A. PENDIDIKAN SEBAGAI PENGEMBANGAN POTENSI
Fungsi pendidikan islam merupakan
realisasi dari pengertian tarbiyah al-insya (menumbuhkan atau
mengaktualisasikan potensi). Asumsi tugas ini adalah bahwa manusia mempunyai
sejumlah potensi atau kemampuan, sedangkan pendidikan merupakan proses untuk
mengembangkan potensi-potensi tersebut.
Dalam islam, potensi laten yang dimiliki
manusia banyak ragamnya. Abdul mujib (2006:43-48) menyebutkan tujuh macam
potensi bawaan manusia, yaitu sebagai berikut.
1. Al-Fitrah (Citra Asli)
Fitrah
merupakan citra asli manusia, yang berpotensi baik atau buruk, dimana
aktualisasinya tergantung pilihannya. Fitrah baik merupakan citra asli yang
primer, sedangkan fitrah yang buruk merupakan citra asli yang sekunder. Citra
unik ini sudah ada sejak awal penciptaannya. Seluruh manusia mempunyai fitrah
yang sama, meskipun perilakunya berbeda. Fitrah manusia yang paling esensial
adalah penerimaan terhadap amanah untuk menjadi khalifah dan hamba Allah
dibumi.
Dalam
studi Qurani, fitrah ketika dikorelasikan dengan kalimat lain mempunya
banyak makna antara lain:
a. Fitrah berati suci (ath-thur),
yaitu kesucian psikis yang terbebas dari dosa dan penyakit ruhaniah.
b.Fitrah
berarti potensi ber-islam (al-islamy).
c.Fitrah berarti mengakui keesaan Allah (tauhid
Allah). Manusia lahir membawa potensi tauhid yang cenderung mengesakan
tuhan, dan berusaha terus-menerus mencari dan mencapai ketauhidan.
d.Fitrah berarti kondisi selamat dan
kontinuitas.
e.Fitrah berarti perasaan yang tulus (al-ikhlas).
f.Fitrah berarti kesanggupan atau
predisposisi untuk melakukan kebenaran.
g.Fitrah berarti potensi dasar manusia
atau perasaan untuk beribadah dan makrifat kepada Allah.
h. Fitrah berarti ketetapan atau takdir
asal manusia mengenai kebahagiaan dan kesengsaraan hidup
i. Fitrah berarti tabiat atau watak asli
manusia.
j. Fitrah berarti sifat-sifat Allah yang
ditiupkan pada setiap manusia sebelum dilahirkan.
Berdasarkan beberapa
pengertian diatas, fitrah dapat diartikan dengan “citra asli yang dinamis yang
terdapat pada sistem-sistem psikofisiologis manusia, dan dapat diaktualisasikan
dalam bentuk tingkah laku. Citra unik tersebut telah ada sejak awal
penciptaannya.
Pendapat lain
menyatakan bahwa jenis fitrah ini memiliki banyak dimensi, tetapi dimensi yang
terpenting adalah sebagai berikut:
1. Fitrah agama; sejak lahir manusia
memiliki naluri atau insting beragama, insting yang mengakui adanya Dzat yang
maha pencipta dan Maha Mutlak, yaitu Allah SWT. Sejak didalam ruh manusia
mempunyai komitmen bahawa Allah adalah tuhannya (QS.Al-A’raf(7):172), sehingga
ketika lahir ia berkecenderungan pada Al-Hanif, yakni rindu akan
kebenaran mutlak(Allah). (QS.Ar-rum(30):30).
2.Fitrah intelek: adalah potensi bahwa
yang mempunyai daya untuk memperoleh pengetahuan dan membedakan mana yang baik
dan buruk,yang benar dan salah.
3.Fitrah sosial: kecenderungan manusia
hidup berkelompok yang didalamnya terbentuk suatu cirri khas yang disebut
kebudayaan.
4. Fitrah susila: kemampuan manusia untuk
mempertahankan diri dari sifat amoral atau sifat yang menyalahi tujuan Allah
yang menciptakannya.
