Wednesday 14 January 2015

ILMU PENDIDIKAN ISLAM, PRINSIP-PRINSIP SISTEM PENDIDIKAN ISLAM


Dalam pendidikan islam seperti yang di katakan oleh ahmad D. Marimba, adalah al-quran dan hadis-hadis nabi SAW yang merupaan sumber pokok ajaran islam. Al-sabani memper luas lagi dasar tersebut mencakup ijtihad, pendapan, peninggalan,keputusan-keputusan dan amalan-amalan para ulama terdahulu (al-shalaf al-sholih) dikalangan umat Aislam.
Prinsif pendidikan islam juga ditegakan di atas dasar yang sama danberpangkal dari perdagangan islam secara filosofis terhadap jagatraya, manusia, masyaeakat, ilmu pengetahuan dan ahlak. Pandangan islam terhadap masalah-masalah tersebut, menimbulkan perinsip-perinsip baru dalam islam. Adapun prinsip-prinsip  yang dimaksud adalah

     1. Prinsip pendidikan islam merupakan implikasi dari caracteristic manusia menurut islam.

Ajaran islammengemukakan empat macam ciri-ciri manusia yang membedakanya dengan mahluklain yaitu
a.       Fitrah
b.      Kesatuan roh dan jasad (wandah ala-ruh wa al jism)
c.       Kebebasan berkehendak (hurriah al-iradah)



Baca juga :Pengertia Ilmu Pendidikan Islam Secara Teoritis dan Praktis




    2.Prinsip pendidikan islam adalah pedidikan intergral dan terpadu

Pendidikan islam tidak mengenal adanya pemisahan antara sain dan agama.penyatuan antara kedua sistem pendidikan adalah tuntutan akidah islam. Sedangkan pedoman hidup dan hukum-hukum untuk kehidupan manusia telah ditentukan pula oleh agama yang dinamakan din allah, yang mencakup akidah dan syariah. Baik secara fisik dengan aturanya adalah sama-sama tanda wujud dan kebesaran alah.
Dengan demikian semua cabang ilmu yang merupakan studi kedua jenis ayat-ayat allah itu sebenarnya adalah ilmu-ilmu islami,asalkan disadari  dan dilakukan dalam rangka pengembangan pemahaman ilmu pengetahuan.

    3.Prinsip pendidikan islam adalah pendidikan yang seimbang

Pandangan islam yang menyeluhterhadap aspek kehidupan mewujudkan adanya kese imbangan.yang mendasari pendidikan islam yaitu:

    a.   Keseimbangan antara kahidupan duniawi dan ukhrowih
Islam meletakan beban kewajuiban yang berat diatas pundk pendidikan islam dalam makna yang sebenarnya. Sebab hasilnya baik ataupun buruk akan diserahkan oleh masyarakat sekarang dan generasi yang akandatang, bentuk hasiliu akan berkisardari yang gemilang yani progresssampai kepada ekstrim.

    b.  Keseimbangan antara jasmani dan rohani
Suatu kenyataah yang tabisa dipungkiri bahwa manusia lahir kedunia ini dibekali dengan kecendrungan pembawaan daya imaginasi dan akal yang berbeda. Pendidikan islam memperhatikan perbedaan fisik dan fisikis seorang sebagai salah satu faktor yang harus di pertimbangkan dalam menyusun progam kependidikan.

 c.Keseimbangan antara individu dan masyarakat.
Disegi lain pendidikan islam berusaha pula mengembangkan aspek berupa kemasyarakatan berupa kasih mengasih, hormat menghormati semua muslim. Perasaan seperti itu apabila sudah tertanam dalam jiwa seseorang dapat menimbulkan tindakan positif berupa tolong menolong menjauhkan segala sesuatu yangdapat merigikan orang lain.

    4. Prinsip pendidikan islam adalah pendidikan universal

Ia menekankan pandangan yang menghipun roh dan badan antara individu dan masyarakat,antara dunia dan akherat, antara materil dan spritual. Pendidikan islam yang berdasarkan prinsip ini,bertujuan untuk menumbuhkn, mengembangkan, dan membangun segala kepribadian manusia dan segala potensi dan dayanyanya.
Menurut muhammad munir mursy, yang dimaksud dengan prinsip ini adalah pendidikan islam itu hendaknya meliputi aspek seluruh kepribadian manusiadan kehendaknya.melihat manusia itu dengan pandangan yang menyeluruh yang tersiti dari aspek jiwa,badan, dan akal sehingga nantinya pendidikan isla itu diarahkan pada pendidikan jasmani,rohani dan kepribadian akal.





     5. Prinsip pendidikan islam adalah pendidikan yang dinamis

Pendidikan islam dalam prinsip ini tidak stastis dalam tujuan materi kurikulum media, dan metodenya, tetapi dia selalu mempergaharui diri dan berkembang. Ia memberikan respon kepada kebutuhan-kebutuhan masyarakat sesuai perkenbangan danperubahan sosial yangtidak bertentangan denagan ajaran dasar islam. Begitu pula ia membri respon terhadap kepentingan individu dan masyarat dan sariat islam memeliharanya, dan ia juga selalu memprbaharui diri untuk berkembang.

Pendidikan islam berusaha mengadakan perubahan yang diinginkan oleh individu dan masyarakat. Pada hakekatnya pendidikan itu merupakan proses perubahan tingkah laku oleh karna itu pendidikan islam memerlukan kedinamisan.


