Pages

Tuesday, 7 July 2020

STRATEGI - STRATEGI DAKWAH ISLAM


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Islam sebagai agama universal telah berkembang ke berbagai  penjuru dunia, tidak lain karena adanya dakwah Islamiyah. Perkembangan dakwah Islam dari masa ke masa mengalami pasang surut, akan tetapi jika mengamati perjalanan historis dakwah Islam, kita akan sampai pada suatu kesimpulan bahwa perkembangan dakwah Islam berjalan dengan menajubkan.
Tersebarnya agama ini ke berbagai pelosok dunia disebabkan oleh berbagai faktor, baik sosial, polotik maupun agama, akan tetapi disamping itu, satu faktor yang paling kuat dan menentukan adalah kemauan dan kegiatan yang tidak kenal dari muballigh Islam yang dengan Nabi sendiri sebagai contoh umatnya, telah berjuang mengajak orang-orang kafir masuk Islam.
Penyiaran dan penyebaran Islam tersebut merupakan sumbangan berharga yang dilakukan oleh pejuang-pejuangdakwah Islam. Perkembangan dakwah Islam yang dilakukan oleh umat Islam senantiasa berkesinambungan hingga saat ini. Maka dibutuhkan strategi-strategi dakwah.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana strategi-strategi dakwah ?
C.     Tujuan Masalah
1.      Mengetahuai bagaiman strategi-strategi dakwah.





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Dakwah Islam Memerlukan Strategi
Strategi dakwah artinya metode, siasat atau taktik yang dipergunakan dalam aktifatas dakwah. Untuk mencapai keberhasilan dakwah islam secara maksimal, maka diperlukan berbagai faktor penunjang diantaranya adalah strategi dakwah yang tepat sehingga dakwah Islam mengena sasaran.
Strategi yang digunakan dalam usaha dakwah haruslah memperhatikan beberapa asas dakwah, diantaranya adalah:
1.      Asas filosofis: asas ini membicarakan masalah yang erat hubungannya dengan tujuan-ujuan yang hendak dicapai dalam proses atau aktivitas dakwah.
2.      Asas kemampuan dan keahlian da’i: asas ini menyangkut pembahasan mengenai kemampuan dan profesionalisme da’i sebagaisubjek dakwah.
3.      Asas sosiologis: asas ini membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan situasi dan kondisi sasran dakwah.
4.      Asas psikologis: asas ini membahas masalah yang erat hubungannya dengan kejiwaan manusia.
5.      Asas efektivitas dan efisiensi: maksud asas ini adalah di dalam aktivitas dakwah harus diusahakan keseimbangan antara biaya, waktu, maupun tenaga yang dikeluarkan dengan pencapaian hasilnya sehingga hasilnya dapat maksimal.

B.     Strategi Pendekatan Dakwah
Strategi pendekatan dakwah, secara global disebutkan dalam Al-Qur’an. Firman Allah:
ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ ١٢٥
Ajaklah kepada jalan Tuhanmu dengan jalan hikmah (bijaksana) dan ajaran-ajaran (nasihat-nasihat) yang baik, dan bertukar pikiranlah dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu lebih mengetahui orangorang yang sesat dari jalan-Nya, dan lebih mengetahui siapa orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An-Nahl (16): 125)
Sebagaimana telah disebutkan dalam ayat di atas, jelas ada tiga strategi yang dilakukan untuk melaksanakan dakwah, yaitu
a)      Hikmah (dengan bijaksana)
b)      Mau’izhah Hasanah (nasihat-nasihat yang baik)
c)      Mujadalah bil latii hiya ahsan (diskusi dengan cara yang baik)
Sementara Dua strategi pendekatan dakwah lain yang dapat dilakukan yaitu
1.      Pendekatan Struktural
Yaitu pengembangan dakwah dapat melalui jalur struktural formal misalnya melalui pemerintahan. Hal ini yang pernah ditempuh oleh prof. Dr. H. Amien Rais, dengan Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI).
2.      Pendekatn kulturan
Yaitu pengembangan dakwah melalui jalur kultural nonformal, misalnya melalui pengembangan masyarakat, kebudayaan, sosial, dan bentuk nonformal lainnya. Hal ini dikembangkan oleh KH. Abdurrahman Wahid dengan Nahdhatul Ulama (NU).