5.Fitrah ekonomi: daya manusia untuk
mempertahankan hidupnya dengan memberikan kebutuhan jasmaniah, demi
kelangsungan hidupnya.
6.Fitrah seni: kemampuan manusia
menimbulkan daya estetika yang mengacu pada sifat al-jamal Alla. Tugas
pendidikan yang terpenting adalah memberikan suasana gembira, senang dan aman
dalam proses belajar mengajar.
7.Fitrah kemajuan, keadilan, kemerdekaan,
kesamaan ingin dihargai, kawin, cinta, tanah air, dan kebutuhan hidup lainnya.
(Abdul Mujib, 2006: 55-57).
2. Struktur Manusia
Struktur
adalah Satu organisasi permanen, pola atau unsur yang bersifat relatif stabil,
menetap dan abadi. Struktur manusia terbagi ats jasmani, ruhani dan nafsani.
Struktur nafsani terbagi atas tiga macam, yaitu : kalbu, akal dan hawa
nafsu.
Struktur jasmani memiliki cirri-ciri
sebagai berikut:
a.Adanya dialam dunia/jasad atau alam
penciptaan (khalq), yang tercipta secara bertahap dan melalui perantara.
b.Memiliki bentuk, rupa, kadar dan bisa
disifati yang naturnya buruk dan kasar, bahkan mengejar kenikmatan syahwati.
c.Memiliki energi jasmaniah yang disebut
dengan al-hayah(daya hidup)
d. Eksistensinya menjadi wadah ruh.
e. Terikat oleh ruang dan waktu.
f. Substansinya temporer dan hancur setelah
kematian
g. Dapat dibagi-bagi dengan beberapa
komponen.
Struktur ruhani memiliki cirri-ciri
sebagai berikut.
a.Adanya dialam arwah ataualam perintah
yang tercipta lansung dari Allah tanpa proses graduasi.
b. Tidak memiliki bentuk, rupa, kadar, dan
tidak dapat disifati, yang naturnya halus dan suci, mengejar kenikmatan
ruhaniyah.
c.Memiliki energi ruhaniah yang disebut Al-amanah.
d.Eksistensi energy ruhaniah tergantung
pada ibadah
e. Tidak terikat oleh ruang dan waktu.
f. Substansinya abadi tanpa ada kematian.
g.Tidak dapat dibagi karena satu keutuhan.
Baca Juga : Asas Dasar dan prinsip pendidikan islam
Struktur nafsani memiliki cirri-ciri
sebagai berikut.
a. Adanya
dialam jasad dan ruhani, terkadang tercipta secara bertahap.
b.Antara berbentuk atau tidak,berkadar
atau tidak dan bisa disifati atau tidak yang naturnya antara baik buruk, halus
kasar, mengejar kenikmatan ruhani-syahwati.
c.Memiliki
energi ruhaniah jasmaniah.
d. Eksistensi
energi nafsani tergantung pada ibadah dan makanan bergizi.
e.Eksistensinya
aktualisasi atau realisasi diri.
f. Antara
terikat dan tidak mengenai ruang dan waktu
g. Antara
dapat dibagi atau tidak.
Struktur kalbu memiliki cirri-ciri
sebagai berikut.
a.Secara jasmaniah berkedudukan dijantung
b.Daya yang dominan adalah emosi atau
afektif yang melahirkan kecerdasan emosional.
C.Mengiku natur ruh yang berketuhanan (ilahiyah).
d. Potensinya bersifat dzawqiyahv dan
hadsiah yang sifatnya spiritual.
e.Berkedudukan pada alam suprasadar atau
atas sadar manusia.
f. Intinya religiusitas, spiritualitas, dan
transendensi.
g. Apabila mendominasi jiwa manusia maka
menimbulkan kepribadian yang tenang (an-nafs al-mutmainnah).