    6.    Prinsip-prinsip dalam formulasi tujuan pendidikan islam

    a.  Prinsip universal (syumuliah). Prinsip yang memendang keseluruhan aspek agama (aqidah,ahlak dan ibadah, serta muamalah), manusia (jasmani,rohani dan nafsani), masyarakat dan tatnan hidupnya, serta adanya jagatraya.

    b. Prinsip kese imbangan dan kesederhanaan (tawazun qaiqtishadiyahb). Prinsip ini adalah keseimbangan antara berbagai aspek kehidupan padapribadi, berbagai kebutuhan individu dan komunitas, serta tuntutan pemeliharaan kebudayaan islam dengan kebutuhan kebudayaan saat ini serta berusaha mengatasi masalah-masalah yang sedang dan akan terjadi.

    c.     Prinsip kejelasan (tabayun). Pinsip yang di dalamnya terdapat ajaran dan hukum yang memberi kejelasan terhadap kejiwaan manusia (qolb, akal, dan hawa nafsu ).dan hukum masalah yang di hadapi, sehingga terwujut tujuan,kurikulum dan metode pendidikan.





DAFTAR PUSTAKA


Ahmad D.Marimba, pengantar filsafat pendidikan iaslam. (bandung: Al-Ma’arif,1962).

DR, H, Ramayulis, ilmu pendidikan islam (jakarta; kalam mulia).

Omar muhammad al-tumi al-syaibani, falsafah pendidikan islam.



ILMU PENDIDIKAN ISLAM, Kurikulum (Pengertian, Model-Model dan Ruanglingkupnya)


A.    PENGERTIAN KURIKULUM

Secara harfiah kurikulum berasal dari bahasa latin, curriculum yang berarti bahan pengajaran. Ada pula yang mengatakan kata tersebut berasal dari bahasa Prancis courier yang berarti berlari.

Kata kurikulum selanjutnya menjadi suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan pada sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh untuk mencapai suatu gelar atau ijazah. Menurut pendapat Crow dan Crow, ia mengatakan bahwa kurikulum adalah rancangan pengajaran yang isinya sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis sebagai syarat untuk menyelesaikan suatu program pendidikan tertentu.

Dilihat dari segi perkembangan perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan dunia pendidikan, definisi kurikulum sebagaimana disebutkan di atas kemudian dipandang sudah ketinggalan zaman. Saylor dan Alexander mengatakan bahwa kurikulum bukan hanya memuat sejumlah mata pelajaran, akan tetapi termasuk juga di dalamnya segala usaha sekolah untuk mencapai tujuan yang diinginkan, baik usaha tersebut dilakukan dilingkungan sekolah maupun di luar sekolah.

Pengertian kurikulum menurut Hasan Langgulung, kurikulum adalahsejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, social,plahraga dan kesenian baik yang erada di dalam maupun di luar kelas yang dikelola oleh sekolah. Pendapat terakhir mengenai kurikulum ini berbeda dengan pendapat-pendapat yang dikemukakan sebelumnya di atas. Jika sebelumnya kurikulum (pendidikan) hanya terbatas pada kegiatan pengajaran yang dilakukan di ruang kelas, maka pada pengajaran berikutnya pendidikan dapat pula memanfaatkan berbagai sumber pengajaran yang terdapat di luar kelas, seperti perpustakaan, museum, pameran,majalah, surat kabar, siaran televisi, radio, pabrik dan sebagainya. Dengan cara seperti ini para mahasiswa dapat terus mengikuti perkembangan kemajuan ilu pengetahuan, teknologi, kebudayaan, dan lainnya yang terjadi di luar sekolah.

B.     CAKUPAN KURIKULUM

Cakupan bahan pengajaran yang terdapat dalam kurikulum pada zaman sekarangtampak semakin luas. Hal ini selain disebabkan oleh kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan sebagaimana disebutkan di atas, juga karena semakin beratnya beban yang hrus dipikul oleh sekolah. Dalam hubungan ini S.Nasution mengatakan bahwa luasnya cakupan kurikulum itu antara lain, disebabkan oleh adanya tugas-tugas yang semula menjadi beban badan-badan lain, kini hal ini dibebankan oleh sekolah.



Berdasarkan pada tuntutan perkembangan yang demikian itu, maka para perancangkurikulum dewasa ini menetapkan cakupan kurikulum meliputi empat bagian, yaitu:

1.Bagian yang berkenaan dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh proses belajar mengajar.

2.Bagian yang berisi pengetahuan, informasi-informasi, data, aktivitas-aktivitas,dan pengalaman-pengalaman yang merupakan bahan bagi penyusunan kurikulum yang isinya berupa mata pelajaran yang kemudian dimasukkan dalam silabus.

3.Bagian yang berisi metode atau cara menyampaikan mata pelajaran tersebut.

4.bagian yang berisi metode atau cara melakukan penilaian dan pengurangan atas hasil mata pelajaran tertentu.

C.    MODEL-MODEL KONSEP KURIKULUM

Bagaimana pandangan para ahli tentang model-model konsep kurikulum? Miller dan Seller melihat kurikulum sebagai alat untuk transmisi kebudayaan, transformasi pribadi peserta didik, dan transaksi dengan masyarakat. Sebaliknya Einsner memandang kurikulum sebagai pengembangan proses kognitif, tegnologi, humanistik, atau aktualisasi diri peserta didik, dan rekonstruksi social dan akademis.

Dipihak lain, melihat model konsep kurikulum dengan memerhatikan fungsi pendidikan. Jika pendidikan berfungsi menumbuhkan kreativitas, melestarikan nilai-nilai, serta membekali kemampuan produktif, maka model kurikulum yang tepat adalahmenggunakan pendekatan akademis, pendekatan teknologi, dan pendekatan humanistic.

D.    SISTEM PENJENJANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM

Kurikulum pendidikan islam bersifat dinamis dan kontinu (berkesinambungan) disusun berdasarkan pertimbangan-pertimbangan khusus, terutama masalah kemampuan intelegensia dan mental peserta didik. Untuk itu, sistem penjenjangan kurikulum pendidikan islam berorientasi pada kemampuan, pola, irama perkembangan, dan mental peserta didik. Dari sini dapat ditentukan bobot materi yang diberikan, misalnya:

1.Untuk tingkat dasar (ibtidiyah). Bobot materi hanya menyangkut pokok-pokok ajaran Islam, misalnya masalah akidah (rukun iman), masalah syariah (rukun Islam), dan masalah akhlak (rukun Ihsan).

2.2.Unt tingkat menengah pertama (Tsanawiyah). Bobot materi mencakup bobot materi yang diberikan pada jenjang dasar dan ditambah dengan argument-argumen dengan dalil naqli dan dalil aqli.

3.Untuk tingkat menengah atas ( Aliyah). Bobot materi mencakup bobot materi yang diberikan pada jenjang dasar dan jenjang menegah pertama ditambah dengan hikmah-hikmah dan manfaat dibalik materi yang berikan.

Untuk tingkat perguruan tinggi (Jami’iyah). Bobot materi yang diberikan merupakan bobot materi pada jenjang sebelumnya dan ditambah dengan materi yang bersifat ilmiah dan filosof.









DAFTAR PUSTAKA

Crow and Crow, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Rake Sarasin,1990)
Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Puataka Al-husna cet 1, 1987)
Muhaimin, Konsep Pendidikan Islam, SebuahTelaah Komponen Dasar Kurikulum, (Solo: Romadhoni, 1991)
S. Nasution, Pengembangan Kurikulum Pendidikan, (Bandung: Citra Adirya Bakti, 1991)
Sudirman, dkk., Ilmu Pendidikan, (Bandung: Remaja Karya, 1989)
 Tim Depag RI, Islam Untuk Disiplin Ilmu Pendidikan, (Jakarta: P3AI-PTU, 1984)



ILMU PENDIDIKAN ISLAM, Jenis-Jenis Pendidikan dalam Pendidikan Islam

IDENTITAS BUKU

           
Judul Buku         : Filsafat Pendidikan Islam
Penulis                 : Prof. Dr. H. Ramayulis
                               Prof. Dr. Samsul Nizar, MA.
Cetakan               : Radar Jaya offset Jakarta
Penerbit               : KALAM MULIA, Jakarta.
Tahun terbit        : 2009
Jumlah Halaman :407 halaman


    A.    Jenis Pendidik Dalam Pendidikan Islam
Pendidik dalam pendidikan islam sekopnya lebih luas dari pendidik dalam pendidikan non-islam. Pendidikan dalam islam yaitu:

     1.      Allah SWT.
Dari berbagai al-qur’an yang memebicarakan tentang kedudukan allah sebagai pendidik dapat dipahami dalam firman-firman yang diturunkannya kepada Nabi Muhammad saw.Firman allah SWT, yang artinya:

-“segala pujian bagi allah Rabb bagi seluruh alam”. (Q.S.al-Fatihah: 1)

- dan ( Allah) allama (mengajarkan) segala macam nama kepada adam (Q.S al-Baqarah)

- sabda Rasulullah SAW, yang artinya “tuhanku telah adabani (mendidik) ku sehingga menjadi lebih baik pendidikan”. (H.R. Al-Asyari ).

            Berdasarkan ayat dan hadist di atas dapat dipahami bahwa Allah SWT, sebagai pendidik bagi manusia. Al-razi mengemukakan bahwa manusia, yang membuat perbandingan antara allah sebagai pendidik dengan manusia sebagi pendidik sangatlah berbeda, allah sebagai pendidik mengetahui segala kebutuhan orang yang dididiknya sebab Dia adalah Zat pencipta, perhatian allah tidak terbatas hanya terhadap sekelompok manusia saja tetapi memperhatikan dan memdidik seluruh alam.

     2.      Rasulullah Salallahu'alahi wassalam
        Kedudukan rasulullah saw, sebagi pendidik di tunjuk langsung oleh allah SWT. Kedudukan rasullah sebagai pendidik ideal dapat dilihat dalam dua hal, yaitu; rasulullah sebagai pendidik pertama dalam pendidikan islam dan keberhasilan yang dicapai rasulullah dalam melaksanakan pendidikan. Dalam hal ini, rasulullah berhasil mendidik manusia seupaya berbahagia di dunia dan akhirat dalam satu masyarakat yang adil dan makmur, lahir dan batin.

        Ahmad M Saefudin mengemukakan beberapa wujud rasulullah sebagai Rahmatal lil’alamin yang di pahami sebagai pendidik umat manusia pada umumnya.

 a.Dibebeaskannya manusia dari tepi jurang kemusrikan dan kehancuran perpecahan (Q.S: 103;16:36;22:30)

b.Dikeluarkann manusia dari kegelapan kufur kepada terangnya cahaya iman (Q.S. 14;1)

c.Dilepaskannya beban berat yang membelenggu golongan manusia yang lemah: hamba sahaya, wanita, anak yatim, orang fakir dan miskin (Q.S :90;13-16:4;36:2;228) dll.

Disamping itu keberadaan rasulullah sebagai pendidikan ideal terlihat dari keseimbangan antara teori dan prkatek yang di ajarkan. Dalam waktu yang singkat rasulullah berhasil membina umat dengn pembangunan yang luar biasa meliputi segala aspek kehidupan.

Di antara aspek kehidupan tersebut di antaranya adalah:
a.  Pembangunan aqidah
b.  Pembangunan ibadah
c.  Pembangunan akhlak
d.  Keluarga, termasuk hak-hak kewajiban masing-masing yang jelas dan serasi;
e.Sosial kemasyarakat termasuk kemanusiaan (kemerdekaan, persamaan, persaudaraan, dan kesatuan), kerukunan, tanggung jawab bersama dan keadilan;

f. Politik (termasuk pemerintahan yang adil berdasarkan musyawarah atau demokrasi);

g.Ekonomi (termasuk pemerataan pemilikan dan pendistribusian harta);

h. Pendidik atau ilmu pengetahuan (termasuk pembinaan pribadian manusia dan pengembangan ilmu pengetahuan).

     Keberhasilan nabi muhammad saw, sebagai pendidik merupakan penggabungan kekuatan antara kemampuan kepribadian, wahyu ilahi, dan aplikasi ilmu di lapangan, dalam bahasa lain diungkapkan, bahwa rasulullah langsung menjadi al-uswat al-khasanat bagi ilmu-ilmu yang di miliki dan di ajarkannya kepada para sahabat sebagai seorang pendidik umat manusia rasulullah memiliki kepribadian yang mulia yang pantas dijadikan al uswat al khasanat  bagi umat manusia, dalam melakukan tugaasnya rasulullah seorang diri di tengah umat penyembah berhala. Ia tidak memiliki daya, harta, kekuasaan dan kewibawaan yang bisa di andalkan. Ia juga tidak memiliki dukungan selain allah SWT, yang memberikan karunia dan menjadikan dirinya pendukung dan pembela tunggalnya maka Muhammad pun berjayalah. Dakwahnya tersebar luas, didukung dengan bukti dan dalil yang kuat. Dia menjadikan akhlaknya sebagi pemisah antara hak dan yang bathil sehingga terciptalah dari umatyang terkenal buas, biadap, dan rusak aqidahnya, menjadi umat yang tersohor kesempurnaannya, kelurusan dan keadilannya, sehingga sulit diuraikan dan di lukiskannya.






     3.      Orang tua
Hasan Langgulung mengatakan bahwasanya keluarga merupakan institusi pertama dan utama dalam perkembangan seseorang individu. Oleh karena itu dapat di katakan bahwa pembentukan kepribadian peserta didik bermula dari lingkungan keluarga. Menurut fungsi keluarga adalah menanamkan sifat cinta encintai secara serasi. Keluarga juga berfungsi menjaga kesehatan, kejiwaan, sepiritual, akhlak, jasmani, intelektual, emosional, dan sosial di samping menumbukan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan kekuasaan yang berguna dalam kehidupan. Tugas kedua orang tua dalam keluarga terhadap anak sangatlah besar.

Dalam hal ini Hasan Langgulung mengatakan bahwa fungsi pendidikan keluarga akan dapat tergambar dalam proses pembinaan jasmani dan kesehatan diri anak-anaknya. Dalam hal ini cara yang dapat di tempuh adalah dengan mempersiapkan rumah tangga yang dapat mendukung dinamika intelektual dan emosional peserta didik seperti menyediakan sarana dan prasarana yang merangsang intlektual, menciptakan suasana belajar yang kondusif dan lain sebagainya. Karena pendidikan emosional dan kejiwaan seorang anak terbentuk dari lingkungan keluarga maka kedua orang tua hendaknya mengetahui perkembangan emosi dan kejiwaan seorang anak sekaligus memberikan bimbingan terhadap perkembangan kejiwaan anak. Maka dapat dikatakan bahwa lingkungan keluarga merupakan peletak dasar petama dan utama pendidikan seorang anak sebelum melanjutkan pada institusi pendidikan formal.

 Sabda rasulullah saw, artinya:”setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci. Kedua orang tuanyalah yang mewarnai (anaknya) apakah akan menjadi yahudi, nasrani, majusi.” (H.R Ibn ‘Abdl al-barr).

Orang tua sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga di sebabkan karna secara alami anak-anak pada masa awal kehidupannya berada di tengah-tengah ayah dan ibunya. Dari merekalah anak mulai mengenal pendidikannya. Dasar pandang hidup, sikap hidup, dan ketrampilan hidup banyak tertanam sejak anak berada di tengah orang tuannya. 

     4.      Guru
Pendidik di lembaga pendidikan persekolahan disebut dengan guru, yang meliputi guru madrasah atau sekolah sejak dari taman kanak-kanak , sekolah menengah dan sampai dosen-dosen di perguruan tinggi, kiyai di pondok pesantren dan lain sebagainya. Namun guru bukan hanya menerima amanat dari orang tua untuk mendidik, melainkan juga dari setiap ornag yang memerlukan bantuan untuk mendidiknya. Guru adalah pekerja profesional yang secara khusus  disiapkan untuk medidik anak-anak yang telah diamanahkan ornag tuanya untuk dapat menidik anaknya di sekolah. Sebagai pemegang amanat guru bertanggung jawab atas amanat yang telah diserahkan kepadanya. Allah SWT, menjelaskan, yang artinya:”sesungguhnya allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetakan dengan adil. Sesungguhnya allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya allah adalah maha mendengar lagi maha melihat.(Q.S. aN-Nisa:58).

Profesi sebagai pendidik merupakan pekerjaan yang sangat mulia dalam pandangan islam hal ini adalah wajar mengingat pendidik merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap  masa depan peserta didik. Malahan rasulullah menegaskan bahwa salah satu di antara tiga macam amal, perbuatan yang tidak akan pernah hilang meskipu seseorang telah meninggal dunia adalah pemberian yang bermanfaat pada  orang lain. Padahal orang yang mengajarkan padahal ornag yang mengajarka ilmu dengan ikhlas akan terus mengalir selama orang lain atau murid-muridnya mengamalkannya. Oleh karena itu pendidik dalam pendidikan islam memiliki sifat khas yang membedakan dengan yang lainny.

Dalam menjalankan tugasnya pendidik jangan sekali-kali bekerja karena upah atau kerena pujian, tetap hanya mengharapkan keridhoan allah SWT, dan berorientasi untuk mendekatka diri kepadanya. Namun kalau diberi upah atau gaji boleh di beri gaji boleh di terim selama tidak mengurangi niat karena allah dalam mengajar, karena dalam ajaran islam pekerjaan mendidik termasuk ibadah.
Didalam pendidikan islam seorang pendidik atau guru memiliki beberapa sebutan di anataranya:
a)      Murabbi
Istilah murabbi sebagai pendidik mengandung makna yang luas yaitu:
1) Mendidik peserta didik agar kemampuannya terus meningkat;
2)Memberikan bantuan terhadap peserta didik untuk;
3)Meningkatkan kemampuan peserta didik dari keadaan yang kurang dewasa menjadi dewasa dalam pola pikir, wawasan, dan sebagainya;
4)Menghimpun dari semua komponen-komponen pendidikan yang dapat mensukseskan pendidikan. Dan lain sebagainya.

Secara ringkas term murabbi sebagaipendidik mengandung empat tugas utama; memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa, mengembangkan segala potensi menuju kesempurnaan, mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan, melaksanakan pendidikan secara bertahap.

b)      Muddaris

Secara terminologi adalah orang yang memiliki kepekaan intelektual dan informasi serta memperbarui pengetahuan dan keahlian secara berkelanjutan dan berusaha mencerdaskan peserta didiknya, memberantas kebodohan, serta melatih ketrampilan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.
Berdasarkan pengertian tersebut, terlihat bahwa muddaris adalah orang yang mengajarkan suatu ilmu kepada orang lain dengan metode-metode tertentu dalam upaya membangkitkan usaha peserta didik agar sadar dalam meningkatkan potensinya. Dalam bahasa yang lebih ringkas muddaris adalah orang di percayakan sebagai guru dalam upaya membelajarkan peserta didik.

c)      Mursyid
Adalah istilah lain yang dipergunakan untuk panggilan pendidik dalam pendidikan islam, maka mursyid secara terminologi adalah merupakan salah satu sebutan penddidik atau guru dalam pendidikan islam yang bertugas untuk membimbing peserta didik agar ia mampu menggunakan akal pikirannya secara tepat, sehingga ia mencapai keinsyafan dan kesadran tentang hakikat sesuatu atau mencapai kedewasaan berfikir. Musyid berkedudukan sebagai pemimpin, petunjuk jalan pengarah, bagi peserta didiknya agar ia memperoleh jalan yang lurus.



ILMU PENDIDIKAN ISLAM, JENIS-JENIS LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM


Judul Buku               : Ilmu Pendidikan Islam
Penulis                      : Drs. Bukhari Umar, M.Ag.
Penerbit                     : AMZAH
Tahum terbit              : 2010



Menurut Sidi Gazalba  jenis-jenis lembaga pendidikan islam ada 3 yaitu :

 1.Rumah tangga yaitu pendidikan primer untuk fase bayi dan fase kanak-kanak sampai usia sekolah. Pendidiknya adalah orang tua, sanak kerabat, family, saudara-saudara, temen sepermainan, dan kenalan pergaulan.

 2.Sekolah yaitu pendidik skunder yang mendidik anak mulai dari usia masuk sekolah sampai ia keluar dari sekolah tersebut. Pendidiknya adalah guru yang professional.

 3.Kesatuan sosial yaitu pendidkan tertier yang merupakan pendidikan yang terakhir tetapi bersifat permanen.Pendidiknya adalah kebudayaan, adat istiadat, dan suasana masyarakat setempat.  

 Menurut Zuhairini jenis-jenis lembaga pendidikan islam daapt dibedakan menjadi 3 macam yaitu:

1.Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama, tempat peserta didik pertama kali menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tuanya atau anggota keluarga yang lain. Keluargalah yang meletakkan dasar-dasar kepribadian anak, karena pada masa ini, anak lebih peka terhadap pengaruh pendidik orangnya.





Baca juga : SUMBER-SUMBER PENDIDIKAN ISLAM








2. Sekolah (Madrasah) merupakan lembaga yang melaksanakan pendidikan, dan pengajaran dengan sengaja, teratur, dan terencana. Pendidikan yang berlangsung di sekolah bersifat sistematis, berjenjang, dan dibagi dalam waktu-waktu tertentu, yang berlansung dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.

3.Masyarakat merupakan lembaga pendidikan yang kedua setelah keluarga dan sekolah. Pendidikan ini telah dimulai sejak anak-anak, berlangsung beberapa jam dalam satu hari selepas dari pendidikan keluara dan sekolah. Aktivitas dan interaksi antarsesama manusia dalam pendidikan tersebut banyak mempengaruhi perkembangan kepribadian anggotanya. Apabila didalam nya hidup suasana yang islami maka kepribadian anggotanya cenderung bewarna islam pula. Sebaliknya jika aktifitas dan interaksi di dalamnya bercorak sekuler maka kepribadian  anggotanya akan cenderung seperpakanti itu pula.

Diantara badan pendidikan kemasyarakatan dapat disebutkan antara lain:
a.    Kepanduan (pramuka)
b. perkumpul olahraga
c.  perkumpulan pemuda-pemudi
d.perkumpulan sementara, seperti panitia Hari Besar Islam
e.Kesempata-kesaempatan berjamaah seperti, hari jumat, acara tabligh, dan adanya kerabat meninggal dunia
f.perkumpulan perekonomian seperti koperasi
g.  Partai-partai politik
h.  perkumpulan keagamaan.

Jadi jenis pendidikan islam itu dapat dibagi menjadi 3 yaitu keluarga, merupakan lembaga dimana tempat peserta didik pertama kali menerima pendidikan dan bimbingan dri orang tuanya atau anggota keluarga yang lain. Kedua sekolah, merupakan tempat untuk membina peserta didik dalam menghadapi kehidupan masa depan. Guru  dan pimpinan sekolah  meymberikan pendidikan budi pekerti dan keagamaan juga memberikan dasar-dasar ilmu pengetahuan. Dan ketiga masyarakat merupakan kumpulan individu dan kelompok yang diikat oleh kesatuan Negara, kebudayaan, dan agama setiap masyarakat. Masyarakat memiliki pengaruh besar terhadap pendidikan anak terutama para pemimpin masyarakat atau penguasa yang ada didalam nya. Aktivitas da interaksi antarsesama manusia dalam badan pendidikan tersebut banyak mempengaruhi perkembangan kepribadian anggotaya. Apabila di dalamnya hidup suasana yang islami maka kepribadian anggotanya cenderung berwarna islami pula. Sebaliknya, jika aktivitas dan interaksi di dalamnya bercorak sekuler maka kepribadian aggotanya akan cenderung seperti itu pula.




Baca juga : Kode Etik Pendidik





***
Demikian penulisan artikel kami. Jika ada pertanyaan dan beberapa permasalahan yang berkaitan dalam artikel. Langsung saja kalian tulis di contak comant yang kami sediakan atau click post a comment 👇

شكرا جزيلا

ILMU PENDIDIKAN ISLAM, Sumber-Sumber Pendidikan Islam

IDENTITAS BUKU


1.      Judul  Buku                 : Ilmu Pendidikan Islam
Penulis                         : Drs. Bukhari Umar, M.Ag.
Penerbit                       : AMZAH, Jakarta
Tahun terbit                 : 2011


2.      Judul  Buku                 : Ilmu Pendidikan Islam
Penulis                         : Prof. Dr. H.Abuddin Nata, M.A.
Penerbit                       : Kencana, Jakarta
Tahun terbit                 : 2010


3.      Judul  Buku                 : Ilmu Pendidikan Islam
Penulis                         : Prof. Abdul Mujib, M.Ag. et al.
Penerbit                       : Kencana, Jakarta
Tahun terbit                 : 2010



   A.    Sumber-Sumber Pendidikan Islam

   1.      Pengertian Sumber Pendidikan Islam
Kata sumber ini berasal dari bahasa arab yaitu mashdar yang jamanya mashadir yang dapat di artika titik tolak, sumber asli, asli, sumber, tidak terbatas, kalimat kata kerja, mutlak atau tujuan yang bersifat internal.

 Sumber disini berbeda dengan dasar, dengan alasan bahwa sumber senantiasa memberikan nilai-nilai yang dibutuhkan bagi kegiatan pendidikan. Sedangkan dasar disini berarti sesuatu yang di atasnya terdapat sesuatu yang berdiri dengan kukuh. Misalnya, dalam sebuah bangunan adalah sebagai fondasinya.

   Sumber pendidikan islam dapat di artikan semua acuan atau rujukan yang darinya memancar ilmu pengetahuan dan nilai-nilai yang akan ditransliterasikan kedalam pendidikan islam. Semua acuan tersebut telah diyakini kebenaran dan kekuatannya dalam mengantarkan aktivitas pendidikan, dan telah terujiadari waktu ke waktu.

    Sumber pendidikan islam pada hakikatya sama dengan sumber ajaran islam, karena pendidikan islam merupakan bagian dari ajaran islam.

   2.      Fungsi sumber pendidikan islam

a.Mengarahkan tujuan pendidikan islam yang ingin dicapai;

b. Membingkai seluruh kurikulum yang di lakukan dalam proses belajar mengajar, yang di dalamnya termasuk: materi, metode, media, sarana dan evaluasi.

c. Menjadi standar dan tolak ukur dalam evaluasi, apakah kegiatan pendidkan telah mencapai dan sesuai dengan apa yang di harapkan atau belum.

Fungsi sumber pendidikan islam sama halnya dengan sumber ajaran islam yakni Al-Qur’an dan As-Sunah.

   3.  Macam-macam sumber pendidikan islam

Beberapa tokoh membagi macam-macam sumber pendidikan islam antara lain sebagai berikut:
a.       Al-Qur’an
Secara harfiah al-Qur’an berarti bacaan atau sesuatu yang dibaca. Hal inisesuai dengan tujuan kehadirannya, antara lain agar menjadi bahan bacaan untuk di pahami, dihayati dan diamalkan kandungannya. Adapun secara istilah al-Qur’an adalan kalam Allah SWT, yang di turunkan kepada Rasul-Nya, melalui malaikat jibril dan untuk di sampaikan kepada generasi berikutnya secara mutawatir.

Fungsi al-Qur’an sebagai sumber pendidikan islam di lihat dari aspeknya meliputi:

Pertama, dari segi namanya, al-Qur’an dan al-Kitab sudah mengisyaratkan bahwa al-Qur’an memperkenalkan dirinya sebagai kitab pendidikan.al-qur’an adalan bacaan atau membaca dan al-Kitab tulisan atau menulias dari hal tersebut adalah kegiatan utama dan pertama dalam pendidikan.

Kedua, dari segisurat yang pertama kali di turunkan yaitu al-Alaq 1-5. Lima ayat tersebut antara lain berkaitan dengan metode (iqra’), guru ( tuhan yang memerintahkan membaca), murid (Nabi Muhammad saw, yang di perintahkan utuk memebaca), sarana dan prasarana (al-qalam), kurikulum (sesuatu yang belum diketahui/ ma lam ya’lam).

Ketiga, dari segi fungsinya, seperti halnya fungsi di atas.

Keempat, dari segi kandungannya, al-Qur’an berisi ayat-ayat yang mengandug isyarat tentang segala aspek pendidikan. Seperti: visi, misi, kurikulum, proses belajar mengajar, guru dan komponen-komponen lainya yang berkaitan dengan pendidikan.

Kelima, dari segi sumbernya, yakni Allah SWT, yang telah mengenalkan dirinya sebagai al-rabb dan al-murabbi, yakni sebagai pendidik daan orang yang pertama kali Allah didik adalah Nabi Adam as.

b.      As-Sunah
Secara harfiah as-sunah adalah jalan hidup yang dijalani atau dibiasakan, apakah jalan hidup itu baik atau buruk, terpuji atau tercela.

Adapun menurut para ahli hadits as-sunah berarti sama halnya dengan arti sebenarnya hadits.

Sunah sebagai sumber pendidikan islam dapat dipahami dari hasilanalisis sebagai berikut.

Pertama, Nabi Muhammad SAW, sebagai yang memproduksi hadits menyatakan dirinya sebagai  guru. Seperti yang terkandung didalam Q.S al-Jumu’ah (62:2). Yang  kandungan ayat tersebut menginformasikan di antara fungsi dari seorang Nabi, yaitu membacakan sebuah ayat al-qur’an, menyucikaan kepribadian kaum pengikutnya, serta mengajarkan al-Qur’an dan al-Hikmah. Kegiatan yang seperti di atas terkait sebagai pendidik dan pengajar.

Kedua, Nabi Muhammad SWA, adalah penidik yang profesional karena dapat mengajarkan segala bidang, bidang agama maupun sosial.

Ketiga, Nabi Muhammad pernah menyelenggarakan pendidikan di berbagai tempat misalnya; Makkah dan Madinah.

Keempat, sejarah telah mencatat bahwa Nabi Muhammad telah berhasil mengemban risalah ilahi, yakni mengubah umat manusia dari zaman jahiliah menuju zamn modern ini, dari zaman yang gelap gulita hingga zaman terang benderang dan lain sebagainya.

Kelima, di dalam teks atau matan hadits Nabi Muhammad dpat di jumpai isyarat yang berkaitan dengan pendidikan dan pengeajaran. Misalnya hadits yang mewajibkan kepada setiap muslim laki-laki dan perempuan untuk menuntut ilmu.

c.       Sejarah Islam
Sejarah islam di jadikan sumber pendidikan islam dikarenakan sejarah merupkan suatu peristiwa yang telah terjaidi di masa silam, yang didalamnya merupakan sejarah pendidikan maupun suatau sejarah perjuangan pembelaan suatunegara, kekuasaan, kerajaan dan sebagainya. Untuk kemudian dapat dijadikan sumber pendidikan dimasa kini, dan kemudian dari sejarah tersebut dapat kita pelajari bagaimana yang bai dan yang buruk kemudian dapat kita perbaiki di era modern ini.

Seperti halnya praktik pendidikan yang di lakukan pada masa rasulullah saw, Khulafaur Rasyidin, Bani Umayah, Bani Abbasiyah, Dinasti Utsmani, Dinasti Safawi, Dinasti Moghul, Dinasti Fatimiyah, kesultanan di abad pertengan dan seterusnya, yang dapat di jadikan bukti dan fakta yang meyakinkan dalam pendidikan.

Sejarah mencatat adanya lembaga pendidikan antara lain; Darul Arqam, rumah para ulama, suffah, kuttab, masjid, al-Badiah, al-qushur (istana), toko buku dan lain sebagainya. Selain itu, sejarah perjuangan para nabi dapat di gunakan sebagai membimbing dan membina umat dan juga sebagai sumber pendidikan.

Berdasarkan pemaparan di atas, tampak jelas bahwa di dalam sejarah islam terdapat sumber yang amat kaya, bagi pembentukan dan pengembangan ilmu pendidikan islam.

d.      Pendapat para sahabat dan filsuf
Sahabat adalah orang yang lahir dan hidup sezaman dengan Nabi serta menyakan beriman dan setia kepadanya. Sahabat adalah orang yang pertama kali belajar dan menimba pengetahuan dari nabi muhammad SAW. Adapun filsuf adalah orang yang berfikir secara mendalam, sistematik radikal, universal dan spekulatif dalam rangka mengemukakan hakikat atau inti tentang sesuatu. Mereka memliki keinginan kuat untuk memebangun kehidupan manusia yang lebih bermartabat. Banyak sekali para sahat yang menginginkan hal tersebut dan salah satunya Khulafaur Rasyidin seperti Abu Bakar As-Sidiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, kemudian Ali bin Abi Thalib.

Contoh salah satu dari sahabat rasul yang bernama Abu Bakar As-Sidiq, beliau telah merintis tradisi risert manuskrip yang sangat dikredibel dalam bentuk mengumpulkan al-Qur’an sebagai sumber, pedoman ajaran dan pendidikan islam. Ia juga menerapkan pola hidup yang sederhana, sabar, rela berkorban demi menegakkan kebenaran, stia mendampingi rasulullah, baik dalam keadaan suka maupun duka. Belaiau telah menunjukan sikap dan akhlak yang terpuji sebagai sarana pendidikan.

Upaya pemikiran para sahabat Rasulullah dalam pendidikan sangatlah menentukan perkembangan pemikiran di masa dewasa ini. Dan para sahabat rasulullah memiliki beberapa karakter yang unik dan berbeda denga kebanyakn orang. Menurut Fazlur Rahman berpendapat bahwa karakter para sahabat adalah:

1) Tradisi yang di lakukan para sahabat secara konsepsional tidak terpisah dengan sunah Nabi saw;
2) Kandungan yang khusus dan aktual tradisi sahabat sebagian besar produk sendiri;
3) Unsur kreatif dari kandungan merupakan ijtihad personal yang telah mengalami kristalisasi dalam ijma’ yang di sebut dengan mazhab shahabi (pendapat sahabat), dan ijtihad ini tidak lepas dari petunjuk Nabi Muhammad SAW.




