anshary yang diriwayatkan oleh Muslim
- Hadits Abu Ya’la Al-Maushili dalam kitab ittihaful khoiratil mahrati. Hadits ke 256
فَوَاللَّهِ لَأَنْ يَهْدِيَ اللَّهُ
بِكَ رَجُلًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ
“Demi Allah,
jika Allah SWT member petunjuk kepada satu orang melalui perantaramu maka hal
itu jauh lebih baik dari pada kekayaan yang sangat berharga.”
مَنْ دَعَا إِلى هُدىً كَانَ لَهُ
مِنَ الأَجرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ
شَيئاً
“Barangsiapa
menyeru kepada petunjuk maka baginya pahala seperti pahalanya orang-orang yang
mengikutinya, tanpa mengurangi pahala-pahala mereka”
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ
مِثْلُ أجْرِ فَاعِلِهِ
“barangsiapa
menunjukkan atas kebaikan maka baginya seperti pahala orang yang melakukannya”
الدَّالُّ عَلَى الْخَيْرِ
كَفَاعِلِهِ
“adapun seorang
yang menunjuki atas kebaikan itu seperti orang yang mengerjakan.”
e. Disamakan dengan
Pahala Amalan Sedekah
Ilmu adalah
sebuah amanah, jika amanah tersebut dipelihara dengan baik maka sama saja ia
telah bersedekah sebagaimana hadits:
عن أَبي موسى الأشعري – رضي الله عنه
– ، عن النَّبيّ – صلى الله عليه وسلم – ، أنَّه قَالَ : (( الخَازِنُ المُسْلِمُ
الأمِينُ الَّذِي يُنفِذُ مَا أُمِرَ بِهِ فيُعْطيهِ كَامِلاً مُوَفَّراً
طَيِّبَةً بِهِ نَفْسُهُ فَيَدْفَعُهُ إِلَى الَّذِي أُمِرَ لَهُ بِهِ ، أحَدُ
المُتَصَدِّقين )) مُتَّفَقٌ عَلَيهِ
Dari Abi Musa
Al-Asy’ari ra, dari Nabi SAW bahwa beliau telah berabda: “Seorang muslim yang
amanah yang dititipi harta oleh orang lain lalu dipelihara betul apa yang
ditugaskan kepadanya lalu mengambalikan kepada yang berhak dengan tanpa
menguranginya sedikit pun maka ia telah dicatat sebagai orang yang bersedekah”
Mu’adz bin
Jabal pun pernah menerangkan lebih mendalam tentang menjaga ilmu / menjaga ilmu
sebagai amanah.
تعلموا العلم فإن تعلمه لله خشية
وطلبه عبادة ومدارسته تسبيح والبحث عنه جماد وتعليمه من لا يعلمه صدقة وبذله لأهله
قربة
“Belajarlah
ilmu karena sesungguhnya belajarnya karena Allah SWT itu adalah Taqwa,
menuntutnya adalah ibadah, mempelajarinya adalah tasbih, membahasnya adalah
jihad, mengajarkannya kepada orang yang belum mengetahuinya adalah sedekah.
Memberikan kepada keluarganya adalah pendekatan diri kepada Allah SWT. ”
Pada dasarnya, profesi pendidik
membutuhkan keahlian ilmu serta seni dan atas dasar panggilan. Karena mendidik
adalah sebuah proses belajar yang menjadikan anak didik menjadi lebih baik
dengan berpegang pada ilmu yang disampaikan oleh pendidik.
Keutamaan
seorang pendidik adalah ia termasuk seorang yang memiliki ilmu yang manfaat,
mendapatkan derajat tinggi disisi Allah SWT, dalam golongan orang yang menjaga
diri, mendapatkan kebaikan yang banyak, serta disamakan dengan pahala sedekah.
D. Keutamaan Pendidik Menurut Bukhari Umar
1. Terbebas dari Kutukan Allah
Seorang guru yang baik dalam pengertian melaksanakan
tugasnya dengan ikhlas karena Allah akan mendapat kemuliaan dan keutamaan. Di
antara keutamaan itu adalah ia teremasuk golongan orang yang tidak putus dari
rahmat Allah atau orang yang terkutuk. Sehubungan dengan ini terdapat hadis
sebagai berikut:
عن أبى هُرَيْرَةَ يَقُولُ سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَلاَ إِنَّ
الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ مَلْعُونٌ مَا فِيهَا إِلاَّ ذِكْرُ اللَّهِ وَمَا
وَالاَهُ وَعَالِمٌ أَوْ مُتَعَلِّمٌ. رواه الترمذى
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa dia
mendengar Rasulullah saw bersabda: “Ketahuilah ! bahwa sesungguhnya dunia dan
segala isinya terkutuk kecuali zikir kepada Allah dan apa yang terlibat dengannya,
orang yang tahu (guru) atau orang yang belajar.
Dalam hadis ini ditegaskan bahwa orang yang tahu (guru,
pendidik) adalah orang yang selamat dari kutukan Allah. Ini merupakan keutamaan
yang sangat berharga. Dari hadis ini dapat dipahami bahwa tidak semua orang
yang berpredikat guru dijamin Rasulullah SAW. selamat dari kutukan. Guru yang
beliau maksudkan adalah guru yang berilmu, mengamalkan ilmunya dan
mengajarkannya dengan ikhlas untuk mendapatkan keridaan Allah.
Baca Juga :Dasar Dasar Kurikulum Pendidikan Islam
2. Didoakan oleh Penduduk Bumi
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ
قَالَ ذُكِرَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلاَنِ
أَحَدُهُمَا عَابِدٌ وَالاَخَرُ عَالِمٌ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِي عَلَى
أَدْنَاكُمْ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ وَأَهْلَ
السَّمَوَاتِ وَالْأَرَضِينَ حَتَّى النَّمْلَةَ فِي جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ
لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ. رواه الترمذى
Abu Umamah al-Bahiliy berkata: diceritakan
kepada Rasulullah saw. dua orang laki-laki, yang satu 'abid (orang yang banyak
beribadah) dan yang satu lagi 'alim (orang yang banyak ilmu). Maka Rasulullah
saw. bersabda: kelebihan seorang alim daripada orang yang beribadah
adalah bagaikan kelebihanku daripada seorang kamu yang paling rendah.
Kemudian Rasulullah saw. berkata (lagi): Sesungguhnya Allah, malaikat-Nya,
penduduk langit dan bumi sampai semut yang berada dalam sarangnya serta ikan
berselawat (memohon rahmat) untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada
manusia (pendidik, guru).
Informasi dalam hadis di atas mencakup bahwa Allah
memberikan rahmat dan barakah kepada guru. Selain itu, malaikat dan penduduk
langit dan bumi termasuk semut yang berada dalam sarang, ikan yang berada dalam
laut mendoakan keaikan untuk guru yang mengajar orang lain. Ini semua adalah
keutamaan yang diberikan oleh Allah kepada guru.
1.
Mendapat Pahala Berkelanjutan
Sehubungan dengan keutamaan ini ditemukan hadis sebagai
berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا مَاتَ الاِنْسَانُ
انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ
يَدْعُو لَهُ. رواه مسلم
وأحمد النسائي
والترمذى
والبيهقى
Abu Hurairah
meriwatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: “Apabila manusia telah meninggal
dunia terputuslah amalannya kecuali tiga hal, yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang
bermanfaat dan anak saleh yang mendoakannya.
Dalam hadis di atas terdapat informasi bahwa ada tiga hal
yang selalu diberi pahala oleh Allah pada seseorang kendatipun ia sudah
meninggal dunia. Yaitu; (1) sedekah jariyah (wakaf yang lama kegunaannya), (2)
ilmu yang bermanfaat, dan (3) doa yang dimohonkan oleh anak yang saleh untuk
orang tuanya. Sehubungan dengan pembahasan ini adalah ilmu yang bermanfaat,
yaitu ilmu yang diajarkan oleh seseorang ('alim, guru) kepada orang lain dan tulisan (karangan) yang
dimaksudkan oleh penulis untuk dimanfaatkan orang lain. Pahala yang berkelanjutan merupakan salah satu
keutamaan yang bakal diperoleh oleh pendidik (guru).