Akal memiliki cirri-ciri sebagai
berikut.
a.Secara jasmaniah berkedudukan di otak.
b.Daya yang dominan adalah kognisi(cipta),
yang melahirkan kecerdasan intelektual.
c. Mengikuti natur ruh dan jasad yang
berkedudukan pada alam sadar manusia.
d.Intinya isme-isme seprti humanism,
kapitalisme,sosialisme dan sebagainya.
e. Apabila mendominasi jiwa manusia maka
menimbulkakan kepribadian yang labil
Hawa nafsu memiliki cirri-ciri sebagai
berikut.
a.Secara jasmaniah, berkedudukan diperut
dan alat kelamin.
b.Daya yang dominan adalah psikomotorik,
yang melahirkan kecerdasan kinestetik.
c.Mengikuti natur jasad yang hanawiyah,
baik yang jinak maupun yang buas.
d.Potensinya bersifat indrawi,yang
sifatnya empiris.
e.Berkedudukan pada alam pra atau bawah
sadar manusia.
f. Intinya produktivitas, kreativitas, dan
konsumtif.
g. apabila mendominasi jiwa manusia maka
menimbulkan kepribadian yang jahat.
Baca Juga : Pengertian Peserta Didik
3. Al-Hayah (Vitality)
Hayah
adalah daya, tenaga, energy, atau vitalitas hidup manusia yang karenanya
manusia dapat bertahan hidup. Al-hayah ada dua macam yaitu:
a.Jasma yang intinya berupa nyawa,atau
energi fisik. Bagian ini amat tergantung pada susunan sel, fungsi kelenjar,
alat pencernaan, susunan syaraf sentral dan sebagiannya yang dapat ditampilkan
dengan tanda-tanda fisiologis pembawaan.
b. Ruhani yang intinya berupa amanat dari
tuhan disebut juga ruh-ruhani. Amanah merupakan energi psikis yang membedakan
manusia dengan makhluk lain. Al-hayah tidak sekedar dapat menghidupkan Manusia,
tetapi juga menjadi esensi bagi kehidupannya.
4. Al-Khuluq (Karakter)
Khuluq
(bentuk tunggal dari kata Akhlaq) adalah kondisi batiniah bukan kondisi
lahiriah individu yang mencakup ath-thab’u dan ash-sajiyah.
Khuluq adalah kondisi dalam jiwa yang suci, dan dari kondisi itu tumbuh suatu
aktivitas yang mudah dan gampang tanpa memerlukan pertimbangan terlebih dahulu.
Dalam terminologi psikologi, karakter adalah watak, sifat dasar yang khas, yang
bisa dijadikan cirri untuk mengidentifikasikan pribadi seseorang.
5. Ath-thab’u (Tabiat)
Tabiat
yaitu citra batin individu yang menetap. Citra ini terdapat pada konstitusi
individu yang diciptakan oleh Allah sejak lahir. Menurut ikhwan Ash-shafa,
tabiat adalah daya dari nafs kulliyah yang menggerakan jasad manusia.
Dalam
psikologi , temperamen adalah disposisi reaksi seseorang. Ia juga konstitusi
psikis yang erat kaitannya dengan konstitusi fisis yang dibawa sejak lahir,
sehingga heriditas sifatnya. Misalnya, temperamen sanguinikus mempunyai sifat
dominan darah, menimbulkan sifat gembira,suka berubah. Temperamen flegmatikus
mempunyai sifat dominan lendir, menimbulkan sifat tenang,tidak suka bergerak.
Temperamen kholerikus mempunyai sifat dominan empedu kuning,menimbulkan sifat
lekas marah dan mudah tersinggung. Temperamen melankholikus mempunyai sifat dominan
hitam, menimbulkan sifat pesimistik dan suka bersedih hati.
6. As-Sajiyah (Bakat)
Adalah
kebiasaan individu yang berasal dari hasil integrasi antara karakter individu
dengan aktivitas-aktivitas yang diusahakan. Dalam terminologi psikologi sajiyah
diterjemahkan dengan bakat yaitu kapasitas kemampuan yang bersifat potensial.