Baca juga :PRINSIP-PRINSIP SISTEM PENDIDIKAN ISLAM



Hampir seluruh filsuf menekankan agar pendidikan berusaha mengembangkan seluruh potensi manusia secara seimbang, sehingga terbentuk manusia yang seimbang (insan kamil) yang dapat melaksanankan fungsinya sebagai khalifah dalam rangka mengabdi (ibadah) kepada allah SWT.


e.       Mashalahat Al-Mursalah Dan Uruf
Mashalat al-mursalat secar harfiah adalah masalah umat. Adapun yag lazim di gunakan adalah undang-undang, hukum yang tidak di jelaskan secara tegas di dalam al-Qur’an. Agar mashalat al-mursalat tidak menyimpag untuk di lakukan maka terdapat beberapa persyaratan, yakni:

1)      Apa yang di cetuskan membawa kemaslahatan dan menolak kerusakan setelah melalui tahapan observasi dan analisis;
2)      Kemaslahatan yang diambil merupakan yang bersifat universal, yang mencakup seluruh lapisan masyarakattanpa adanya diskriminasi;
3)      Keputusan yang di ambil tidak berentangan dengan nilai dasar al-qur’an dan as-Sunah.

Selanjutnya yang di sebut dengan al-‘uruf secara harfiah berartisesuatu yang dibiasakan dan dipandang baik untuk dilaksanakan . adapun secara terminologi , al-‘uruf adalah kebiasaan masyarakat baik berupa perkataan, perbuatan maupun kesepakatan yang dilakukan secara terus menerus dan kemudian membentuk hukum dengan sendiri. Kesepakatan bersama dalam tradisi dapat di jadikan acuan dalam pelaksanaan pendidikan islam, dengan syarat:

1. Tidak bertentangan dengan ketentuan nas, baik al-Qur’an maupun as-Sunah;

2. Tradisi yang berlaku tidak bertentangan dengan akal sehat dan tabiat yang sejahtera, sera tidak mengakibatkan kedurhakaan, kerusakn, dan kemudharatan.

Kata al-‘uruf seakar dengan kata al-ma’ruf yakni sesuatu yang di pandang baik oleh masyarakat. Penetapan al-ma’ruf sebagai sumber pendidikan islam sejalan dengan hadis Nabi SAW, yang artinya “sesuatu hal yang dianggapsebagai yang baik oleh umat, maka menurut Allah juga di anggap baik.

Al-ma’ruf  juga terdapat dalam al-Qur’an pada surat al-A’raf (7) ayat 157.
Masyarakat masa lalu juga menggunakan al-‘uruf sebagai sumber pendidikan seperti; zaman Yunani, Romawi Kuno, atau masyarakat Arab sebelum Islam. Tradisi belajar mengajar dengan cara berdiskusi ini dipengaruhi oleh kebiasaan Socrates dalam mempelajari pelajaran. Demikian madarasah tempat atau balai pertemuan guna memecahkan suatu masalah sudaha ada sejak zaman Hamurabi, pada abad ke-8 sebelum masehi. Juga pendidikan dalam keluarga sudah ada pada masyarakat Arab sebelum adanya Islam. Dan walaupun al-‘uruf (hukum) dapat dijadikan sumber pendidikan kita tidak boleh mengikutinya secara mutlak. Karena uamat islam sudah memiliki al-Qur’an dan as-Sunah yang dapat dijadikan pedoman di dalam kehidupan sehari-hari ataupun sebagai sumber pendidikan.

f.    Nilai-nilai normatif pendidikan islam
Al-Qur’an memuat nilai normatif sebagai acuan dalam pendidikan isalm, nilai yang di maksud terdiri tiga pilar utama, yaitu:

1. I’tiqadiyyah, yang berkaitan dengan pendidikan keimanan;
2.Khuluqiyyah, yang berkaitan dengan pendidikan etika;
3.Amaliyyah, yang berkaitan dengan pendidikan tingkah laku sehari-hari, baik yang berhubungan dengan pendidikan ibadah, dan pendidikan muamalah. Bagian ini terdiri dari:

a)      Pendidikan syakhsiyah ( yang berhubungan dengan perilaku individu seperti penikahan)
b)      Pendidikan madaniyah ( yang berhubungan dengan perdagangan seperti gaji, upah, gadai dan lain sebagainya).
c)      Pendidikan jana’iyah (yang berhubungan dengan tindak pidana)
d)     Penidikan murafa’at (yang berhubungan dengan acara peradilan)
e)      Pendidikan dusturiyah (yang berhubungan dengan undanag-undang negara)
f)       Pendidikan duwaliyah (yang berhubungan dengan tata negara)
g)      Pendidikan iqtishadiyah (yang berhubungan dengan perekonomian individu dan negra).
Al-Qur’an secara normatif juga mengungkap lima aspek pendidikan dalam dimensi-dimendi kehidupan manusia, yang meliputi:
a) Pendidikan menjaga agama (hifdz al-din)
b)      Pendidikan menjaga jiwa (hifdz al-nafs)
c) pendidik menjaga akal ppikiran (hifdz al-‘aqal)
d)     Penidikan keturunan (hifdz al-nasb)
e) Pendidikan menjaga harta benda dan kehormatan (hifdz al-mal wa al-‘irdh).

g.      Hasil Pemikiran Para Ahli (Ijtihad)
Menurut Sa’id At-Taftani memberikan arti ijtihad dengan Tahmil al-juhdi (ke arah yang membutuhkan kesungguhan), yaitu pengerahan segala kesanggupan dan kekuatan untuk memperoleh apa yang dituju sampai batas puncaknya (Al-Umari, 1981: 18-19). Hasil ijtihad berupa rumusan operasional tentang pendidikan islam yang dilakukan dengan menggunakan metode deduktif atau induktif dalam melihat masalah kependidikan.

Tujuan ijtihad dalam pendidikan adalah untuk dinamisasi, inovasi dan modernisasi agar di peroleh masa depan pendidikan yang lebih berkualitas.