PENJABARAN DENGAN BERDASARKAN BUKU ILMU PENDIDIKAN ISLAM
Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Pd. dan Hendra Akhdiyat,
M.Pd.
Pendidikan pada zaman Rasulullah merupakan pendidikan emas Islam di
abad tersebut dan berikutnya yaitu abad kehidupan para sahabat dan tabi’in. Islam
sangat maju dan berjaya di abad tersebut dengan berlandaskan pendidikan yang
bersumber pada kalam-kalam Allah. berbagai ilmu pengetahuan dibidang kebahasaan
terutama sastra, dibidang kemajuan ilmu
hitung seperti ilmu matematika, ilmu falak, ilmu perhitungan bulan dan alam
semesta telah menjadi penemuan yang terdahulu diteliti oleh para ulama islam
sebelum di lakukan oleh para ilmuan dari barat. Hal ini dapat dibuktikan dengan
buku-buku sejarah islam yang menceritakan, betapa umat islam merupakan
peradaban ilmu terbesar yang pernah terjadi diabadnya. Bahkan kajian referensi
terlengkap dibidang ilmu pengetahuan semua berada dikitab-kitab lama yang
tersimpan maupun tersisa dari buku-buku sejarah peradaban Islam.
Namun sejarah tersebut seakan musnah dimakan oleh usia dan keadaan.
Banyak ilmu pengetahuan yang berkembang seakan lebih memiliki makna berarti
dibidang pengetahuan yang telah diajarkan oleh pendidikan Islam dan seakan
Peradaban emas itu telah menjadi cerita belaka dikhalangan umat islam sendiri.
Waktu telah menggeser tinta-tinta emas dibidang ilmu pengetahuan yang telah
dicetak generasi Islam.
Seperti dikemukakan dalam sejarah ilmu pengetahuan, sejak abad ke-8
sampai dengan abad ke-12, selama kurang lebih 500 tahun secara terus menerus,
sains dan tehnologi merupakan monopoli umat Islam. Namun setelah abad ke-8,
mereka mulai melepaskannya secara berangsur-angsur dan menggapnya sebagai unsur
asing, untuk kemudian menjauhinya dan memusuhinya, sedangkan bangsa-bangsa di
Eropa, dalam kurun waktu yang sama, justru meningkatkan kegiatan mereka
dibidang tersebut (halaman 132).
Dalam penjelasan tersebut, terlihat bahwa pendidikan Islam yang
sedang di berlakukan untuk generasi Islam saat ini menjadi berbeda dengan pendidikan
Islam yang diberikan Rasulullah kepada para sahabat yang melahirkan generasi
Islam emas dimasa sahabat nabi dan generasi sesudahnya yaitu masa tabi’in. Kekeliruan itu terlihat dengan jelas bahwa
umat Islam pada umumnya dimasa ini lebih memperhitungkan pendidikan yang dibuat
oleh sejumlah tokoh ilmuan yang besar ketimbang pendidikan yang telah diajarkan oleh
Rasulullah. Sudah begitu jelas, dan tidak bisa di pilah lagi ataupun dielakkan
apakah statement yang dikemukakan oleh buku tersebut merupakan statement yang
tidak dapat dibuktikan. Tapi pada kenyataannya, pendidikan Islam untuk generasi
di diabad kontemporer, sudah mengalami krisis pendidikan yang drastis baik
dibidang pengetahuan maupun IT. Krisis yang drastis dibidang ilmu pengetahuan
dan IT bukanlah dalam segi kuantitas yang sedang mereka gandrungi akan tetapi
dalam segi kualitas yang mereka pahami mengenai ilmu pengetahuan dan
kecanggihan IT yang mereka lihat.
Ilmu adalah cahaya yang mebenarkan keimanan. Sedang iman tanpa ilmu
adalah sesuatu hal yang dikerjakan dengan sangat lemah dan bahkan sisa-sia,
karena iman tanpa ilmu akan membawa pemiliknya pada jurang kebimbangan dan
kebinasaan. Sedang Rasulullah telah bersabda “maka keluarkanlah dirimu dari
yang subhat” yaitu sesuatu yang
bimbang yang belum ada dasarnya.
Disinilah penegasan Allah mengenai ayat yang telah diturunkannya
yaitu Allah akan meninggikan orang yang berilmu dan beramal shaleh beberapa derajat .Sungguh Ilmu adalah
segalanya sedang kebinasaan serta kehancuran suatu bangsa terletak besar pada
pengetahuan yang mereka miliki . pada ayatnya yang paling tegas berkaitan
dengan pengetahuan yang Allah berfirman kan mengenai “tidak akan merubah suatu kaum kecuali
mereka menentukan nasib mereka sendiri”.
Dalam beberapa cuplikan yang telah diuraikan mengenai keadaan
pendidikan saat ini tentu sudah sangat jauh dari pendidikan yang dipraktikan
oleh rasulullah. Hal ini menjadi bahan pertimbangan kita, masihkan kita
mengikuti sistem yang berlaku yaitu pendidikan dinegara-negara kebanyakan yang
tidak menganut dan berpaham Islam ataukah kita terus melakukan perubahan bukan
untuk menyanding dan ikut berkuruman pada pendidikan mereka akan tetapi kembali
dan menyikapkan diri pada pendidikan yang diajarkan Rasulullah. Sudah sepantasnya
seorang guru malu mengajarkan pendidikan kepada anak didiknya selama
bertahun-tahun namun sedikit pengetahuan yang berbekas didada mereka.
“akhirnya, pada abad ke-15, bangsa eropa mulai mengambila alih kedudukan
umat Islam sebagai elite Intelektual. Kemudian, sesuai dengan ciri kebudayaan
mereka, selama berabad-abad, bermula abad ke-17 telah mereka memaksakan
penjajahan dan penindasan pada umat islam. Setelah tidak mampu menandingi
tehnologi perenjataan dan kekuatan ekonomi barat, umat islampun tertinggal jauh
oleh barat dalam ilmu pengetahuan dan tehnologi.” (halaman 132 )
Pengetahuan dan IT yang telah bangsa Eropa dapatkan adalah bagian
dari “cuplikan” pendidikan yang diajarkan rasulullah kepada para sahabat yang
secara diam-diam tidak mereka muat dalam pengakuan mereka diseluruh bidang
pengetahuan yang mereka dapatkan berupa buku-buku maupun berbagai artikel yang
mereka miliki, sedangkan mereka mengakui mendapatkan ilmu pengetahuan tersebut
berdasarkan kemampuan mereka (ini adalah perbuatan segelintir pihak yang
berkutat dan memonopoli ilmu pengetahuan yang ditutupi mereka). Sedangkan pendidikan
generasi Islam saat ini didapatkan oleh mereka yang tidak dapat dipertanggung
jawabkan kebaikannya.
Percayakah dengan pendidikan mereka ?
masih adakah keinginan untuk mengikuti sistem pendidikan kebanyakan
dinegara-negara yang ada ? akankah kembali kepada pendidikan masa rasulullah ?
masih bergunakah statement nilai adalah nilai diatas segala
nilai-nilai moral dan ilmu pengetahuan Islam ?
penjabaran ini bukan untuk menjelaskan salah siapa dan kenapa
pendidikan harus seperti ini. Akan tetapi umat Islam memang dianjurkan memaknai
Islam yang sebenar-benarnya yaitu memeperbaiki kesalahan yang untuk
menggantikannya dengan kebaikan yang sebenarnya. Sudah seharusnya umat Islam
kembali kepada pendidikan Islam yang diajarkan Rasululah yang telah terbukti
kebenarannya dan yang telah mencetak generasi Islam yang militan terhadap
Agama, bangsa dan negara. Moral adalah segalanya dalam Islam, Islam tanpa moral
tidak dibenerakan dalam Iman. karena Iman tercermin dalam nilai moral
penganutnya dalam kehidupan beragama berbangsa dan bernegara.
Kekeliruan berpikir oleh penganut agama kebanyakan merupakan sudut
pandang yang menutupi realita dan kesadaran beragama dalam implementasi
kehidupan bersosial, politik, ekonomi dan pendidikan. karena kelemahan di satu
sisi dan kelebihan disisi lain membuat mereka lupa tentang implementasi
ke-Islaman. Implementasi bagaimana ilmu dalam Al-quran dan cara menanggapinya.
Padahal kecaman Al-Ghazali itu sendiri sebenarnya mengarah pada dua
sasaran. Pertama, kritik umat Islam yang terlampau mendewakan akal dalam
memahami agama sehingga nilai mendasar dari agama hilang, yang ada adalah
rasionalisasi agama. Kedua, adalah kritik bagi orang yang melampaui taklid dan
fanatik pada agama sehingga rasionalitasnya tidak digunakan. (halaman 133-134)
Kecaman Al-Ghazali dapat dimengerti yaitu diperuntukan bagi para
ahli agama yang seharusnya tidak serta merta hidup didalam satu keadaan dan
menceburkan diri didalam keadaan tersebut tanpa membuka perhatian disisi lain yang seharusnya pula
dipelajari. Ilmu bagitu luas dan karena luas itulah Allah meninggikan orang
yang berilmu. Disamping Allah melaknat kaum yang mempermainkan kaum lain atas pengetahuannya atau ilmunya.