Keutamaan ini diberikan
kepada guru karena ia sudah memberikan sesuatu yang sangat vital dalam
kehidupan manusia. Al-Ghazali mengemukakan bahwa Hasan al-Bashri berkata: Kalau
sekirarnya orang-orang berilmu tidak ada, niscaya manusia akan bodoh seperti
hewan, karena hanya dengan mengajar, para ulama dapat menaikkan orang banyak
dari tingkat kehewanan ke tingkat kemanusiaan. Selain
dengan mengajar, seorang alim/guru juga dapat menyebarluaskan ilmu kepada orang
lain melalui aktivitas karang mengarang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan mengenai keutamaan
pendidik diatas dapat disimpulkan bahwa, Keutamaan
seorang pendidik adalah ia termasuk seorang yang memiliki ilmu yang manfaat,
mendapatkan derajat tinggi disisi Allah SWT, dalam golongan orang yang menjaga
diri, mendapatkan kebaikan yang banyak, serta disamakan dengan pahala sedekah. Adapun seorang
pendidik harus memiliki perangai yang baik atau attitud yang sopan dan santun.
Seorang guru adalah orangyang menempati
status yang mulia/ memiliki keutamaan di dataran bumi ini, ia mendidik jiwa,
hati akal dan roh manusia. Sedangkan jiwa manusia adalah unsur yang paling
mulia pada bagian tubuh manusia dan manusia adalah mahluk yang mulia di dunia
dibandigkan dengan makhluk lain. Analisis yang deduktif dan induktif yang di
kemukakan Al-Ghazali tersebut adalah sangat benar dan tepat, karena ia juga
mendalami filsafat dan menguasai ligika secara cermat dan akurat.
Islam memuliakan
pengetahuan sedangkan ilmu itu didapat dari belajar kemudian mengajar, sudah
menjadi kewajiban khususnya untuk seorang
murid, jika ilmunya ingin bermanfaat dunia maupun akhirat haruslah
menghormati dan memuliakan seorang pendidik, karena selain ridho orang tua
ridho seorang pendidik juga sangat penting. orang yang igin mencapai sesuatu
tidak akan berhasil kecuali dengan meninggal rasa hormat dan mengagungkan. Pada
hakikatnya pendidik
mempunyai kedudukan tinggi dalam agam Islam.
B. Saran
Dari pembahasan
diatas, kita ketahui keutamaan seorang pendidik dalam pendidikan islam, pada
hakikatnya dalam ajaran
islam pendidik disamakan ulama yang sangatlah dihargai kedudukanya, dikarenakan
sama-sama berjuang menghilangkan kebodohan. Bahwa guru ialah suri tauladan yang baik untuk anak didiknya.
Guru yang baik itu tidak pandang buluh dalam menrasfer ilmunya ke peserta didik
sehinga tugas guru terlaksana sebagaimana mestinya menempatkan ketempatnya,
sehingga tujuan pendidikan akan benar-benar tercapai.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat.
Dalam pemaparan makalah ini masih terdapat kekurangan, sehingga saran dan
kritik dari pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin, Filsafat
Pendidikan Islam, UIN Jakarta Press, Jakarta, 2003
----------------, Ilmu Pendidikan Islam Dengan
Pendekatan Multidispliner, Raja Grafindo
Persada, Jakarta. 2009
Ramayulis, Ilmu
Pendidikan Islam, Kalam Mulia, Cet. VII, Jakarta, 2002
----------------, Filsafat Pendidikan Islam, Kalam Mulia, Cet. I, Jakarta, 2009
2 comments:
Kak aku boleh minta makalah ini egak kak?soalnya penting bgt
Hanya Sebagai referensi bacaan kak🤗
Post a Comment