C.     Strategi Dakwah Masa Depan
Adapun untuk menghadapi era dakwah ke depan, ada tiga hal utama yang harus dilakukan. Pertama, pembinaan kader harus dilakukan dengan baik, harus ditanamkan keimanan yang mendalam, pemahaman yang juga baik dan cermat tentang keislaman, lingkungan, konsep-konsep apa saja yang perlu diketahui dan sebagainya. Kemudian mempunyai amal yang berkesinambungan serta keterkaitan dalam tim kerja yang baik. Kedua, pemerataan dakwah ke  masyarakat dan menumbuhkan basis-basis sosial. Apa saja yang dapat menyentuh masyarakat akan berhadapan dengan kekuatan masyarakat itu. Terbentuknya basis sosial akan menjadi teman utama bagi para kader dakwah nantinya. Sebab kader-kader itu sendiri dibesarkan dari mereka dan harus kembali kepada mereka. Ketiga, berjalannya proses pencetakan dan penyebaran opini umum, apa yang disebut siyarah ila al-amal al-islami. Suatu pembentukan opini umum yang islami diarahkan tepat pada penerimaan dengan sadar akan institusi umat sebab umat ini baru menjadi wacana “kata” belum menjadi sense bagi masyarakat. Dakwah harus diarahkan pada bagaimana mengenal dakwah dan dakwah memahami umat, kemauan untuk saling memahami (tafahum Al- Ummat Al-Islamiyah). Bahkan tidak hanya memahami, tetapi juga taqobbul (menerima) institusinya. Walaupun institusi belum terbangun tetapi keberadaan apa yang disebut umat itu mereka pahami.
Penerapan strategi dakwah yang sesuai dengan mad’u sebagai objek dakwah, akan menghasilkan dakwah yang tepat. Dimana nantinya akan dengan mudah dapat diterima oleh masyarakat sebagai objek dakwah.
D.    Strategi Dakwah Terhadap Kaum Dhuafa
Dhuafa berasal dari bahasa arab dhaif, artinya lemah. Dhuafa berarti lemah, sebagai ilustrasi orang-orang kaya tidak termasuk kaum dhuafa. Tugas dakwah adalah tugas yang mulia, dimana dengan dakwah, pesan-pesan agama islam dapat disampaikan kepada pemeluknya untuk membela kepentingan kaum dhuafa, kaum yang lemah, kaum fuqara dan masakin, anak-anak yatim dan sebagainya. Firman Allah:
وَمَا لَكُمۡ لَا تُقَٰتِلُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ وَٱلۡمُسۡتَضۡعَفِينَ مِنَ ٱلرِّجَالِ وَٱلنِّسَآءِ وَٱلۡوِلۡدَٰنِ ٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَآ أَخۡرِجۡنَا مِنۡ هَٰذِهِ ٱلۡقَرۡيَةِ ٱلظَّالِمِ أَهۡلُهَا وَٱجۡعَل لَّنَا مِن لَّدُنكَ وَلِيّٗا وَٱجۡعَل لَّنَا مِن لَّدُنكَ نَصِيرًا ٧٥

"Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: "Ya Tuhan Kami, keluarkanlah Kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah Kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah Kami penolong dari sisi Engkau!" (QS. An Nisa ayat 75)
            Adapun yang termasuk dalam golongan kaum dhuafa adalah orang-orang fakir, orang-orang miskin, orang-orang terlantar, gelandangan, peminta-minta, korban akibat bencana alam dan lain-lain yang pada dasarnya mereka mengalami kesulitan dalam menanggung hidupnya sendiri. Masalah kemiskinan merupakan patologi sosial atau panyakit sosial yang perlu dipecahkan. Dalam hal ini dakwah islam hendaknya dapat menjadi alternatif bagi penyelesaian problema kemiskinan.
Dalam hal ini menurut KH. Abdurrahman Wahid, bahwa tuntutan manusia dalam problema kemiskinan terdapat empat hal, yaitu
a.       Penyediaan makanan untuk memenuhi kebutuhan fisik.
b.      Penyediaan lingkungan pendidikan untuk mengembangkan jasmaniyah dan rohaniyah yang berkesinambungan.
c.       Penyediaan kesempatan untuk mengembangkan kepribadian dalam kehidupan sebagai warga masyarakat.
d.      Penciptaan lingkungan sosial budaya yang akan mendukung partisipasi dalam kehidupan masyarakat, terutama dalam pengembangan dan pembinaan keluarga.
Jika pemenuhan-pemenuhan tersebut telah dilaksanakan, paling tidak problema-problema untuk mengatasi masalah kemiskinan dapat diatasi. Dan untuk menciptakan hal tersebut diperlukan penanganan dakwahyang serius kearah tersebut. Penanganan dimaksud adalah penanganan yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat dhuafa. Hal ini perlu direalisasikan karena jika tidak, masyarakat dhuafa yang hidup dalam kekurangan dikhawatirkan akan meninggalkan agama islam dan meninggalkan dakwah hanya karena pemenuhan kebutuhannya digantikan oleh agama lain.
Penanganan-penanganan khusus ditujukan kepada dakwah erhadap kaum dhuafa adalah agar dakwah dapat menyentuh kebutuhan masyarakat sesuai dengan kebutuhan nya. Karena tidak mungkin ada masyarakat yang sedang mengalami kekurangan materi sementara dakwah islam terus berdengung dengan nasihat-nasihat sabar dan ceramah-ceramah. Dalam keadaan seperi ini, hal yang lebih cepat adalah tindakan amal nyata yang sementara ini dikenal dengan dakwah bi al-hal
Tema utama dakwah ke lapisan bawah adalah dakwah bi al-hal, yaitu dakwah yang ditekankan kepada perubahan dan perhatian kondisi material lapisan masyarakat miskin. Dengan perbaikan kondisi material itu diharapakan dapat dicegah kecenderungan ke arah kekufuran karena desakan ekonomi.
Untuk mengatasi kemiskinan diperlukan kiat dan strategi yang sesuai dengan kebutuhan. Sehingga aktivitas dakwah akan dapat mengatasi kebutuhan dan mengena sasaran kebutuhan objek dakwah.
Menurut KH. MA Sahal mahfuzh bahwa untuk mengatasi kemiskinan dakwah dapat ditempuh dengan dua jalan, yaitu
1.      Memberi motivasi kepada kaum yang mampu untuk menumbuhkan solidariatas sosial, sebab akhir-akhir ini di kalangan umat islam, ada kecenderungan menurunnya solidaritas sosial tersebut. Tentu saja kita jangan melihat hal itu hanya sebagai hal yang verbaliskarena ia akan sangat tergantung kepada pendekatan yang dipergunakan.
2.      Yang paling mendasar dan mendesak ialah dakwah dalam bentuk aksi-aksi nyata danprogram-program yang langsung menyentuh kebutuhan.
Dakwah dengan melalui pendekatan bil al-hal inilah yang sesuai dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan mad’u atau sasaran dakwah dari kalangan kaum dhuafa. Dengan demikian dakwah dapat menyentuh sasaran objek dakwah sebab yan diperlukan masyarakat dhuafa adalah tindakan nyata untuk mengubah kondisi masyarakat miskin yang serba kekuangan menjadi sebuah keadaan yang lebih baik dan berkecukupan.
Adapun bentuk pendekatan dakwah bi al-hal dalam rangka pemberdayaan masyarakat dapat melalui berbagai cara, antara lain melalui:
1.      Sosio Karikatif
Yaitu suatu pendekatan yang didasarkan pada anggapan bahwa masyarakat adalah miskin, menderita, an tidak mampu memecahkan masalahnya sendiri. Mereka perlu ditolong, dikasihani, an diberi sumbangan.
2.      Sosio Ekonomis
Yaitu suatu pendekatan pengembangan masyarakat yang didasarkan pada anggapan bahwa apabila pendapatan masyarakat ditingkatkan dan kebutuhan pokoknya dapat dipenuhi, pesoalan lain dengan sendirinya dapat dipecahkan.
3.      Sosio Reformis
Yaitu pendekatan yang sifatnya aksidental, tanpa tindak lanjut, karena sekadar untuk mengembalikan keadaan seperti semula. Misalnya bantuan untuk bencana alam, kelaparan, dan sebagainya.
4.      Sosio Transformatif
Yaitu suatu pendekatan yang beranggapan, bahwa pada dasarnya pengembangan masyarakat adalah upaya perubahan sikap, perilaku, pandangan, dan budaya yang mengarah pada keswadayaan dalam mengenal masalah, merencanakan pemecahan, melaksanakan pemecahan, dan melakukan evaluasi.
Salah satu alternatif konsep tentang penciptaan kesejahteraan masyarakat adalah dapat dilakukan melalui delapan jalur pengembangan masyarakat sejahtera sebagai suatu komunitas (qaryah thayyibah). Delapan jalur tersebut, meliputi:
a.       Sosial ekonomi
b.      Pendidikan alternatif
c.       Kesehatan masyarakat
d.      Teknologi tepat guna
e.       Kependudukan
f.       Lingkungan hidup.




BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Masa depan dakwah terhgantung pada para pengajur dakwah itu sendiri dalam menerapkan strategi bagaimana melakukan aktivitas dakwah kepada masyarakat.Untuk mencapai keberhasilan dakwah Islam secara maksimal, maka diperlukan berbagai faktor penunjang, diantaranya adalah strategi dakwah yang tepat sehingga dakwah Islam mengena sasaran.
Dalam era globalisasi dan era informasi seperti sekarang ini, diperlukan penerapan dakwah yang dapat menjangkau dan mengimbangi kemajuan-kemajuan tersebu. Dengan demikian dakwah harus dikembangkan elalui berbagai strategi pendekatan.
B.     Saran
Apabila dalam penulisan makalah ini ada kesalahan, kami atas nama penulis memohon untuk memberikan kritik, saran dan masukannya yang bersifat unruk membangun agar menuju kepada kesempurnaan.





DAFTAR PUSTAKA

Munir Syamsul.2009 “Ilmu Dakwah” . Jakarta: Amazah
Abdullah Rahmat.2001 “Dakwah Masyarakat Fokus Dakwah”, Jakarta: Izzah Press


No comments:

Post a Comment

Jika ada pertanyaan dan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan artikel. Langsung saja kalian tulis di contak comment yang kami sediakan atau click post a comment dan jangan lupa untuk Berkomentar yang baik 🙂