Ilmu yang umat Islam belum menguasai dibeberapa keadaan seharusnya tidak
serta merta membuat mereka menarik dirinya untu menjauhi ilmu tersebut (abad generasi
islam mulai mengalami kemrotan ilmu pengetahuan) seperti pada zaman Al-Ghazali
, ilmu yang berkaitan dengan akal rasional seperti matematika dan logika membuat
kaum beragama menarikkan diri dari keadaan tersebut demi menyelamatkan agama
dari pertanyaa-pertanyaan rasioanl. Karena pada dasaranya ilmu akan terus
mengarah kepada yang maha pencipta semakin digali maka akan semakin luaslah
pandangan orang yang berilmu terutama iman dan hal itu akan membuka tabir
kenyataan kepada kaum yang berpikir bahwa segala ilmu hanya mengarah pada satu
sumber yaitu yang ESA.
Adapun ilmu yang dikecam Al-Ghazali dizamannya (ilmu ini bagian
dari landasan dalam ilmu pendidikan yang ada dibarat) yaitu pemikiran filsafat :
1.
Golongan
materialisme yang berpaham atheistik yaitu tidak percaya adanya penciptaanoleh
sang Pencipta.
2.
Golongan
Naturalisyang berpaham deisme yaitu percaya pada tuhan Yang Esa namun tidak
percaya adanya kebangkitan.
3.
Golongan
Rheis yang percaya pada Tuhan, tetapi menerima pemikiran-pemikiran filsafat
kuno sebagai landasan berpikir.
Bersaing dengan keadaan yang berkaitan ruang dan waktu merupakan
keadaan tersulit yang harus dipahami oleh umat Islam dalam pendidikan masa
kini. Telah terlampau jauh generasi Islam terjajah oleh paham yang ditanamkan
oleh para ilmuan barat terhadap generasi saat ini. Terlena tanpa tahu arah dan
tujuan pendidikan akan mencetak generasi yang kosong pemahaman dan kesadaran. Yang
dimaksud tanpa arah tujuan bukanlah visi dan misi pendidikan namun tanpa arah
tujuan adalah kekosongan pemberdayaan manusia dalam segi moral sedang tinggi
dalam segi pengetahuan. Ilmu yang tidak disertai iman membuat kebodohan hidup
secara massal karena akan menciptakan generasi yang seperti telah dikecam oleh
Al-ghazali dalam pernyataannya diatas.
Oleh karena itu pendidikan Islam saat ini memerlukan kerja keras
yang harus segera diatasi baik bidang sosial, intelektual, ekonomi, dan
pendidikan.
Teori-teori yang perlu dibangun adalah sebagai berikut :
1.
Teori pendidikan pranatal
2.
Teori pendidik anak dirumah tangga karir
3.
Teori pendidik anak dirumah tangga nonkarir
4.
Teori pendidikremaja dirumah tangga karir
5.
Teori pendidik remaja dirumah tangga non karir
6.
Teori pendidik anak dirumah tangga kelas bawah
7.
Teori pendidik anak dirumah tangga kelas atas
8.
Teori pendidikan remaja dirumah tangga kelas bawah
9.
Teori pendidikan remaja dirumah tangga kelas atas
10.
Teori pendidikan untuk pesantren tradisional
11.
Teori pendidikan untuk pesantren modern
12.
Teori pendidikan untuk pesantren kilat
13.
Teori pendidikan untuk majelis talim
14.
Teori pendidikan untuk khotbah-khotbah
15.
Teori pendidikan untuk kursus-kursus
16.
Teori pendidikan untuk kantor-kantor
17.
Teori pendidikan untuk rumah sakit
18.
Teori pendidikan untuk rumah yatim
19.
Teori pendidikan untuk tahanan anak-anak
20.
Teori pendidikan untuk tahanan remaja
21.
Teori pendidikan untuk tahanan dewasa
22.
Teori pendidikan untuk para pengusaha
23.
Teori pendidikan untuk taman kanak-kanak
24.
Teori pendidikan untuk sekolah dasar
25.
Teori pendidikan untuk
ibtida’iyah
26.
Teori pendidikan untuk sekolah menengah umum
27.
Teori pendidikan untuk sekolah menengah kejurusan
28.
Teori pendidikan untuk perguruan tinggi (lihat halaman 144-145)
Dari beberapa uraian yang telah disebut dapat disimpulkan
bahawa ilmu pendidikan Islam dengan barat memiliki perbedaan yang
sangat jauh dan mendasar yaitu :
1.
pendidikan
islam berlandaskan pada Al-quran dan As-sunnah sedang Pendidikan di barat
berdasarkan rasionalitas. Dan sudah sepatutnya pendidikan Islam di indonesia
mengikuti pendidikan yang diajarkan oleh Nabi Besar Muhammad SAW kepada para
sahabat.
2.
Pendidikan
Islam bertujuan untuk menggapai kebahagiaan diakhirat dengan diimplementasikan
dalam kehidupan dunia sedang tujuan pendidikan barat untuk kemaslahatan dunia
semata.
Baca juga :
No comments:
Post a Comment