Bakat ini bersifat laten (bersembunyi dan bisa berkembang). Bakat asli yang
merupakan hasil dari karakter individu
akan sulit berkembang apabila tanpa dibarengi oleh upaya lingkungan yang baik,
seperti pendidikan, pengajaran, pelatihan, dan dakwah amar ma’ruf atau nahi
munkar.
7. As-Sifat (sifat-sifat)
Yaitu
satu cirri khas individu yang relatif menetap secara terus menerus dan
konsekuen yang diungkapkan dalam satu deretan keadaan. Sifat-sifat totalitas
manusia dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu: deferensi adalah perbedaan
mengenai tugas-tugas dan pekerjaan masing-masing bagian tubuh, misalnya fungsi
jasmani seperti fungsi jantung,lambung, darah dan lain-lain. Serta fungsi
kejiwaan seperti kemauan, perasaan dan
sebagainya. Regulasi adalah dorongan untuk mengadakan perbaikan sesudah terjadi
suatu gangguan dalam organisme manusia. Integrasi adalahproses yang membuat
keseluruhan jasmani dan ruhani manusia yang menjadi satu kesatuan yang harmonis
karena terjadi suatu sistem pengaturan yang rapi.
8. Al-‘Amal (Perilaku)
Amal
ialah tingkah laku lahiriah individu yang tergambar dalam bentuk perbuatan
nyata. Hukum fiqh memiliki kecenderungan melihat aspek lahir dari kepribadian
manusia. Hukum tasawuf lebih melihat pada aspek batiniahnya. Kepribadian islam
yang ideal mencakup lahir dan batin.
B. PENDIDIKAN SEBAGAI PEWARISAN BUDAYA
Tugas
pendidikan ini sebagai realisasi dari pengertian tarbiyah at-tabligh.
Tugas pendidikkan selanjutnya adalah mewariskan nilai-nilai budaya islami.
Dalam
pendidikan islam sumber nilai budaya dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu:
1.
Nilai
ilahiyyah: nilai yang dititahkan
Allah melalui para rasul-Nya yang diabadikan pada wahyu. Inti nilai ini adalah
iman dan takwa. Pelaku pendidikan mempunyai tugas untuk menginterpretasikan
nilai-nilai tersebut, agar nilai tersebut dapat diaplikasikan dalam kehidupan.
2.
Nilai
insaniyyah: nilai yang tumbuh atas kesepakatan manusia serta hidup dan
berkembang dari peradaban manusia. Nilai ini bersifat dinamisyang
keberlakuannya relatif dan dibatasi oleh ruang dan waktu.
Tugas pendidikan adalah
bagaimana pendidik mampu melestarikan dan mentransformasikan nilai ilahiyyah
kepada peserta didik. Nilai ilahiyyah yang intrinsik harus diterima sebagai suatu
kebenaran mutlak tanpa ada upaya ijtihad, sementara nilai ilahiyyah yang
instrumental dapat dikembangkan sesuai kondisi jaman, tempat dan keadaan.
Sedangkan untuk nilai insaniyyah tugas pendidikan senantiasa melakukan inovasi
dan menumuhkan kreativitas diri agar nilai itu berkembang sesuai dengan
tuntutan masyarakat.
C. INTERAKSI ANTARA POTENSI DAN BUDAYA
Manusia secara
potensial mempunyai potensI dasar yang harus diaktualkan dan dilengkapidengan
peradaban dan kebudayaan islam. Demikian juga, aplikasi peradaban dan
kebudayaan harus relevan dengan kebutuhan dan perkembangan potensi dasar
manusia. Interaksi antara potensi dan budaya harus mendapatkan tempat dalam
proses pendidikan, dan jangan sampai salah satunya ada yang diabaikan. Tanpa
interaksi tersebut, harmonisasi kehidupan akan terhambat.
Hidayah Allah sangat
membantu manusia menemukan jati dirinya, manusia dengan kemampuannya sendiri
tanpa hidayah akan sulit menemukan jati dirinya.
Muhammad Abduh dalam tafsir
al-mansur menyatakan bahwa hidayah Allah terdapat empat bagian yaitu:
1.
Hidayah
yang dapat ditangkap oleh insting tumbuhan, hewan dan manusia. Hidayah ini
disebut al-hidayah al-wijdani.
2.
Hidayah
yang ditangkap indra hewan dan manusia. Hidayah ini disebut al-hidayah
al-hawas.
3.
Hidayah
yang dapat diterima akal manusia. Hidayah ini disebut al-hidayah al-‘aqli.
4.
Hidayah
yang hanya ditangkap oleh rasa keimanan, yaitu hidayah agama,\. Hidayah ini
disebut al-hidayah ad-din. (Muhammad rasyid ridha: 62).
Baca Juga :Pengertian Ilmu Pendidikan Islam
John dewey menyatakan
bahwa pendidikan itu adalah suatu proses tanpa akhir, maka sejalan dengan
strategi pendidikan yang universal ditetapkan PBB sebagai “life long education”
maka tugas dan fungsi pendidikan berlangsung secara continue yang
berkesinambungan bagaikan spiral yang sambung menyambung dari satu jenjang
kejenjang yang bersifat progresif mengikuti kebutuhan manusia dalam
bermasyarakat secara luas.
Fungsi pendidikan
adalah menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan tersebut
dapat berjalan lancar. Penyediaan fasilitas ini mengandung arti dan tujuan
bersifat struktural dan institusional.
Arti dan tujuan
struktural menuntut terwujudnya struktur organisasi yang mengatur jalannya
proses kependidikan baik dilihat dari segi vertikal maupun horisontaldimana faktor pendidikan
dapat berfungsi secara interaksional yang berarahtujuan kepada pencapaian
tujuan pendidikan yang diinginkan.
Bentuk-bentuk
organisasi dan institusi yang pernah dan yang masih ada berkembang dalam
masyarakat muslim, dapat kita kenali sebagai suatu system pendidikan islam. Di
Indonesia system pendidikan yang paling tua diantara system pendidikan yang ada
dan masih berkembang sampai kini adalah pondok pesantren dan sejenisnya seperti
dayah diaceh, surau disumatera barat dan rangkang dicirebon,dan sebagainya.
System ini dilihat dari segiperspektif pendidikan modern dianggap unik, karena
lembaga ini dalam melaksanakan proses kependidikan tidak mendasrkan pada
kurikulum, tidak terdapat system jenjang. Metode yang dipakai juga unik karena
tidak didapatkan di sekolah-sekolah biasa.
Namun secara
institusional, lembaga pendidikan pada umumnya dan lembaga pendidikan pada
khususnya, pada dasarnya berfungsi utama untuk melaksanakan transmisi dan
transformasinilai kebudayaan islam serta kebudayaan pada umumnya dari generasi
kegenerasi, diman didalmnya terdapat unsure-unsur dan nilai-nilai kemanusiaan
dan keadaban yang secara selektif sangat diperlukan bagi kesinambungan hidup
islam dan umat islam di dunia ini.
Pada umumnya, dilihat
dari segi idealitas sosio-kultural muslim, pendidikan adalah merupakan alat
pembudayaan umat manusia yang paling diperlukan diantara keperluan hidupnya,
meskipun pendidikan itu sendiri pada mulanya timbul dan berkembang dari sumber
cultural umat itu sendiri. Sebagai suatu alat, pendidikan adalah merupakan aplikasi
dari apa yang kita sebut kebudayaan yang posisinya tidak netral, melainkan
selalu bergantung pada siapapun dan bertujuan apa pendidikan itu dilaksanakan.
Pendidikan islam
sebagai alat pembudayaan islam dalam masyarakat, dengan demikian memiliki watak
lentur terhadap perkembangan aspirasi
kehidupan manusia sepanjang zaman. Watak demikian dengan tanpa
menghilagkan prinsip-prinsip nilai yang
mendasarinya. Pendidikan islam mampu mengakomodasikan tuntunan hidup manusia
dari zaman ke zaman, termasuk tuntunan dibidang ilmu dan teknologi.
Fungsi pendidikan Islam, dijelaskan dalam
Al-Qur'an surat Al Baqarah ayat 151:
“Sebagaimana kami telah mengutus kepada kamu
sekalian seorang rasul diantara kau yang membacakan ayat-ayat kami kepadamu,
menyucikan mu, mengajarkan al-Kitab, dan al-hikmah, dan mengajarkan kepadamu
yang belum kamu ketahui" (QS. Al-Baqarah : 151).
Dari ayat di atas ada lima 5 fungsi pendidikan
yang dibawa Nabi Muhammad, yang dijelaskan dalam tafsir al-Manar karangan
Muhammad Abduh:
1. Membacakan
ayat-ayat kami, (ayat-ayat Allah) ialah membacakan ayat-ayat dengan tidak
tertulis dalam al-Quran (al-Kauniyah), ayat-ayat tersebut tidak lain
adalah alam semesta. Dan isinya termasuk diri manusia sendiri sebagai mikro
kosmos. Dengan kemampuan membaca ayat-ayat Allah wawasan seseorang semakin luas
dan mendalam, sehingga sampai pada kesadaran diri terhadap wujud zat Yang Maha
Pencipta (yaitu Allah).
2. Menyucikan
diri merupakan efek langsung dari pembacaan ayat-ayat Allah setelah mengkaji
gejala-gejalanya serta menangkap hukum-hukumnya. Yang dimaksud dengan penyucian
diri menjauhkan diri dari syirik (menyekutukan Allah) dan memelihara akhlaq
al-karimah. Dengan sikap dan perilaku demikian fitrah kemanusiaan manusia
akan terpelihara.
3. Yang
dimaksud mengajarkan al-kitab ialah al-Quran al-karim yang secara eksplisit
berisi tuntunan hidup. Bagaimana manusia berhubungan dengan tuhan, dengan
sesama manusia dan dengan alam sekitarnya.
4. Hikmah,
menurut Abduh adalah hadits, akan tetapi kata al-hikmah diartikan lebih luas
yaitu kebijaksanaan, maka yang dimaksud ialah kebijaksanaan hidup berdasarkan
nilai-nilai yang datang dari Allah dan rasul-Nya. Walaupun manusia sudah
memiliki kesadaran akan perlunya nilai-nilai hidup, namun tanpa pedoman yang
mutlak dari Allah, nilai-nilai tersebut akan nisbi. Oleh karena itu, menurut
Islam nilai-nilai kemanusiaan harus disadarkan pada nilai-nilai Ilahi (al-Quran
dan sunnah Rasulullah).
5. Mengajarkan
ilmu pengetahuan, banyak ilmu pengetahuan yang belum terungkap, itulah sebabnya
Nabi Muhammad mengajarkan pada umatnya ilmu pengetahuan yang belum diketahui
oleh umat sebelumnya. Karena tugas utamanya adalah membangun akhlak al-Karimah.
Dengan
mengembalikan kajian antropologi dan sosiologi ke dalam perspektif
al-Quran dapat disimpulkan bahwa fungsi pendidikan Islam adalah :
a. Mengembangkan
wawasan yang tepat dan benar mengenal jati diri manusia, alam sekitarnya dan
mengenai kebesaran ilahi, sehingga tumbuh kemampuan membaca (analisis) fenomena
alam dan kehidupan serta memahami hukum-hukum yang terkandung didalamnya.
Dengan himbauan ini akan menumbuhkan kreativitas sebagai implementasi
identifikasi diri pada Tuhan "pencipta".
b. Membebaskan
manusia dari segala analisis yang dapat merendahkan martabat manusia (fitrah
manusia), baik yang datang dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar.
c. Mengembalikan
ilmu pengetahuan untuk menopang dan memajukan kehidupan baik individu maupun
sosial.
Baca juga :Ruang Lingkup Ilmu Pendidikan Islam
DAFTAR
PUSTAKA
Umar, bukhari. 2010. Ilmu pendidikan islam. Jakarta.
Amzah.
Arifin. 1991. Filsafat pendidikan islam. Jakarta.
Bumi aksara.
No comments:
Post a Comment