2. Metode Terjemah Literal
Metode terjemah literal merupakan metode yang digunakan hampir sama
dengan metode mengartikan kata perkata. Namun yang membedakan adalah, metode
mengartikan kata perkata dilakukan dengan cara mengidentifikasi kata satu
persatu tanpa memperhatikan struktur kalimat maupun makna pendukung yang lain. Namun
dalam metode literal ini struktur sudah mulai dipergunakan yaitu merubah dari
bahasa sumber ke bahasa sasaran seperti layaknya penerjemahan yang masih awal. Sehingga
yang dihasilkan dari metode ini adalah arti kata yang didapatkan sangat kaku
dan bahkan akan sulit untuk dimengerti. Mengapa demikian? Karena tidak
diimbangi dengan penerjemahan makna dan literasi budaya bahasa lainnya dalam
penerjemahan ini.
3. Metode Terjemahan Setia
Metode terjemahan setia memiliki hasil terjemahan yang tingkat
pemahaman lebih baik dari hasil
terjemahan dengan metode terjemah literal.
Hal ini karena dalam metode terjemah setia, struktur bahasa sudah
dipergunakan dan ditambah dengan penggunaan makna konteks yang digunakan secara
tepat. Sehingga dalam metode ini, pada umumnya penerjemahan bahasa sumber sudah
dapat dipahami dengan baik.
Namun dalam metode ini pun, masih terdapat kekurangan dalam hal
memaknai istilah kebahasaan. Karena dalam menggunakan metode ini, struktur
bahasa memang sudah diperhatikan dan begitupun konteks kalimat yang digunakan. Akan
tetapi dalam tata bahasa sumber tentu berbeda dengan tata bahasa sasaran. Sehingga
hal inilah yang menyebabkan kurang tepatnya bahasa yang dipergunakan dalam
mengartikan istilah-istilah yang dirasa berkaitan dengan literasi kebudayaan
masyarakat sumber bahasa. Dimana istilah-istilah tersebut memang tidak
diperhatikan dalam metode ini yang
disebabkan karena dalam penerjemahannyapun, memang setia dengan makna harfiahnya.
4. Metode Terjemah Semantik
Metode terjemah semantik adalah metode yang sudah lebih baik
penerjemahannya jika dibanding dengan metode terjemah setia. Yaitu dalam metode
ini, penerjemahan bahasa sudah memperhatikan keindahan makna dan kemurnian
bahasa sumbernya. Sehingga dalam memahami makna bahasa hasil penerjemahan metode ini, sudah sangat mudah dan sesuai dengan maksud dan tujuan yang
diinginkan oleh bahasa sumber.
Adapun kelemajan dari hasil penerjemahan metode ini yaitu terletak pada gaya bahasa atau istilah-istilah budaya. Dimana sesuai dengan namanya yaitu terjemah semantik, gaya bahasa dalam menerjemahkan bahasa budaya sumber masih belum bisa setara makna nya dengan bahasa busaya sasaran atau kata lainnya tidak akuivalen. Bahkan dalam penerjemahan bahasa budayanya pun tidak sesuai standar bahasa budaya sasaran. Sehingga hasil terjemahnnya terkesan tidak tepat. Sehingga masih ada gaya bahasa yang terkadang tidak tepat kita komunikasikan dengan makna yang sama. Namun walaupun demikian, terjemahan ini pada umumnya sudah dapat dipahami dengan baik, selagi dapat dipahami pula informasi yang ada didalamnya.
Adapun kelemajan dari hasil penerjemahan metode ini yaitu terletak pada gaya bahasa atau istilah-istilah budaya. Dimana sesuai dengan namanya yaitu terjemah semantik, gaya bahasa dalam menerjemahkan bahasa budaya sumber masih belum bisa setara makna nya dengan bahasa busaya sasaran atau kata lainnya tidak akuivalen. Bahkan dalam penerjemahan bahasa budayanya pun tidak sesuai standar bahasa budaya sasaran. Sehingga hasil terjemahnnya terkesan tidak tepat. Sehingga masih ada gaya bahasa yang terkadang tidak tepat kita komunikasikan dengan makna yang sama. Namun walaupun demikian, terjemahan ini pada umumnya sudah dapat dipahami dengan baik, selagi dapat dipahami pula informasi yang ada didalamnya.
Baca Juga :
1. Bahasa Arab dan Lahn
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penguasaan Bahasa Arab
3.Kewajiban Mendidik dalam Ajaran Pendidikan Islam
No comments:
Post a Comment