Manusia saat ini dengan dulu memang berbeda. Baik dalam hal prinsip, cara pandang, pengetahuan maupun wawasan. Baik pula motivasi dan kemauan kuat dalam diri, maupun rela berkorban.
Jujur saja, diri ini sangat kagum dengan orang
tempo dulu. Walau mereka terkenal kolot dan kaku serta selalu butuh perjuangan
untuk berbicara dengan mereka. Akan tetapi karena kekolotan dan kekakuan merekalah kita
bisa merdeka. Berkat perjuangan kakek nenek kita, kita bisa tumbuh dan
berkembang dengan sangat aman hingga hari ini. Hal ini bukan saja karena mereka terlalu biasa dengan hal-hal yang biasa dalam hidup mereja. Tetapi karena mereka punya gaya hidup yang mewajibkan
mereka harus kuat dan gagah berani mencapai tujuan mereka. Dan semua itu mereka
dapatkan karena didikan dalam hidupnya.
Rasa syukur tumbuh untuk membuatku sadar bahwa dengan cara
mengingat perjuangan mereka akan jauh membuat kita mawas diri. Menyadari
untuk menyelesaikan beban tanggung jawab hari ini dengan sebaiknya.
Mengingat dan menakar, akan perjuangan mereka dengan
apa yang kita miliki saat ini, benar-benar yang tak seberapa. Membayangkan mereka yang kenyang hanya
dengan makan ubi
kayu yg dikeringkan berminggu-minggu. Sedangkan sekarang, banyaknya makan nasi dengan lauk yang dibuang-buang seperti saat makan dikondangan.
Jangankan restaurant yang bersanding lampu pesta gemerlapan. Didalam rumah pun mereka bisa tidur nyenyak walaupun
tak ada lampu minyak untuk menyala.
Mungkin memang tidak akan tahu benar, kehidupan mereka dulu. Sesulit apa dan
bahkan rasanya bagaimana. Tapi ketika kita berada seperti keberadaan mereka tentunya “WOW”! pasti luar biasa sulitnya. Cukup Dengan hanya mendengar
cerita mereka saja untuk membuat
kita sadar dan melangkah untuk lebih baik lagi. Mengarahkan cara pandang ini untuk berjalan lebih
bijak dan arif dalam menjalani berbagai peristiwa kehidupan. Terutama alasan menjadi seorang guru.
Terus berjalan dengan cita-cita dan harapan orang tua di dunia pendidikan menjadi seorang guru.
Dimana sesungguhnya aku tak merasa pede dengan tugas ini (Ups!). Bukan karena pekerjaan
yang yang membuatku tak pede dalam menjalaninya. Akan tetapi lebih pada keragu-raguanku.
Apakah memang aku baik sebaik seorang yang pantas dipanuti atau buruk dengan segala kekurangan.
Sedangkan tingkah laku ku sendiri kurasa harus banyak pembenahan. Bukan karena
aku melakukan kesalahan besar dan harus dihukum untuk tidak menjadi seorang
guru, bukan!.
Namun ini tentang kesadaran. Bahwa
Guru adalah manusia mulia dengan segala cita-cita tinggi mereka yaitu
mencerdasakan sesama, memberantas kebodohan. Bahkan bukan hanya tentang impian seorang
guru saja yang membuatku harus tersadarkan benar-benar. Yaitu apa tujuanmu disana.
Dengan segala alasan dari berbagai segi untuk menjadi seorang guru. Hanya satu sisi harapanku, semoga kehidupan ini menjadi keberkahan. Apapun
itu yang dikeluarkan, kekuatan dan pengorbanan. Semoga itu semua menjadi bekal
untuk melangkah dalam kehidupan yang lebih baik.
Karena balasan yang
setimpal dari perjuangan seorang guru dalam mendidik anaknya adalah melihat
mereka tumbuh dan besar menjadi anak-anak yang hebat dan kuat dalam mencapai
cita-cita mereka. Serta alasan guru meneteskan air
mata adalah melihat mereka dewasa
dalam menyelesaikan segala aspek permasalahan yang datang melanda dengan sebaiknya.
Teruslah mulia dengan
menjadi seorang guru. Serta berbangga hatilah kamu yang menjadi salah satunya. Semoga
Allah angkat derajatmu seiring do’a beriringan dari anak-anak yang telah kau
didik menjadi manusia mulia. Serta semoga Allah berikan keberkahan hidupmu
dunia dan akhirat dari tanganmu yang ikhlas mendidik mereka.
No comments:
Post a Comment