Wednesday, 14 January 2015

ILMU PENDIDIKAN ISLAM, Kurikulum (Pengertian, Model-Model dan Ruanglingkupnya)


A.    PENGERTIAN KURIKULUM

Secara harfiah kurikulum berasal dari bahasa latin, curriculum yang berarti bahan pengajaran. Ada pula yang mengatakan kata tersebut berasal dari bahasa Prancis courier yang berarti berlari.

Kata kurikulum selanjutnya menjadi suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan pada sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh untuk mencapai suatu gelar atau ijazah. Menurut pendapat Crow dan Crow, ia mengatakan bahwa kurikulum adalah rancangan pengajaran yang isinya sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis sebagai syarat untuk menyelesaikan suatu program pendidikan tertentu.

Dilihat dari segi perkembangan perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan dunia pendidikan, definisi kurikulum sebagaimana disebutkan di atas kemudian dipandang sudah ketinggalan zaman. Saylor dan Alexander mengatakan bahwa kurikulum bukan hanya memuat sejumlah mata pelajaran, akan tetapi termasuk juga di dalamnya segala usaha sekolah untuk mencapai tujuan yang diinginkan, baik usaha tersebut dilakukan dilingkungan sekolah maupun di luar sekolah.

Pengertian kurikulum menurut Hasan Langgulung, kurikulum adalahsejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, social,plahraga dan kesenian baik yang erada di dalam maupun di luar kelas yang dikelola oleh sekolah. Pendapat terakhir mengenai kurikulum ini berbeda dengan pendapat-pendapat yang dikemukakan sebelumnya di atas. Jika sebelumnya kurikulum (pendidikan) hanya terbatas pada kegiatan pengajaran yang dilakukan di ruang kelas, maka pada pengajaran berikutnya pendidikan dapat pula memanfaatkan berbagai sumber pengajaran yang terdapat di luar kelas, seperti perpustakaan, museum, pameran,majalah, surat kabar, siaran televisi, radio, pabrik dan sebagainya. Dengan cara seperti ini para mahasiswa dapat terus mengikuti perkembangan kemajuan ilu pengetahuan, teknologi, kebudayaan, dan lainnya yang terjadi di luar sekolah.

B.     CAKUPAN KURIKULUM

Cakupan bahan pengajaran yang terdapat dalam kurikulum pada zaman sekarangtampak semakin luas. Hal ini selain disebabkan oleh kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan sebagaimana disebutkan di atas, juga karena semakin beratnya beban yang hrus dipikul oleh sekolah. Dalam hubungan ini S.Nasution mengatakan bahwa luasnya cakupan kurikulum itu antara lain, disebabkan oleh adanya tugas-tugas yang semula menjadi beban badan-badan lain, kini hal ini dibebankan oleh sekolah.



Berdasarkan pada tuntutan perkembangan yang demikian itu, maka para perancangkurikulum dewasa ini menetapkan cakupan kurikulum meliputi empat bagian, yaitu:

1.Bagian yang berkenaan dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh proses belajar mengajar.

2.Bagian yang berisi pengetahuan, informasi-informasi, data, aktivitas-aktivitas,dan pengalaman-pengalaman yang merupakan bahan bagi penyusunan kurikulum yang isinya berupa mata pelajaran yang kemudian dimasukkan dalam silabus.

3.Bagian yang berisi metode atau cara menyampaikan mata pelajaran tersebut.

4.bagian yang berisi metode atau cara melakukan penilaian dan pengurangan atas hasil mata pelajaran tertentu.

C.    MODEL-MODEL KONSEP KURIKULUM

Bagaimana pandangan para ahli tentang model-model konsep kurikulum? Miller dan Seller melihat kurikulum sebagai alat untuk transmisi kebudayaan, transformasi pribadi peserta didik, dan transaksi dengan masyarakat. Sebaliknya Einsner memandang kurikulum sebagai pengembangan proses kognitif, tegnologi, humanistik, atau aktualisasi diri peserta didik, dan rekonstruksi social dan akademis.

Dipihak lain, melihat model konsep kurikulum dengan memerhatikan fungsi pendidikan. Jika pendidikan berfungsi menumbuhkan kreativitas, melestarikan nilai-nilai, serta membekali kemampuan produktif, maka model kurikulum yang tepat adalahmenggunakan pendekatan akademis, pendekatan teknologi, dan pendekatan humanistic.

D.    SISTEM PENJENJANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM

Kurikulum pendidikan islam bersifat dinamis dan kontinu (berkesinambungan) disusun berdasarkan pertimbangan-pertimbangan khusus, terutama masalah kemampuan intelegensia dan mental peserta didik. Untuk itu, sistem penjenjangan kurikulum pendidikan islam berorientasi pada kemampuan, pola, irama perkembangan, dan mental peserta didik. Dari sini dapat ditentukan bobot materi yang diberikan, misalnya:

1.Untuk tingkat dasar (ibtidiyah). Bobot materi hanya menyangkut pokok-pokok ajaran Islam, misalnya masalah akidah (rukun iman), masalah syariah (rukun Islam), dan masalah akhlak (rukun Ihsan).

2.2.Unt tingkat menengah pertama (Tsanawiyah). Bobot materi mencakup bobot materi yang diberikan pada jenjang dasar dan ditambah dengan argument-argumen dengan dalil naqli dan dalil aqli.

3.Untuk tingkat menengah atas ( Aliyah). Bobot materi mencakup bobot materi yang diberikan pada jenjang dasar dan jenjang menegah pertama ditambah dengan hikmah-hikmah dan manfaat dibalik materi yang berikan.

Untuk tingkat perguruan tinggi (Jami’iyah). Bobot materi yang diberikan merupakan bobot materi pada jenjang sebelumnya dan ditambah dengan materi yang bersifat ilmiah dan filosof.









DAFTAR PUSTAKA

Crow and Crow, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Rake Sarasin,1990)
Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Puataka Al-husna cet 1, 1987)
Muhaimin, Konsep Pendidikan Islam, SebuahTelaah Komponen Dasar Kurikulum, (Solo: Romadhoni, 1991)
S. Nasution, Pengembangan Kurikulum Pendidikan, (Bandung: Citra Adirya Bakti, 1991)
Sudirman, dkk., Ilmu Pendidikan, (Bandung: Remaja Karya, 1989)
 Tim Depag RI, Islam Untuk Disiplin Ilmu Pendidikan, (Jakarta: P3AI-PTU, 1984)



No comments: